Dalam surat An Nisa ayat 36, Allah berfirman :
وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا
بِهِ شَيْئًا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ
وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ
بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا
يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا
Artinya : "Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu
mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua
orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat
dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahaya yang kamu
miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri"
Setelah perintah beribadah kepada Allah dan tidak
mempersekutukan-Nya dengan yang lain, pada ayat ini Allah memerintahkan kita
untuk senantiasa berbuat baik kepada setiap orang, tidak terkecuali kepada
tetangga.
Berkaitan dengan pentingnya kedudukan tetangga, ada satu kata
hikmah “Aj-jaaru qabla ad-daar”. Kata bijak ini secara tekstual artinya
“tetangga sebelum rumah”, tentu yang dimaksud adalah “lihatlah (bahkan
pilihlah) tetangga/lingkungan sebelum kamu membangun rumah dan menetap di suatu
tempat”.
Kata bijak ini menunjukkan betapa pentingnya posisi dan bahkan
peran tetangga dan atau lingkungan. Mengapa? Karena Tetangga itulah yang akan
mewarnai kehidupan keseharian kita. Mereka akan sangat menentukan ketentraman
dan kenyamanan kita tinggal disuatu tempat. Mereka yang akan membantu kita
mengawasi anak-anak kita dari penculikan. meraka yang membantu mengawasi rumah
kita ketika kita pergi. Kepada mereka pertama kali kita akan meminta
pertolongan disaat ada kebutuhan mendesak. Bahkan meskipun kita mempunyai
saudara yang kaya, terhormat dan mempunyai segala fasilitas sekalipun. Tidak
mungkin kita menunggu saudara dan keluarga yang posisinya jauh tersebut untuk
segera mengantar anak kita ke rumah sakit misalnya.
Dalam buku Ahmad Mahmud Faraj yang berjudul “Kayfa Taj'al Al Nas
Yuhibbunak” (2007), terdapat cerita penuh hikmah terkait betapa tidak
ternilainya kedudukan tetangga.
Suatu ketika Al 'Adawi hendak menjual rumahnya seharga 100.000
dirham. Sebelum menjualnya kepada calon pembeli, dia bertanya, "Dengan
harga berapa engkau hendak membeli rumah yang bertetangga dengan Said ibn Al
'Ash ?. Pembeli balik bertanya, "Membeli tetangga ? Apa pedulinya orang ia
bertetangga dengan siapa saat membeli rumah ?.
Al 'Adawi berkata, "Simpan saja uangmu. Aku tidak jadi menjual
rumahku. Aku tidak akan melepaskan rumah yang berdampingan dengan tetangga yang
baik. Jika Aku tidak ada dia menanyakanku. Jika aku pergi, dia menjaga rumahku.
Jika melihatku, dia mendekatiku. Jika aku butuh sesuatu, dia penuhi
kebutuhanku. Jika aku tidak menyapanya, dia menyapaku terlebih dahulu. Dan jika
aku kesulitan, dia menolongku". Tak
lama kemudian cerita ini sampai di telinga Sain ibn Al 'Ash. Dia memberi Al
'Adawi 100.000 dirham.
Melalui cerita tersebut, kita belajar tentang praktek hidup bertetangga
dari orang-orang yang shaleh dahulu. Bagi mereka, memiliki tetangga yang baik
adalah karunia yang tak ternilai harganya.
Persoalannya, untuk mendapatkan tetangga yang baik dengan cara memilih
tetangga sebelum membangun atau membeli rumah dan menetap di suatu tempat tidaklah
dapat kita lakukan sepenuhnya. Bisa jadi kita sudah (terlanjur) punya rumah, atau
tanah yang kita miliki untuk dibangun rumah hanya disitu, dan tidak mudah
mendapatkan lingkungan yang sepenuhnya ideal seperti itu.
Lalu, bisakah kita mempunyai tetangga yang baik seperti contoh diatas.
Jawabnya, bisa. Caranya, bukan memilih lingkungan yang baik, tetapi dengan
membentuk atau menciptakan lingkungan yang baik. Mari logika mendahulukan
menuntut hak atas tetangga kita balik menjadi mendahulukan pemenuhan kewajiban
bertetangga. Bukankah Rasul menuntunkan demikian?
Berikut beberapa pesan Rasulullah bagaimana membangun relasi yang
baik dengan tetangga. Antara lain :
1.
Salam dan tegur
sapa
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى
الله عليه وسلم حَقُّ اَلْمُسْلِمِ عَلَى اَلْمُسْلِمِ سِتٌّ: إِذَا لَقِيتَهُ
فَسَلِّمْ عَلَيْهِ, وَإِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ, وَإِذَا اِسْتَنْصَحَكَ
فَانْصَحْهُ, وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اَللَّهَ فَسَمِّتْهُ وَإِذَا مَرِضَ
فَعُدْهُ, وَإِذَا مَاتَ فَاتْبَعْهُ . رَوَاهُ مُسْلِمٌ
Artinya : Dari
Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah bersabda, “Hak muslim kepada
muslim yang lain ada enam.” Beliau bersabda, ”Apabila engkau bertemu,
ucapkanlah salam kepadanya; Apabila engkau diundang, penuhilah undangannya;
Apabila engkau dimintai nasihat, berilah nasihat kepadanya; Apabila dia bersin
lalu dia memuji Allah (mengucapkan ’alhamdulillah’), doakanlah dia (dengan
mengucapkan ’yarhamukallah’); Apabila dia sakit, jenguklah dia; dan Apabila dia
meninggal dunia, iringilah jenazahnya (sampai ke pemakaman).” (HR. Muslim :
2.162)
2.
Sedekah dan
berbagi
Anjuran bersedekah kepada tetangga ini sangat
ditekankan oleh Nabi Muhammad SAW :
لَيْسَ
الْـمُؤْمِنُ الَّذيْ يَشْبَعُ وَجَارُهُ جَائِعٌ إلَى جَنْبِهِ
Artinya: "Bukan mukmin, orang yang kenyang
perutnya sedang tetangga sebelahnya kelaparan." (HR Al Baihaqi dalam
Sunan Al Kubra 18108)
Kepada salah seorang sahabatnya, Rosulullah saw mengingatkan,
إِذَا
طَبَخْتَ مَرَقًا فَأَكْثِرْ مَاءَهُ ، ثُمَّ انْظُرْ أَهْلَ بَيْتٍ مِنْ
جِيْرَانِكَ فَأَصِبْهُمْ مِنْهَا بِمَعْرُوْفٍ
Artinya: "Jika engkau memasak sayur,
perbanyaklah kuahnya. Lalu lihatlah keluarga tetanggamu, berikanlah sebagiannya
kepada mereka dengan cara yang baik." (HR Muslim 4766)
3.
Memuliakan
tetangga
Rasulullah SAW bersabda :
مَنْ
كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ
Artinya: "Barang siapa yang beriman kepada
Allah dan hari akhir, hendaknya ia muliakan tetangganya." (HR Bukhari
Nomor 5589 dan Muslim Nomor 70)
4.
Menebar senyum
dan membangun komunikasi yang inten
Wajah yang penuh senyum adalah akhlak Nabi Muhammad SAW.
Sebagaimana diceritakan Jarir bin Abdillah RA :
ما
حجبَني رسول الله – صلى الله عليه وسلم – منذ أسلمتُ، ولا رآني، إلا تبسَّم في
وجهي
Artinya: "Sejak aku masuk Islam, Rasulullah
Shallallahu alaihi wa sallam tidak pernah menghindari aku jika aku ingin
bertemu dengannya, dan tidak pernah aku melihat Beliau kecuali Beliau tersenyum
kepadaku." (HR Bukhari Nomor 6.089)
5.
Menjenguk ketika
sakit
Rasulullah bersabda :
إِذَا عَادَ الرَّجُلُ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ مَشَى فِيْ خِرَافَةِ
الْجَنَّةِ حَتَّى يَجْلِسَ فَإِذَا جَلَسَ غَمَرَتْهُ الرَّحْمَةُ، فَإِنْ كَانَ
غُدْوَةً صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُوْنَ أَلْفَ مَلَكٍ حَتَّى يُمْسِيَ، وَإِنْ كَانَ
مَسَاءً صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُوْنَ أَلْفَ مَلَكٍ حَتَّى يُصْبِحَ
Artinya: "Apabila seseorang menjenguk
saudaranya yang Muslim (yang sedang sakit), maka (seakan-akan) dia berjalan
sambil memetik buah-buahan surga sehingga dia duduk, apabila sudah duduk maka
diturunkan kepadanya rahmat dengan deras. Apabila menjenguknya di pagi hari
maka tujuh puluh ribu malaikat mendoakannya agar mendapat rahmat hingga waktu
sore tiba. Apabila menjenguknya di sore hari, maka tujuh puluh ribu malaikat
mendoakannya agar diberi rahmat hingga waktu pagi tiba." (HR
At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Imam Ahmad dengan sanad sahih).
6.
Berbuat baik
kepada tetangga
Rasulullah SAW bersabda :
خَيْرُ
اْلأَصْحَابِ عِنْدَ اللهِ خَيْرُهُمْ لِصَاحِبِهِ ، وَخَيْرُ الْـجِيْرَانِ
عِنْدَ اللهِ خَيْرُهُمْ لِـجَارِهِ
Artinya: "Sahabat yang paling baik di sisi
Allah adalah yang paling baik sikapnya terhadap sahabatnya. Tetangga yang
paling baik di sisi Allah adalah yang paling baik sikapnya terhadap tetangganya."
(HR At Tirmidzi 1944, Abu Daud 9/156, dinilai sahih oleh Al Albani dalam
Silsilah Ash Shahihah 103)
Betapa pentingnya tetangga ini, sampai-sampai Rasulullah menganggap
tetangga bisa saling mewarisi. Nabi Muhammad SAW.
bersabda:
مَا
زَالَ جِبْرِيْلُ يُوْصِيْنِيْ بِالْـجَارِ حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ سَيُوَرِّثُهُ
Artinya: "Jibril senantiasa menasihatiku
tentang tetangga, hingga aku mengira bahwa tetangga itu akan mendapat bagian
harta waris." (HR Bukhari Nomor 6014 dan Muslim Nomor 2625)
Tengoklah, betapa indahnya tuntunan Islam itu. Sayangnya, kita sering
abai, bahkan merendahkan tetangga dengan alasan karena mereka tidak memenuhi
kewajiban bertetangga. Tanpa harus menuntut tetangga melakukan kewajibannya,
ada baiknya kita penuhi saja dulu kewajiban kita dalam bertetangga. Insyaallah
kita akan mendapatkan balasan kebaikan.
Wallahu'alam.