Monday, June 15, 2009

Profil Pemimpin Islam
Oleh : R. Agung Nugraha

حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ حَدَّثَنِي مَالِكٌ عَنْ عَبْدِاللَّهِ بْنِ دِينَارٍ عَنْ عَبْدِاللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِي اللَّهم عَنْهممَا أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَلَا كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالْإِمَامُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى أَهْلِ بَيْتِ زَوْجِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ وَعَبْدُ الرَّجُلِ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ أَلَا فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ *

Berkata kepada kami Ismail, berkata kepada saya Malik dari Abdullah bin Dinar, dari Abdillah bin Umar, bahwa Rasulullah bersabda : Tahukah kamu, bahwa setiap kamu adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinannya……… (HR. Bukhari; No. 6.605)

Ketika  Abu Bakar Ash-Shiddiq ra dilantik menjadi khalifah, dalam pidato pelantikannya beliau menyampaikan :
"Wahai ummat manusia, aku telah diangkat menjadi khalifah, padahal aku tidaklah lebih baik dari tuan-tuan . Kalau aku berbuat baik maka bantulah aku, dan kalau aku menyeleweng, luruskanlah jalanku ! Kebenaran adalah amanah dan kedustaan adalah khianat. Orang yang tertindas diantara kamu, adalah kuat dalam pandanganku, sehingga akan kuserahkan kepadanya haknya. Dan orang perkasa diantara kamu, adalah kuanggap lemah sehingga aku akan mengambil hak daripadanya insya Allah. Janganlah tuan-tuan meninggalkan jihad, sebab Allah menimpakan kehinaan kepada kaum yang tidak berjihad. Taatilah aku selama aku tetap mentaati Allah dan Rasul-NYA. Kapan aku telah mendurhakai Allah, aku tidak usah kamu taati lagi. Tunaikanlah Sholat semoga Allah akan memberi rahmat kepadamu !"
Inilah garis-garis kebijaksanaan seorang pemimpin didikan madrasah Rasulullah Saw. Dengan tegas dan lugas telah menyatakan hak-hak rakyat dan tekadnya untuk senantiasa berada di atas kebenaran. Sejak awal rakyat diharap bersikap kritis terhadap jalannya pemerintahan. Apa yang diucapkannya itu bukanlah sekedar pemanis bibir. Akan tetapi semuanya dibuktikan dengan nyata.
Berikut beberapa hal yang perlu kita cermati Profil Pemimpin Islam sebagaimana telah dicontohkan oleh Abu Bakar Ash-Shidiq
1.         Rendah Hati
Khalifah atau kepala negara adalah jabatan tertinggi dalam sebuah pemerintahan yang memungkinkan setiap orang lupa diri sehingga menjadi sombong, arogan dan otoriter.  Abu Bakar telah memberikan contoh yng sangat baik dalam mendudukkan diri, sebagaimana pernyataannya : "…….padahal aku tidaklah lebih baik daru tuan-tuan….." Ia tidak lupa diri dengan jabatan yang disandang, karena mengetahui secara persis bahwa jabatan bukanlah hak, melainkan amanah yang harus dipertanggungjawabkan.
2.         Terbuka terhadap kritik
Mengawali masa kepemimpinannya, Abu Bakar telah memberikan contoh yang sangat ideal terhadap kran kebebasan menyampaikan pendapat dengan menyatakan : "…….jika aku berbuat baik maka bantulah aku, dan jika aku menyeleweng, luruskanlah jalanku…!"
Dari pernyataan ini, Umar telah menyadarkan kepada umatnya tentang perintah Amar Ma'ruf Nahi munkar (Qs. Ali Imran : 104 dan 110) serta perintah saling mengingatkan terhadap kebenaran dan kesabaran (Al Asr : 3)
3.         Keberpihakan kepada kebenaran
Kebenaran adalah amanah yang harus ditegakkan dengan sungguh-sungguh sehingga tidak ada tindak dan perilaku dusta dan sifat khianat. Hanya dengan penegakan keadilan dan kebenaran, kepemimpinan akan mempunyai makna yang berarti.
4.         Peduli terhadap rakyat tertindas
Umar sangat menekankan kepedulian dan keberpihakannya kepada rakyat kecil dan tertindas. Sehingga ia memproklmirkan komitmennya untuk memberikan hak-hak rakyat dan kaum tertindas sesuai dengan proporsinya.
5.         Konsisten kepada  "Jihad" Islam
Keyakinan dan keimanan terhadap Islam. Tidak akan tergoyahkan hanya oleh pangkat dan jabatan. Bagi Abu Bakar, jabatan seharusnya dapat menjadi lapangan berjihad "membumikan" ajaran Islam, bukan sebaliknya untuk menghancurkan dan menjadikan Islam hanya sebagai olok-olok dan permainan serta caci maki.
6.         Tidak Korup
Sebagai Kepala Negara, Abu Bakar semestinya berhak untuk mendapatkan nafkah atas keluarganya dari Baitul Mal. Namun selama enam bulan hak itu tidak diambilnya. Sehingga beliau menggunakan separuh harinya untuk berdagang yang merupakan mata pencahariannya sebelum menjabat khalifah.
Setelah enam bulan, Abu Bakar merasakan bahwa tidaklah cukup apabila waktunya dipakai mengurusi pemerintahan sekaligus berdagang. Semestinya waktunya hanya dipakai untuk memimpin ummat. Dari hasil musyawarah akhirnya ditetapkan gaji sebanyak 600 dirham setahun, sekedar cukup untuk ongkos hidupnya sendiri dan keluarganya.
Demikian bertaqwanya Abu Bakar, sekalipun telah diberikan nafkah kepadanya dari harta negara dengan cara sah oleh rakyat, namun beliau berpesan kepada ahli keluarganya, agar jumlah gaji yang telah diambilnya itu dibayar kembali dengan sisa kekayaannya sebagai hutang, setelah beliau wafat nantinya. Dengan kata-kata yang terputus-putus di saat ambang wafatnya beliau berpesan kepada Aisyah RA.: 'Sesungguhnya kami semenjak diangkat menjadi khalifah, tidak pernah kami ambil barang sedinar atau sedirham pun harta kaum muslimin, tetapi kami telah memakai kain kasar mereka dan telah memakan makanan tumbuk kasar mereka. kini tidak ada lagi sisa harta fa'i padaku, kecuali seorang budak ini, seekor unta ini dan sebatang sayur qatifah ini. Kalau nanti aku telah meninggal, wahai 'Aisyah kirimkan semua ini kepada Umar sebagai pembayar hutangku,.
Khalifah Umar menerima harta peninggalan Abu Bakar sebagai penebus gaji 14 bulan dengan cucuran air mata haru. Katanya, ''Semoga Allah memberi rahmat kepada Abu Bakar. sesungguhnya almarhum telah membuat penggantinya menjadi letih. Alangkah bahagianya ummat manusia ini apabila pribadi-pribadi seperti Abu Bakar ini tampil menjadi pemimpin. Kedamaian dan ketentraman akan terwujud, kedholiman dan ketidakadilan akan lenyap.

PENGHARGAAN TERHADAP PEMIMPIN
Islam menempatkan kepemimpinan sebagai amanat, yang akan diberikan hanya kepada orang yang mampu menunaikannya. Rasulullah pernah berpesan kepada Abu Dzar ketika dia meminta jabatan.
"Hai Abu Dzar, kau seorang yang lemah, dan jabatan itu sebagai amanah yang pada hari kiamat hanya akan menjadi penyesalan dan kehinaan kecuali orang yang dapat menunaikan hak dan kewajibannya serta memenuhi tanggungjawabnya" (HR. Muslim)
Beratnya kewajiban ini seimbang dengan besarnya hak seorang pemimpin terhadap yang dipimpinnya. Adalah menjadi kewajiban bagi seseorang yang dipimpin untuk taat kepada pemimpinnya, yang mana ini adalah hak seorang pemimpin.sebagaimana Rasulullah telah bersabda; "Siapa yang taat padaku, berarti taat kepada Allah, dan siapa yang melanggar padaku berarti melanggar kepada Allah. dan siapa yang taat kepada pimpinannya berarti taat kepadaku, dan siapa yang maksiat kepada pimpinanya berarti maksiat kepadaku,'' [HR, Bukhari, Muslim].
Sesuai dengan beratnya tuntutan tugas seorang pemimpin, maka Allah Swt menjanjikan kepada para pemimpin yang adil, balasan pahala yang besar.
"Ada tujuh golongan yang akan mendapat perlindungan Allah, pada hari tiada perlindungan kecuali perlindungan Allah : Imam (pemimpin) yang adil,…. ( HR. Bukhari,  Muslim)
Sesungguhnya orang-orang yang berlaku adil,  kelak disisi Allah akan ditempatkan diatas mimbar dari cahaya, ialah mereka yang adil dalam hukum terhadap keluarga dan apa saja yang diserahkan (dikuasakan) kepada mereka" (HR. Muslim)
"Orang-orang ahli surga ada tiga macam : Pemimpin yang adil mendapat taufiq hidayah (dari Allah), orang belas kasih lunak hati kepada sanak kerabat dan orang muslim, dan orang miskin berkeluarga yang tetap menjaga kesopanan dan kehormatan diri" (HR. Muslim).
Demikianlah, betapa inti ajaran Islam tentang kepemimpinan serta bagaimana seharusnya kita mendudukkannya secara benar telah secara nyata menjadi bagian integral dari sifat dan kepribadian Abu Bakar Ash-Shidiq. Semangat dan jiwa kepemimpinan Abu Bakar tersebut seharusnya menjadi acuan bagi seluruh umat Islam dalam menentukan langkah perjalanan bangsanya. Para pemilih Islam harus secara cerdas memberikan amanahnya hanya kepada orang-orang yang mempunyai sifat dan kepribadian utama. Karena hanya ditangan orang-orang seperti Rasulullah dan Abu bakar, Negeri ini akan menjadi lebih baik.
Demikian juga para calon pemimpin yang akan duduk sebagai anggota legislatif maupun eksekutif harus senantiasa membina dan meningkatkan diri untuk menjadi manusia yang lebih sempurna dengan menauladani sifat dan kepribadian Rasulullah dan Abu Bakar. Semoga….