Agar Terhindar dari Ketundukan yang Egois Konfirmasikan Akurasi Praktik Ibadah Kepada Sumber Terpercaya
Tunduk dan patuh dalam mengabdi (ibadah) kepada Allah yang telah menciptakan dan memfasilitasi hidup kita ini adalah niscaya. Namun, bagaimana kita menunjukkan ketundukan dan kepatuhan itu agar menjadi ketundukan dan kepatuhan yang sebenar-benarnya, berserah diri dengan sepenuhnya, serta terbebas dari ketundukan dan kepatuhan yang egois.
Ketundukan dan kepatuhan egois merupakan ketundukan dan kepatuhan yang terdorong oleh kepentingan diri sendiri baik dalam amaliyah maupun tujuan dalam menjalankan ibadah yang dapat mereduksi kualitas keimanan kita kepada Allah dan Rasul-Nya.
Merujuk pada cara ketundukan dan kepatuhan orang-orang yang jelas terpercaya, nabi dan rasul kekasih Allah, mereka memohon petunjuk kepada Allah bagaimana cara mengabdi yang sebenarnya. Logis memang, sebab mengabdi dalam bentuk ibadah murni (mahdhah) hanya Allah yang tahu. Untuk itu, Nabi Ibrahim berdo’a:
“Tuhan kami! Jadikanlah kami berdua orang yang tunduk patuh kepada-Mu dan (jadikanlah) anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada-Mu dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat ibadah haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang”. (QS. Al-Baqarah: 128).
Jika orang yang begitu dekat dengan Allah saja, memohon petunjuk langsung kepada Allah bagaimana cara menjalankan ibadah yang sesungguhnya, maka bagi kita, manusia selain nabi dan rasul hanya tinggal mengikutinya saja. Dalam ibadah mahdhah tidak ada peran akal, kecuali mencari hikmahnya. Kalau kita tidak menemukan hikmah, ibadah itu tetap harus dilaksanakan sesuai petunjuk yang telah diberikan.
Rasul saw. pun pernah bersabda, “Ambillah melalui aku manasik kalian” atau “shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat”. Bahwa tata cara, waktu, dan tempat melaksanakan ibadah haji maupun shalat atau ibadah mahdhah lainnya sudah ditentukan oleh pembawa ajaran. Agar termasuk orang yang sungguh-sungguh tunduk dan patuh kepada Allah maka tidak ada jalan kecuali sami’na wa ‘atha’na kepada tuntunan yang diajarkan oleh rasul utusan-Nya. Salam Yansur.
0 comments: