Tuesday, November 6, 2018

Memimpin adalah keteladanan

Menjadi Pemimpin adalah Keteladanan yang Didasarkan Pada Nilai Keimanan, Ketaqwaan, dan Luasnya Pengetahuan

Dalam Islam, soal pemimpin merupakan hal yang sangat penting. Nabi pun  pernah bersabda “Jika ada suatu kelompok sebanyak tiga orang hendaknya mereka mengangkat salah seorang dari mereka sebagai pemimpin atas mereka. Itulah amir yang diperintahkan oleh Rasulullah saw”. Demikian hadis yang diriwayatkan oleh Ibn Khuzaimah dan al-Hakim.

Kepemimpinan dalam Islam tidak diletakkan dalam konteks kekuasaan, tetapi   merupakan  keteladanan yang harus didasarkan pada nilai-nilai keimanan, ketaqwaan, dan luasnya pengetahuan. Bahkan menjadi pemimpin adalah orang yang telah berhasil melewati ujian, karena kepemimpinan itu sendiri sesungguhnya merupakan ujian.

Menjadi  pemimpin dalam Islam bukan pula sebagai kontrak sosial dengan membuat kesepakatan-kesepakatan dan janji-janji bersama antara yang memimpin dengan yang dipimpin. Pemimpin merupakan orang yang berjanji untuk mengawal dan melaksanakan kepemimpinannya sesuai dengan nilai-nilai yang diamanatkan Allah swt. kepadanya.

Kepemimpinan tidak akan diberikan kepada orang-orang yang zalim dan aniaya. Orang yang berusaha mengejar kepemimpinan dengan cara  zalim dan aniaya, bukan memeproleh kepemimpinan tetapi kekuasaan. Kekuasaan yang dititipkan bukan pada seorang pemimpin  tidak akan memberi kesejahteraan tetapi lebih banyak menyengsarakan.

Kepemimpinan bukan dicari, tetapi anugerah yang diberikan oleh Allah kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya, karena telah memenuhi kriteria yang ditetapkan-Nya, yaitu keimanan yang kuat, ketaqwaan, berpengatahuan luas, dan mampu melewati berbagai ujian. Seperti pengalaman spiritual kepemimpinan Nabi Ibrahim yang dijelaskan dalam Al-Qur’an.

“Dan (ingatlah) ketika Ibrahim diuji oleh Tuhannya dengaan beberapa kalimat, maka Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: “Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia”, Ibrahim berkata: “(Dan saya mohon juga) dari keturunanku”. Allah berfirman, “Janji-Ku (ini) tidak mendapatkan orang-orang yang zalim”. (QS. Al-Baqarah: 124).

Salam Yansur.
Sebelumnya
Berikutnya

0 comments: