IDUL
ADHA 1444 H DAN KETELADANAN IBRAHIM
Oleh : H.R. Agung Nugraha, S.Ag., M.A.
اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ اِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ
شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ اَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ
لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَاَصْحَابِهِ
وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ قَال اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ
الْكَرِيْمِ يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ
وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ اَمَّا بَعْدُ
فَيَاعِبَادَ اللهِ اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ
لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
Allahu
Akbar 2x, …. wa lillahi al-hamd
Hari ini, sebagian besar
kaum muslimin di seluruh penjuru dunia merayakan hari raya idul adha,
mengumandangkan takbir, tahmid dan tahlil diikuti kegiatan penyembelihan hewan
kurban. Sementara para jamaah haji melaksanakan rangkain wajib haji, yaitu
melontar Jumroh Aqobah. Sayang, hari bahagia serasa tidak
begitu sempurna karena sebagian saudara kita baru akan melaksanakan sholat id esok
hari. Meski demikian kondisi ini telah menjadi kesadaran kita untuk lebih toleran
dan menghargai keyakinan sesama muslim. Namun demikian, kita tentu berharap semoga
segera terjadi kesepakatan kalender Islam global, sehingga kesatuaan umat Islam
(ummatan wahidatan) yang menjadi harapan semua muslim dapat terwujud dan
menjadi kenyataan.
Allahu
Akbar 2x, …. wa lillahi al-hamd
Kaum
Muslimin, yang dimulyakan Allah.,
Dalam
Surat At-Taubah (9): 36, dijelaskan bahwa diantara 12 bulan perhitungan tahun
hijriyah, ada empat bulan hurum (mulia), yaitu Rajab, Dzulqo’dah,
Dzulhijjah dan Muharram.
Pada
bulan Dzulhijjah, ada beberapa ibadah utama, yaitu rangkaian ibadah haji,
memperbanyak takbir, tahmid dan tahlil, pelaksanaan puasa ‘Arofah, Sholad Idul
Adha, dan penyembelihan qurban. Satu dengan
lainnya saling terkait. Meski demikian tidak berarti saling menegasikan.
Artinya, jamaah haji (bahkan) tidak melaksanakan puasa arofah dan sholat Id,
orang yang tidak berkurban tetap sah
puasa ‘arofahnya, tidak sholat id bukan berarti kurbannya tidak
diterima.
Rangkaian
ibadah tersebut tentu mempunyai makna dan hakikat yang sepatutnya dijadikan
rujukan dan pedoman bagi setiap umat Islam dalam menapaki kehidupan
sehari-hari..
Hakikat
Takbir, Tahmid dan Tahlil
Allahu
Akbar 2x, …. wa lillahi al-hamd
Diantara
ibadah yang dituntunkan adalah memperbanyak Takbir, Tahmid dan Tahlil sejak
tanggal 9 sampai 13 Dzulhijjah.
Kalimat
takbir, Allahu Akbar, yang dikumandangkan adalah
pernyataan, ikrar dan pengakuan hamba bahwa Allah adalah dzat yang maha besar
dan maha kuasa. Ikrar ini juga mengandung pengakuan bahwa kekuasaan yang kita
emban sesungguhnya adalah milik Allah. Allahlah pemilik kekuasaan sesunguhnya,
Allah yang memberi jabatan dan kekuasaan kepada siapa saja yang dikehendaki,
dan mencabut kekuasaan tersebut dari siapa saja yang dikehendaki. (Ali Imron :
26)
Setelah
menetapkan tauhid kepada Allah, kalimat tahlil, la ilaha illa
Allah, yang kita ucapkan adalah pernyataan bahwa tidak ada dzat yang berhak
disembah dan diibadahi selain Allah. Hanya kepada Allah kita menyembah,
berserah diri dan meminta pertolongan.
Adapun
kalimat tahmid, wa lillaahi al-hamd, merupakan pernyataan
tulus dari hati yang paling dalam bahwa semua nikmat yang telah kita terima,
baik berupa harta, kesejahteraan dan kebahagian keluarga serta seluruh
kenikmatan hidup ini semua berasal dari Allah. Oleh karenanya, kita kita
senantiasa bersyukur seraya memuji Allah setiap pagi maupun petang (bukratan
wa ashilan).
Takbir,
tahlil
dan tahmid yang kita kumandangkan tidak lain adalah ungkapan taqwa yang
terhunjam dalam hati kita. Allah SWT berfirman : “Demikianlah, barangsiapa
mengagungkan nama Allah, sesungguhnya itu adalah ekspresi dari ketaqwaan hati”.
(QS Al Hajj (22): 32).
Meneladani
Keluarga dan Kepemimpinan Ibrahim
Allahu
Akbar 2x, …. wa lillahi al-hamd
Nabi
Ibrahim merupakan bapak seluruh nabi dan pemimpin bagi seluruh manusia. Pada
diri dan keluarganya, terdapat pelajaran berharga yang sepatutnya menjadi
perhatian kita.
Allah
berfirman :“ Dan Ingatlah, ketika Ibrahim diuji tuhannya dengan beberapa
kalimat, lalu dia melaksanakannya dengan sempurna. Allah berfirman :
Sesungguhnya aku menjadikan engka sebagai pemimpin bagi seluruh manusia. Dia
berkata : dan (juga) dari anak cucuku?”, Allah berfirman : (benar, tetapi)
janjiku tidak berlaku bagi orang-orang zalim’ (Al Baqarah (2) : 124).
Apabila
kita menyimak sejarah nabi Ibrahim, akan kita dapati pelajaran berharga yang
dapat kita petik, serta beberapa hikmah yang dapat kita ambil dan dapat kita
jadikan sebagai panduan kita menjalani kehidupan, baik dalam perspektif
pribadi, keluarga maupun dalam aspek kepemimpinan.
Diantara
pelajaran dan hikmah tersebut antara
lain :
1.
Tauhid yang kokoh.
Dalam
surat al An’am (6) : 74-77 tergambar bahwa perjuangan mencari kebenaran sudah dimulai sejak ibrahim
muda. Ia hidup dari lingkungan yang tidak bertauhid. Ayah Ibrahim, Azar
merupakan pembuat patung sekaligus penyembah berhala. Akal dan naluri ibrahim
menolak, kemudian bimbang, hingga akhirnya
meyakini bahwa aktifitas
menyembah berhala merupakan tindakan yang tidak benar. Dan keyakinan bahwa
menyembah berhala adalah kesesatan ia sampaikan kepada ayahnya, Azar.
Pencarian
tuhan terus berjalan, hingga ketika ibrahim menemukan bintang dianggap sebagai
tuhan, bintang berganti bulan, bulan berganti matahari. Semuanya datang dan
pergi dan tidak mampu meyakinkan Ibrahim hingga akhirnya ‘putus asa”, lalu
akhirnya berdoa : Sesungguhnya jika tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku,
pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat. Akhirnya Ibrahim mendapatkan
keimanan yang kokoh. .
Begitulah
gambaran proses pencarian tuhan hingga ibrahim mendapatkan keyakinan yang benar
dan kokoh terhunjam dalam hatinya.
2.
Sabar
Nabi Ibrahim
adalah contoh pribadi yang sabar. Kesabaran Ibrahim mempertahankan aqidah
mendapatkan berbagai penentangan. Tentangan tersebut terus berlanjut hingga
menghadapi Raja Namrut yang membakar Ibrahim. Kesabaran Ibrahim dilandasi
keimanan yang kuat dan kepasrahan total kepada Allah menghadirkan pertolongan dari Allah. Api
yang semestinya membakar Ibrahim menyelisihi hukum alam. Dengan kuasa Allah,
api terasa dingin bagi Ibrahim, dan dia selamat dari keganasan siksa Namrut.
(QS Al Anbiya (21) : 69).
Masih punya hutang, Yuk bantu selesaikan kewajiban Masjid Lulu al Marjan
3.
Visioner dan tidak egois
Ketika
Allah menyampakain akan menjadikan Ibrahim sebagai pemimpin atas seluruh
manusia, Nabi Ibrahim tidak egois. Beliau berfikir visioner. Ia meminta kepada
Allah agar bukan hanya dirinya, namun keluarga dan umatnya juga menjadi
pemimpin. Permohonan itu diijabah oleh Allah, sehingga nabi-nabi setelahnya
adalah anak keturunan yang mempunyai silsilah sanad sampai kepada nabi Ibrahim.
(Al Baqarah (2) : 124)
4.
Demokratis
Nabi Ibrahim
merupakan sosok ideal dan merupakan pemimpin yang demokratis. Mimpi berupa
perintah menyembelih Ismail yang beberapa kali dialaminya mengokohkan keyakinannya
bahwa hal itu adalah perintah Allah.
Keyakinan akan perintah Allah tidak “membutakan” dirinya dan tidak serta-merta
menjadi otoriter. Ibrahim tidak tiba-tiba menyembelih anaknya, melainkan
“mendiskusikan” mimpinya dan meminta pendapat Ismail. Ia mendengar pendapat.
Dan karena Ismail adalah anak sholeh, maka jawaban Ismail semakin membenarkan
dan menguatkan keyakikan ayahnya dan siap melaksanakan hingga akhirnya diganti
dengan sembelihan yang besar. (Ash-Shaffat (37) : 102)
5.
Keluarga yang taat kepada Allah
Kisah
terkait kokohnya keimanan keluarga Ibrahim sangat tergambar dari peristiwa
kesediaan Islami ketika hendak disembelih berdasarkan mimpi (ru’yan shadiqan)
sang ayah, Ibrahim. Dengan penuh keyakinan bahwa itu adalah perintah Allah,
Ismail menyediakan diri (pasrah kepada Allah) sehingga berkata, “wahai ayahku,
lakukan (perintah Allah tersebut), maka engkau akan mendapatiku termasuk
golongan orang yang bersabar”. (As-Shaffat (37) : 102). Ketataan dan kepasrahan
Ibrahim, Hajar dan Ismail ini merupakan gambaran keluarga ideal, dimana ayah,
ibu dan anak semuanya adalah pribadi yang baik, bertakwa kepada Allah. Dalam
keterangan lain, peristiwa godaan syetan terhadap Ibrahim, ibu Hajar dan Ismail
tersebut diabadikan pada kegiatan lempar jumroh (ula, wustha dan ‘aqabah)
dalam rangkain ibadah haji.
6.
Syukur
Dalam
surat Ibrahim (14): 7, Allah berfirman “Dan ingatlah ketika tuhanmu
memaklumkan, Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya aku akan menambah
(nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingari (nikmat-Ku), maka azab-KU sangat
pedih’
Ayat
ini menunjukkan juga bahwa kepasrahan dan rasa syukur akan berbuah manis.
Totalitas kepasrahan Ibrahim dan Ismail berbuah ganti berupa seekor domba
gemuk. Disembelih dan menjadi syariat kurban hingga saat ini.
Demikian beberapa hikmah yang dapat kita
petik dari perayaan idul adha dan keteladanan Ibrahim beserta keluarganya.
Semoga kita mampu mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Mari kita akhiri dengan berdoa, memohon
kepada Allah semoga diberi kekuatan lahir batin mewujudkan keluarga sakinah
dengan senantiasa meneladani keluaarga Nabi Ibrahim.
اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ
وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْ لَنَا فَاِنَّكَ
خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا
فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ
الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ اَللَّهُمَّ
أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَناَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا
دُنْيَانَ الَّتِى فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِى
فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ
وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شرٍّ اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا
مِنْ خَشْيَتِكَ مَاتَحُوْلُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ
مَا تُبَلِّغُنَابِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَاتُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا
مَصَائِبَ الدُّنْيَا. اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا
وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْهُ
ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ عَاداَنَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِى دِيْنِنَاوَلاَ
تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ
عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا اَللَّهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ
الدَّعْوَاتِ رَبَّنَا اَتِنَا فِى
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ