حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ حَدَّثَنِي مَالِكٌ عَنْ
عَبْدِاللَّهِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ عَبْدِاللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِي اللَّهم عَنْهممَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَلَا كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالْإِمَامُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى أَهْلِ بَيْتِ زَوْجِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ وَعَبْدُ الرَّجُلِ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ أَلَا فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ *
Berkata kepada kami Ismail, berkata
kepada saya Malik dari Abdullah bin Dinar, dari Abdillah bin Umar, bahwa
Rasulullah bersabda : Tahukah kamu, bahwa setiap kamu adalah pemimpin dan akan
dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya……… (HR. Bukhari; No. 6.605)
Ketika Abu Bakar Ash-Shiddiq ra dilantik menjadi
khalifah, dalam pidato pelantikannya beliau menyampaikan :
"Wahai
ummat manusia, aku telah diangkat menjadi khalifah, padahal aku tidaklah lebih
baik dari tuan-tuan . Kalau aku berbuat baik maka bantulah aku, dan kalau aku
menyeleweng, luruskanlah jalanku ! Kebenaran adalah amanah dan kedustaan adalah
khianat. Orang yang tertindas diantara kamu, adalah kuat dalam pandanganku,
sehingga akan kuserahkan kepadanya haknya. Dan orang perkasa diantara kamu,
adalah kuanggap lemah sehingga aku akan mengambil hak daripadanya insya Allah.
Janganlah tuan-tuan meninggalkan jihad, sebab Allah menimpakan kehinaan kepada
kaum yang tidak berjihad. Taatilah aku selama aku tetap mentaati Allah dan
Rasul-NYA. Kapan aku telah mendurhakai Allah, aku tidak usah kamu taati lagi.
Tunaikanlah Sholat semoga Allah akan memberi rahmat kepadamu !"
Inilah
garis-garis kebijaksanaan seorang pemimpin didikan madrasah Rasulullah Saw.
Dengan tegas dan lugas telah menyatakan hak-hak rakyat dan tekadnya untuk
senantiasa berada di atas kebenaran. Sejak awal rakyat diharap bersikap kritis
terhadap jalannya pemerintahan. Apa yang diucapkannya itu bukanlah sekedar
pemanis bibir. Akan tetapi semuanya dibuktikan dengan nyata.
Berikut
beberapa hal yang perlu kita cermati Profil Pemimpin Islam sebagaimana telah
dicontohkan oleh Abu Bakar Ash-Shidiq
1. Rendah Hati
Khalifah
atau kepala negara adalah jabatan tertinggi dalam sebuah pemerintahan yang
memungkinkan setiap orang lupa diri sehingga menjadi sombong, arogan dan
otoriter. Abu Bakar telah memberikan
contoh yng sangat baik dalam mendudukkan diri, sebagaimana pernyataannya : "…….padahal
aku tidaklah lebih baik daru tuan-tuan….." Ia tidak lupa diri dengan
jabatan yang disandang, karena mengetahui secara persis bahwa jabatan bukanlah
hak, melainkan amanah yang harus dipertanggungjawabkan.
2. Terbuka terhadap kritik
Mengawali
masa kepemimpinannya, Abu Bakar telah memberikan contoh yang sangat ideal
terhadap kran kebebasan menyampaikan pendapat dengan menyatakan : "…….jika
aku berbuat baik maka bantulah aku, dan jika aku menyeleweng, luruskanlah
jalanku…!"
Dari
pernyataan ini, Umar telah menyadarkan kepada umatnya tentang perintah Amar
Ma'ruf Nahi munkar (Qs. Ali Imran : 104 dan 110) serta perintah saling
mengingatkan terhadap kebenaran dan kesabaran (Al Asr : 3)
3. Keberpihakan kepada kebenaran
Kebenaran
adalah amanah yang harus ditegakkan dengan sungguh-sungguh sehingga tidak ada
tindak dan perilaku dusta dan sifat khianat. Hanya dengan penegakan keadilan
dan kebenaran, kepemimpinan akan mempunyai makna yang berarti.
4. Peduli terhadap rakyat tertindas
Umar
sangat menekankan kepedulian dan keberpihakannya kepada rakyat kecil dan
tertindas. Sehingga ia memproklmirkan komitmennya untuk memberikan hak-hak
rakyat dan kaum tertindas sesuai dengan proporsinya.
5. Konsisten kepada
"Jihad" Islam
Keyakinan
dan keimanan terhadap Islam. Tidak akan tergoyahkan hanya oleh pangkat dan
jabatan. Bagi Abu Bakar, jabatan seharusnya dapat menjadi lapangan berjihad
"membumikan" ajaran Islam, bukan sebaliknya untuk menghancurkan dan
menjadikan Islam hanya sebagai olok-olok dan permainan serta caci maki.
6. Tidak Korup
Sebagai
Kepala Negara, Abu Bakar semestinya berhak untuk mendapatkan nafkah atas
keluarganya dari Baitul Mal. Namun selama enam bulan hak itu tidak diambilnya.
Sehingga beliau menggunakan separuh harinya untuk berdagang yang merupakan mata
pencahariannya sebelum menjabat khalifah.
Setelah
enam bulan, Abu Bakar merasakan bahwa tidaklah cukup apabila waktunya dipakai
mengurusi pemerintahan sekaligus berdagang. Semestinya waktunya hanya dipakai
untuk memimpin ummat. Dari hasil musyawarah akhirnya ditetapkan gaji sebanyak
600 dirham setahun, sekedar cukup untuk ongkos hidupnya sendiri dan
keluarganya.
Demikian
bertaqwanya Abu Bakar, sekalipun telah diberikan nafkah kepadanya dari harta
negara dengan cara sah oleh rakyat, namun beliau berpesan kepada ahli
keluarganya, agar jumlah gaji yang telah diambilnya itu dibayar kembali dengan
sisa kekayaannya sebagai hutang, setelah beliau wafat nantinya. Dengan
kata-kata yang terputus-putus di saat ambang wafatnya beliau berpesan kepada
Aisyah RA.: 'Sesungguhnya kami semenjak diangkat menjadi khalifah, tidak
pernah kami ambil barang sedinar atau sedirham pun harta kaum muslimin, tetapi
kami telah memakai kain kasar mereka dan telah memakan makanan tumbuk kasar
mereka. kini tidak ada lagi sisa harta fa'i padaku, kecuali seorang budak ini,
seekor unta ini dan sebatang sayur qatifah ini. Kalau nanti aku telah
meninggal, wahai 'Aisyah kirimkan semua ini kepada Umar sebagai pembayar
hutangku,.
Khalifah
Umar menerima harta peninggalan Abu Bakar sebagai penebus gaji 14 bulan dengan
cucuran air mata haru. Katanya, ''Semoga Allah memberi rahmat kepada Abu
Bakar. sesungguhnya almarhum telah membuat penggantinya menjadi letih. Alangkah
bahagianya ummat manusia ini apabila pribadi-pribadi seperti Abu Bakar ini
tampil menjadi pemimpin. Kedamaian dan ketentraman akan terwujud, kedholiman
dan ketidakadilan akan lenyap.
PENGHARGAAN TERHADAP
PEMIMPIN
Islam
menempatkan kepemimpinan sebagai amanat, yang akan diberikan hanya kepada orang
yang mampu menunaikannya. Rasulullah pernah berpesan kepada Abu Dzar ketika dia
meminta jabatan.
"Hai
Abu Dzar, kau seorang yang lemah, dan jabatan itu sebagai amanah yang pada hari
kiamat hanya akan menjadi penyesalan dan kehinaan kecuali orang yang dapat menunaikan
hak dan kewajibannya serta memenuhi tanggungjawabnya" (HR. Muslim)
Beratnya
kewajiban ini seimbang dengan besarnya hak seorang pemimpin terhadap yang
dipimpinnya. Adalah menjadi kewajiban bagi seseorang yang dipimpin untuk taat
kepada pemimpinnya, yang mana ini adalah hak seorang pemimpin.sebagaimana
Rasulullah telah bersabda; "Siapa yang taat padaku, berarti taat kepada
Allah, dan siapa yang melanggar padaku berarti melanggar kepada Allah. dan
siapa yang taat kepada pimpinannya berarti taat kepadaku, dan siapa yang
maksiat kepada pimpinanya berarti maksiat kepadaku,'' [HR, Bukhari,
Muslim].
Sesuai
dengan beratnya tuntutan tugas seorang pemimpin, maka Allah Swt menjanjikan
kepada para pemimpin yang adil, balasan pahala yang besar.
"Ada
tujuh golongan yang akan mendapat perlindungan Allah, pada hari tiada
perlindungan kecuali perlindungan Allah : Imam (pemimpin) yang adil,…. ( HR. Bukhari, Muslim)
Sesungguhnya
orang-orang yang berlaku adil, kelak
disisi Allah akan ditempatkan diatas mimbar dari cahaya, ialah mereka yang adil
dalam hukum terhadap keluarga dan apa saja yang diserahkan (dikuasakan) kepada
mereka" (HR. Muslim)
"Orang-orang
ahli surga ada tiga macam : Pemimpin yang adil mendapat taufiq hidayah (dari
Allah), orang belas kasih lunak hati kepada sanak kerabat dan orang muslim, dan
orang miskin berkeluarga yang tetap menjaga kesopanan dan kehormatan diri" (HR. Muslim).
Demikianlah,
betapa inti ajaran Islam tentang kepemimpinan serta bagaimana seharusnya kita
mendudukkannya secara benar telah secara nyata menjadi bagian integral dari
sifat dan kepribadian Abu Bakar Ash-Shidiq. Semangat dan jiwa kepemimpinan Abu
Bakar tersebut seharusnya menjadi acuan bagi seluruh umat Islam dalam
menentukan langkah perjalanan bangsanya. Para
pemilih Islam harus secara cerdas memberikan amanahnya hanya kepada orang-orang
yang mempunyai sifat dan kepribadian utama. Karena hanya ditangan orang-orang
seperti Rasulullah dan Abu bakar, Negeri ini akan menjadi lebih baik.
Demikian juga para calon pemimpin yang akan
duduk sebagai anggota legislatif maupun eksekutif harus senantiasa membina dan
meningkatkan diri untuk menjadi manusia yang lebih sempurna dengan menauladani
sifat dan kepribadian Rasulullah dan Abu Bakar. Semoga….