Saturday, November 26, 2016

Etika Bisnis Islami

1.    Pendahuluan

Islam adalah agama yang kamil (sempurna) dan Syamil (menyeluruh) mencakup seluruh aspek kehidupan.
Kesempurnaan Islam bukan terletak pada ketentuan-ketentuan yang telah rinci. Hanya dalam beberapa aspek ibadah mahdhah yang diatur secara rinci. Selebihnya bersifat global (ijmali), terlebih dalam persoalan mu’amalah (interaksi sesama manusia).
Dalam banyak hal, Al Qur’an maupun hadits sekedar memberikan rambu-rambu yang memungkinkan umat berhujjah kepadanya dengan memberikan peluang ijtihad. Dengan demikian, Islam akan senantiasa actual sepanjang jaman (rahmatan lil ‘alamin).
Dalam permasalahan mu’amalah (lebih spesifik enteraksi ekonomi) Islam telah memberikan rambu-rambu kepada Umatnya, tinggal bagaimana rambu-rambu tersebut dipahami untuk kemudian dipedomani, meskipun tetap memberi ruang bagi ijtihad sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman.

2.    Filosofi
a.    Allah memerintahkan setiap manusia merubah nasibnya sendiri
ان الله لا يغير ما بقوم حتى يغير ما بانفسهم
            “ Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum, kecuali apabila kaum itu berusaha merubahnya sendiri…”

b.    Dalam bekerja harus mematuhi rambu-rambu :

1)    Bekerja tidak dipisahkan dari ibadah. è tujuannya adalah mencari karunia Allah

Al Jumu’ah (62) : 9 – 10
‘Wahai orang yang beriman, apabila telah dipanggil untuk melaksanakan shalat pada hari jum’at, maka bersegeralah mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli (yang sedang engkau lakukan), dan apabila telah selesai shalat dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu semua dimuka bumi ini untuk menggapai fadhilah (keutamaan/rizki) dari Allah”

Al Isra’ (17) : 12
‘….Dan kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu kami hapuskan malam dan datanglah siang agar kamu mencari karunia dari tuhanmu……”

2)    Motivasi bekerja

Untuk menghindarkan diri dari membebani orang lain, mencukupii kebutuhan keluarga dan untuk dapat/mampu beribadah dengan harta

من طلب الدنيا حلال استعفافا عن المساءلة و سعيا علي اهله و تعطفا علي جاره بعث الله يوم القيامة و وجهه كالقمر ليلة البدر

“barangsiapa mencari kecukupan dunia, halal cara dan yang diperoleh, dalam rangka membebaskan diri dari meminta-minta, dalam rangka menafkahi keluarga, dan dalam rangka agar mampu beribadah dengan harta (membantu tetangganya), maka ia akan diangkat oleh Allah pada hari kiamat, sedang wajahnya berseri-seri laksana sinar bulan purnama…”

Tidak dalam rangka untuk ditumpuk-tumpuk, berbangga-bangga diri dan pamer (riya’)

و من طلب الدنيا حلال مكاثرا مفاخرا مراءيا لقي الله يوم القيامة و هو عليه غضبا ن 

Sebaliknya barang siapa mencari kebutuhan dunia, meskipun halal cara mendapatkan dan harta yang diperoleh, tetapi dalam dirinya masih tersimpan niat ingin menumpuk-numpuk harta, berbangga diri dan sombong, maka dia “akan menghadap Allah pada hari kiamat nanti dengan murka dari Allah SWT.

3)    Halal Caranya

a)    Dalam Promosi harus jujur, tidak menipu, dan Tidak sumpah palsu
An Nahl (16) : 116
وَلَا تَقُولُوا لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمْ الْكَذِبَ هَذَا حَلَالٌ وَهَذَا حَرَامٌ لِتَفْتَرُوا عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ لَا يُفْلِحُونَ

            “ Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta, “ini halal ini haram”, untukm mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah, mereka tidak akan beruntung.”




b)    Tidak Riba
Al Bararah : 275 - 276
الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا لَا يَقُومُونَ إِلَّا كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنْ الْمَسِّ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا إِنَّمَا الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبَا وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا فَمَنْ جَاءَهُ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّهِ فَانتَهَى فَلَهُ مَا سَلَفَ وَأَمْرُهُ إِلَى اللَّهِ وَمَنْ عَادَ فَأُوْلَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
       “ Orang-orang yang memakan (hasil) riba, mereka tidak berdiri kecuali sebagaimana berdirinya orang yang kerasukan syetan, hal itu terjadi karena mereka mengatakan bahwa jual beli sama saja dengan riba, (padahal) Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba, barangsiapa telah mendapatkan pengetahuan dari (tuhannya (Allah) maka tinggalkanlah dan baginya apa yang telah berlalu, sedang urusannya ada pada Allah. Sedang baerangsiapa berpaling (dari pemberitahuan Allah) mereka adalah ahli neraka, yang akan kekal didalamnya selama-lamanya.”

يَمْحَقُ اللَّهُ الرِّبَا وَيُرْبِي الصَّدَقَاتِ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ كَفَّارٍ أَثِيمٍ
c)    Tidak mengurangi timbangan

d)     


4)    Halal yang diperoleh dan dimakan
Al Baqarah (2) : 168
يَاأَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ

                  Al Maidah (4) : 88
وَكُلُوا مِمَّا رَزَقَكُمْ اللَّهُ حَلَالًا طَيِّبًا وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي أَنْتُمْ بِهِ مُؤْمِنُونَ

                  An-Nahl : 114
فَكُلُوا مِمَّا رَزَقَكُمْ اللَّهُ حَلَالًا طَيِّبًا وَاشْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ

5)    Pengaruhnya positif terhadap diri, keluarga dan masyarakat

6)     


c.    Terhadap masalah harta, ada tiga macam  pertanggungjawaban : darimana diperoleh, bagaimana cara memperoleh dan kemana dibelanjakan