![]() |
Muh. Nursalim |
Peran santri dalam menegakkan Indonesia tidak perlu diragukan, baik sebelum merdeka, masa revolusi maupun di era pembangunan. Maka kalau ada hari khusus yang diperingati untuk mereka, tidak salah alamat.
Tulisan ini akan mengisahkan tiga santri yang turut punya peran penting dalam menegakkan NKRI itu. Semuanya sudah almarhum dan mereka menjadi pahlawan. Dengan mengutip tiga santri bukan berarti santri-santri yang lain kurang hebat. Bukan, bukan seperti itu. Semua punya peran luar biasa sesuai dengan posisinya.
1. Syeikh Hasyim Asy’ari
Ketika Sukarno-Hatta memproklamirkan kemerdekaan Indonesia, Belanda tidak langsung mengakui. Bahkan mereka berupaya kembali menguasai negara yang baru saja lahir tersebut. Tiga tahun sebelumnya, yaitu tanggal 8 Maret 1942 negeri kincir angin itu kalah perang melawan Jepang dan menyerahkan nusantara kepada penjajah baru, Jepang.
Proklamasi kemerdekaan RI dilakukan di tengah kacauanya keamanan global akibat perang dunia ke dua. Indonesia terseret di dalamnya akibat dijajah Jepang yang melawan sekutu bersama Jerman dan Italia.
Jepang di bom atom Amerika. Nagasaki tanggal 6 Agustus 1945, menyusul Hirosima tanggal 9 Agustus 1945. Dampak bom atom itu luar biasa dahsyat, sehingga kemudian 14 Agustus Jepang menyerah kalah kepada sekutu.
Inggris yang menjadi bagian dari pasukan sekutu mendarat di Surabaya dengan tugas melucuti tentara Jepang. Dibalik itu ternyata pasukan Belanda juga turut serta. Karena mereka bagian dari pasukan sekutu.
Taktik muslihat itu dibaca oleh para kyai sebagai ancaman. Karena itu pada tanggal 21 Oktober 1945 PBNU mengundang semua konsul yang berada di Jawa dan Madura berkumpul di Surabaya. Pada acara itu Rois Akbar K.H. Hasyim Asy’ari menyampaikan pidato tentang pokok-pokok kewajiban umat Islam dalam jihad mempertahankan negara dan bangsanya.
Isi pidato itulah yang kemudian diputuskan menjadi resolusi jihad. Isinya ada lima point yaitu:
a. Kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 wajib untuk dipertahankan.
b. Republik Indonesia sebagi satu-satunya pemerintah wajib dibela dan dipertahankan.
c. Musuh Nagera Republik Indonesia terutama Belanda yang datang kembali dengan membonceng tentara sekutu Inggris dalam masalah tawanan perang bangsa Jepang tentu akan menggunakan kesempatan politik dan militer untuk kembali menjajah Indonesia.
d. Umat Islam terutama warga Nahdhatul Ulama wajib mengangkat senjata melawan penjajah Belanda dan kawan-kawannya yang hendak kembali menjajah Indonesia.
e. Kewajiban itu adalah suatu jihad yang menjadi kewajiban orang Islam (fardhu ain) yang berada pada radius 94 km (jarak di mana umat Islam dipekenankan untuk melakukan sembayahyang jama’ dan qashar). Adapun mereka yang berada di luar radius 94 km berkewajiban membantu saudara-saudaranya yang berada pada radius 94 km tersebut.
Pertempuran pada tanggal 10 november di Surabaya tidak lepas dari resolusi ini. Lebih dari 100 ribu laskar santri turut bertempur melawan sekutu yang bersenjata lengkap dan modern. Pertempuran itu dimenangkan oleh arek-arek Surabaya. Tempat-tempat strategis yang sebelumnya dikuasai sekutu direbut oleh laskar.
Korbannya memang luara biasa. Dari pihak Indonesia tidak kurang dari 20 ribu gugur, sementara pihak sekutu ada 1600 tentara tewas, termasuk panglimanya jenderal Mallaby.
Dampak politiknya, pihak sekutu dan Belanda tidak lagi menganggap remeh Indonesia. Di luar negeri mereka mendapat tekanan untuk tidak terus menyerang Indonesia. Pertempuran ini juga menjadi pelajaran bagi wilayah lain di Indonesia, bahwa perlawanan harus dilakukan karena Belanda kembali datang untuk misi penjajahan. Pendaratan pasukan sekutu itu bukan hanya di Surabaya akan tetapi juga di Aceh dan Jakarta.
2. Jenderal Sudirman
Prediksi para kyai benar adanya. Belanda ingin menjajah kembali Indonesia. Tentaranya yang berada di Indonesia sudah mencapai 100 ribu lebih. Dengan kekuatan sebesar itu dilanggarnya perjanjian Linggar Jati dengan melakukan agresi militer pertama.
Indonesia merapat ke PBB lewat India dan Australia, karena saat itu Indonesia belum menjadi anggota PBB. Maka keluarlah resolusi PBB yang menekan Belanda agar menghentikan operasi militernya. Lalu diadakan perjanjian Renvill, di mana daerah yang diakui Belanda itu hanya Sumatra, Yogyakarta dan Jawa Tengah. Karena itu Ibukota pindah dari Jakarta ke Yogyakarta.
Ternyata Belanda kembali melakukan agresi militer. Kali ini yang diserang ibu kota Yogyakarta. Semua pejabat politik ditangkap, Sukarno, Hatta dan para menteri diasingkan. Ada yang dibuang ke Bangka, ada yang ke Medan ada pula yang di Bengkulu.
Secara politik Indonesia sudah habis. Tetapi secara militer masih eksis. Sang panglima, yaitu Jenderal Sudirman tidak ikut menyerah. Bersama pasukannya melakukan gerilya. Padahal saat itu ia sedang sakit keras. Paru-parunya bermasalah. Dokter bilang pak Dirman kena TBC.
Menyusuri pulau Jawa bagian selatan. Mulai dari Yogyakarta – Bantul – Gunung Kidul – Wonogiri – Ponorogo –Trenggalek – Tulung Agung – Kediri. Kemudian putar balik ke barat dan berakhir di Sobo, Kabupaten Pacitan. Perjalanan panjang itu dimulai tanggal 19 Desember 1948 hingga 1 April 1949. Di tempat ini beliau tinggal selama tiga bulan. Sobo menjadi markas militer sementara sampai anggal 7 Juli 1949.
Firasat Jenderal Sudirman itu sangat kuat. Ia selalu lolos dari sergapan musuh. Mengetahui akan datangnya lawan. Juga paham di mana akan dihadang. Maka sering kali, jalur yang sudah direncanakan berubah arah. Atau rencana bermalam di desa A tiba-tiba berganti ke B.
Menurut Muhammad Teguh Sudirman, salah satu putra sang jenderal. Kuatnya firasat bapak karena ia dekat kepada Allah. Beliau selalu dalam keadaan suci. Apabila batal wudhu langsung memperbaharui. Bahkan selama gerilya ada satu orang yang bertugas membawa kendi. Tempat air dari tanah yang biasa untuk minum. Air kendi itu dipakai panglima untuk berwudhu di setiap kali batal wudhunya.
Mungkin pak Dirman belajar dari perilaku Bilal bin Rabah ini.
Dari Abu Hurairah ra. bahwa Nabi saw berkata kepada Bilal ketika akan sholat subuh. “Wahai bilal, ceritakan kepadaku amal yang kau tangguhkan untuk kamu kerjakan dalam Islam. Karena aku mendengar (dalam mimpi) trompahmu mendahuluiku di surga ?”. Bilal menjawab, “Aku tidak pernah menangguhkan amal, hanya saja aku selalu berwudhu baik di malam atau siang hari. Lalu aku sholat yang diwajibkan dengan wudhu tersebut”. (HR. Bukhari)
Pak Dirman dilindungi Allah karena beliau dekat kepada sang Khaliq. Kata Teguh. Pada musium Jenderal Sudirman di Yogyakarta. Ada ruangan khusus yang biasa untuk sholat panglima tersebut. Juga sajadah dan alat sholat yang pernah beliau kenakan.
Iman mantab di hati pak Dirman. Sehingga petunjuk Allah selalu menyertainya. Sebagaimana Sabda Nabi.
Dari Abi Said Al Khuzri ra berkata, Rasulullah saw bersabda, “Hati-hatilah firasat orang mukmin karena ia melihat dengan cahaya Allah. Kemudian beliau membaca ayat 74 surat Al hijr. Sesungguhnya yang demikian itu menjadi tanda-tanda bagi orang yang punya firasat”. (HR. Tirmizi)
Petinggi tentara ini orang sholih. Begitu tulis banyak sejarawan. Beliau memang aktifis Islam. Sebelum masuk tentara PETA. Masa kecil ngaji al quran pada KH. Qahar. Ketika ikut pamannya di Cilacap, ia mendalami agama kepada Kyai Saidun dan Moh. Kholil Marto Saputro, seorang da’i Muhamadiyah. Kemudian masa remaja disibukkan menjadi pegiat Hizbul Wathan. Kepanduan yang ada di bawah Muhammadiyah. Bahkan akhirnya menjadi guru dan kepala Sekolah Muhammadiyah. Beliau memang santri tulen.
“Hijrah” adalah kata yang dipilih Jenderal Sudirman saat mematuhi perjanjian Renvill. Perjanjian antara Indonesia dengan Belanda ini isinya. Bahwa Belanda hanya mengakui wilayah RI itu Yogyakarta, Jawa Tengah dan sebagian Sumatra. Karena itu tentara Indonesia harus keluar dari wilayah yang dikuasai Belanda.
Sang jenderal tidak memilih kata eksodus, pindah atau migrasi. Untuk memobilisasi tentara dari Jawa Barat menuju Yogyakarta dan Jawa Tengah. Tetapi “hijrah”. Karena beliau mengikuti sunnah Rasulullah saw. Hijrah itu bukan hanya pindah. Tetapi hijrah adalah panggilan ilahi untuk kemenangan di kemudian hari.
3. M. Natsir
Agresi militer kedua ini semakin menyemangati para pemimpin Indonesia melakukan diplomasi di tingkat PBB. Karena itu akhirnya diadakan KMB (Komisi Meja Bundar). Di mana pesertanya adalah wakil Indonesia, wakil negara-negara bentukan Belanda dan kerajaan Belanda.
Pada perundingan ini akhirnya Belanda mengakui kemerdekaan Indonesia tetapi bentuknya Republik Indonesia Serikat (RIS) bukan NKRI. Ada 15 negara bagian bentukan Belanda yang menjadi bagian dari RIS. Di samping itu Irian Barat tidak termasuk bagian RIS.
Bagi kita yang tidak pernah mengalami sejarah itu, tata negara RIS itu lucu. Bayangkan, Republik Indonesia itu wilayahnya hanya sebagian Sumatra, sebagian jawa tengah dan Yogyakarta dengan ibu kota Yogyakarta. Sukarno itu presiden RIS bukan presiden Republik Indonesia dengan ibu kota Jakarta. Negara-negara bagian yang tergabung ke dalam RIS di antaranya adalah:
- Negara Republik Indonesia
- Negara Indonesia Timur
- Negara Pasundan termasuk distrik Jakarta
- Negara Jawa Timur
- Negara Madura
- Negara Sumtara Timur
- Negara Sumtra Selatan
- Daerah Istimewa Kalbar
- Daerah Dayak Besar
- Daerah Banjar
- Federasi Kalimantan Tenggara
- Negara Kalimantan Timur
- Daerah Bangka
- Daerah Belitung
- Daerah Riau
M. Natsir risau dengan fakta politik tersebut. Sebagai anggota parlemen dari partai Masyumi ia keliling ke negara-negara RIS. Melakukan lobi agar negara-negara bagian itu merelakan diri menjadi Republik Indonesia. Lobi-lobi politik itu juga ia lakukan kepada para ketua partai, seperti IJ Kasimo dari parta Katolik dan AM Tambunan dari Parta Kristen.
Hasilnya luar biasa. Pada tanggal 3 April 1950 Natsir berpidato di gedung parlemen. Mengusulkan agar Republik Indonesia Serikat dibubarkan dan kembali kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia. Usulan itu disetujui secara bulat oleh parlemen.
Sebagai tindak lanjut dari keputusan parlemen itu pada upacara memperingati hari kemerdekaan tanggal 17 Agustus 1950. Presiden Sukarno mengumumkan bahwa Indonesia kembali kepada NKRI. Bahkan beliau katakan, momentum itu adalah proklamasi NKRI yang kedua, setelah 5 tahun sebelumnya ia proklamasikan di pegangsaan timur.
Karena itu seandainya ada hari NKRI, maka tanggal 3 April mungkin paling cocok untuk memperingati. Hari saat seorang santri dari Persatuan Islam mengusulkan kembalinya Indonesia kepada bentuk yang asli yaitu NKRI.
Santri-santri itu ikhlas dalam memperjungkan NKRI. Biamwalihim wa anfusihim. Semoga Allah meridhoi derma bakti mereka dan menempatkan di surga jannautnna’im.
Selamat hari santri