Friday, December 6, 2024

The power of es teh



Oleh: Muh. Nursalim

 Ini bukan omon-omon. Fakta dan nyata. Aku punya kawan. Ia pagawai tetap di sebuah bank terbesar nomor dua di Indonesia. Sebut saja namanya Andi. Bulan Mei kemarin milih resign dari pekerjaannya yang mentereng. Ia banting stir, jualan es teh.

 Biar keren, gelas yang dipakai diberi merek. Seger. Ia jadi bos segala bos. Direktur untuk bisnisnya yang baru. Tidak diperintah oleh siapa-siapa, kecuali hati nuraninya sendiri dan semangat untuk sukses.

 Sekarang, baru  enam bulan sudah punya 8 gerobak es teh. Dengan karyawan 21 orang. Mereka digaji sesuai UMR. Dengan sift sesuai  yang telah ditentukan. Sehari rata-rata laku 1000 cup. Jika satu cup Rp. 3000. Maka anda bisa hitung sendiri. Rp. 3 juta bro. Kalau sebulan berapa ? hampir Rp. 100 juta. 

 Itulah dahsyatnya bisnis. Recehan tapi sangat menggiurkan. Dan yang lebih penting adalah itulah pekerjaan terbaik menurut  Rasulullah saw


مسند أحمد - (ج 37 / ص 217)

رَافِعِ بْنِ خَدِيجٍ قَالَ قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَىُّ الْكَسْبِ أَطْيَبُ قَالَ « عَمَلُ الرَّجُلِ بِيَدِهِ وَكُلُّ بَيْعٍ مَبْرُورٍ


Rafi’ bin Hudaij berkata, ia bertanaya, “Pekerjaan apa yang paling baik?” Nabi menjawab “Sebaik-baik pekerjaan adalah pekerjaan seorang pria dengan tangannya dan setiap jual beli yang mabrur.”(Hari. Ahmad) 

 Orang sering mendambakan pendapatan tetap, sementara berdagang memang fluktuatif. Terkadang laris kadangkala sepi. Tetapi dengan menegemen risiko yang ketat sebenarnya pendapatan itu bisa tetap di raih. Meskipun tidak maksimal. Es teh di musim hujan tentu tidak selaris saat kemarau.   Maka walaupun hujan, kawan saya itu tetap jualan es teh. Logikanya sederhana, bila tidak jualan tidak mungkin dapat uang. Bila tetap jualan, ada saja yang tetap beli.

 Itulah cara tawakal yang benar. Sebagaimana dijelaskan Ibnu Rajab dalam kitab Jamiul ulum wal Hikam. Kitab ini merupakan syarah kitab Hadis Arbain Nawawiyah yang terkenal. Imam Nawawi menulis 42 hadis. Oleh Ibnu Rajab ditambah delapan. Jadilah 50 hadis. Bukan hanya ditambah tetapi juga dijelaskan sangat panjang hingga 1000 halaman lebih. Salah satu hadis yang beliau tambahkan adalah sebagai  berikut. Hadis nomor 49.

سنن ابن ماجه - (ج 12 / ص 352)

عُمَرَ يَقُولُ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَقُولُ « لَوْ أَنَّكُمْ تَوَكَّلْتُمْ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا

Dari Umar bin Khattab radhiyallahu 'anhu, dari Nabi Muhammad SAW, beliau bersabda:

"Seandainya kalian benar-benar bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya tawakal, niscaya Allah akan memberi kalian rezeki sebagaimana Dia memberi rezeki kepada burung: mereka keluar pagi dalam keadaan lapar dan pulang sore dalam keadaan kenyang."

 Tawakalnya burung adalah keluar dari sarang. Sebab jika hanya tinggal di sarang ia tidak mungkin mendapatkan makanan. Burung liar harus berjibaku untuk mengais rejeki yang ditebar Allah di alam. Sang pencipta telah memberi ilmu kepada setiap makhluk yang diciptakan. Bagaimana cara mendapatkan makanannya. 

 Banyak orang malas berlindung dibalik tawakal. Seakan ia manusia religius. Menggantungkan hidupnya kepada Allah. Padahal Sang Pencipta tidak pernah menurunkan emas dari langit. Juga tidak akan ada lagi makanan siap saji, seperti yang pernah diberikan kepada Maryam. 

 Ibnu Rajab menjelaskan tentang tawakal yang benar itu seperti ini.

Ketahuilah bahwa tawakal yang sempurna tidak bertentangan dengan usaha dalam mencari sebab-sebab yang telah Allah tetapkan sebagai jalan untuk meraih sesuatu. Sebagaimana yang menjadi sunnatullah dalam ciptaan-Nya. Allah memerintahkan manusia untuk mengambil sebab-sebab, bersamaan dengan perintah-Nya untuk bertawakal kepada-Nya.

Usaha melalui anggota tubuh adalah bentuk ketaatan kepada Allah, sementara tawakal dalam hati adalah bagian dari keimanan kepada-Nya. Sebagaimana firman Allah SWT:

"Wahai orang-orang yang beriman, bersiap siagalah kalian..." (QS. An-Nisa: 71)

Dan firman-Nya:"Dan persiapkanlah untuk menghadapi mereka apa saja kekuatan yang kalian sanggupi..." (QS. Al-Anfal: 60)

Tawakal berarti menggabungkan usaha fisik dengan keyakinan hati kepada Allah SWT sebagai satu-satunya pemberi hasil.

 Penjual es teh yang viral itu sudah benar dalam bertawakal. Ia tetap bekerja sebisanya. Walaupun hujan tetap jualan. Ihtiar kuatnya dalam meraih rejeki terdeteksi oleh radar Allah. Lalu sang pencipta melempangkan jalan untuk mendapatkan uang. Dengan cara yang sama sekali tidak terpikirkan. Ia mendadak menjadi jutawan. Setelah dihinakan di muka banyak orang.

 Tawakal yang benar adalah tawakalnya burung. Tetap keluar untuk cari makan. Maka walaupun hujan, penjual es teh tetap jualan. Laku, alhamdulillah. Tidak laku ya tetap alhamdulillah.u Minimal ia dapat pahala ihtiarnya, walaupun tidak mengantongi uangnya.

Tiga Ekspresi Syukur


Ada tiga cara Bersyukur:

                 *1.Melalui aktivitas lisan.*

Dalam aktivitas lisan ini, ucapan "Alhamdulillah" adalah hal minimal yang harus kita lakukan. Aktivitas lain adalah berkata yang baik-baik. Orang yang bersyukur kepada Allah akan selalu menjaga lisannya dari ucapan-ucapan yang tidak baik. Mereka akan selalu berhati-hati dan berusaha untuk tidak mengatakan sesuatu yang membuat orang lain tersakiti hatinya.


Orang-orang yang bersyukur tidak berkeberatan untuk meminta maaf atas kesalahannya sendiri kepada orang lain, sebagaimana mereka juga tidak berkeberatan memaafkan kesalahan orang lain. Kepada Allah SWT, mereka senantiasa bersegera memohon ampunan kepada-Nya. 


Allah SWT, berfirman

خُذِ الْعَفْوَ وَأْمُرْ بِالْعُرْفِ وَأَعْرِضْ عَنِ الْجَاهِلِينَ

"Jadilah pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta jangan pedulikan orang-orang yang bodoh."

( QS. Al A'raf, ayat: 199 ).


Hal ini sesuai dengan perintah Allah SWT dalam surat Ali Imran, ayat 133:

وَسَارِعُواْ إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ

"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu". ( QS.  Ali Imran, ayat: 133 ).


Rasulullah SAW bersabda:

  أفضل الإيمان الصبر و السماحة  

 "Iman yang paling utama adalah sabar dan pemaaf atau lapang dada," 

( HR Bukhari dan Ad Dailami )


Memohon ampun, baik kepada Allah SWT maupun kepada sesama manusia memang tidak perlu ditunda-tunda. Lebih cepat tentu lebih baik. Betapa banyak kerugian yang timbul akibat macetnya hubungan atau silaturahim antar sesama saudara, kawan dan relasi, gara-gara persoalan maaf-memaafkan belum terselesaikan.

          *2.Melalui aktivitas hati.*

 Dalam aktivitas hati ini, bagaimana mengelola hati menjadi hal sangat penting. Aktivitas hati terkait dengan syukur bisa diwujudkan dalam bentuk perasaan senang, ikhlas dan rela dengan apa sudah yang ada. Orang-orang bersyukur tentu lebih mudah mencapai bahagia dalam hidupnya, terlepas apakah mereka termasuk orang sukses atau belum sukses. Syukur tidak mensyaratkan sukses dalam hidup ini, sebab kenikmatan yang diberikan Allah SWT kepada manusia takkan pernah bisa dihitung. Manusia takkan pernah mampu menghitung seluruh kenikmatan yang telah diberikan Allah SWT kepada setiap hamba-Nya.


Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَاٰ تٰٮكُمْ مِّنْ كُلِّ مَا سَاَ لْـتُمُوْهُ ۗ وَاِ نْ تَعُدُّوْا نِعْمَتَ اللّٰهِ لَا تُحْصُوْهَا ۗ اِنَّ الْاِ نْسَا نَ لَـظَلُوْمٌ كَفَّا رٌ

"Dan Dia telah memberikan kepadamu segala apa yang kamu mohonkan kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah)."

(QS. Ibrahim 14: Ayat 34)


فَبِأَيِّ آلاء رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ

Nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

( QS.Ar-Rahman, ayat:13 )


Ayat tersebut diulang berkali-kali dalam ayat-ayat berikutnya dalam surat yang sama, yakni surat Ar-Rahman. Pengulangan ini tentu bukan tanpa maksud. Allah menantang kepada manusia untuk jujur dalam membaca dan menghitung kenikmatan yang telah Dia berikan. Bagaimana kita bisa bernapas, melihat dan mendengar serta bagaimana kita bisa merasakan dengan panca indera kita? Dari pertanyaan-pertanyaan seperti itu saja kita sudah tidak mampu menghitung berapa kenikmatan yang terlibat di dalamnya. Maka barang siapa tidak bersyukur kepada Allah, sesungguhnya dia telah kufur atau mengingkari kenikmatan-kenikmatan yang telah diterimanya dari Allah SWT.


 Memang untuk bisa bersyukur kita perlu kesabaran. Untuk bersabar kita perlu keikhlasan. Dengan kata lain, syukur, sabar dan ikhlas sesungguhnya saling berkaitan. 

Dari sinilah kemudian muncul konsep kecerdasan spiritual. Kecerdasan ini hanya bisa dicapai melalui latihan-latihan yang sering disebut dengan riyadhah. Hal ini berbeda dengan kecerdasan intelektual yang bisa diterima seseorang secara genetis tanpa melalui latihan-latihan tertentu. 

         *3.Melalui aktivitas fisik.*

Aktivitas fisik atau perbuatan nyata terkait dengan syukur bisa diwujudkan dalam berbagai bentuk, baik melibatkan orang lain atau hanya diri sendiri. Yang terkait dengan orang lain misalnya seperti berbagi rejeki, ilmu pengetahuan, kegembiraan dan sebagainya.

Dalam hidup bermasyarakat, kita sering menerima undangan syukuran. Ini adalah contoh syukuran dalam bentuk perbuatan nyata dimana yang punya hajat berbagi rejeki kepada para tamu dengan memberikan jamuan makan dan minum. Jamuan ini menjadi sedekah yang tentu saja bernilai pahala. Undangan-undangan semacam ini tentu memiliki dasar yang kalau kita telusuri akan kita temukan dalam Al Qur'an, 


Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَاَ مَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ

"Dan terhadap nikmat Tuhanmu, hendaklah engkau nyatakan (dengan bersyukur)."

(QS. Ad-Duha 93: Ayat 11)


اِنَّ الْمُصَّدِّقِيْنَ وَا لْمُصَّدِّقٰتِ وَاَ قْرَضُوا اللّٰهَ قَرْضًا حَسَنًا يُّضٰعَفُ لَهُمْ وَلَهُمْ اَجْرٌ كَرِيْمٌ

"Sesungguhnya orang-orang yang bersedekah baik laki-laki maupun perempuan dan meminjamkan kepada Allah dengan pinjaman yang baik, akan dilipatgandakan (balasannya) bagi mereka; dan mereka akan mendapat pahala yang mulia."

(QS. Al-Hadid 57: Ayat 1


Perintah berbagi kenikmatan dengan orang lain dapat ditelusur salah satunya melalui ayat ini dengan maksud agar mereka juga ikut merasakan kebahagiaan yang kita rasakan. Ini sering disebut dengan tahadduts binni'mah. Tentu saja tahadduts binni'mah ini baik. Hanya saja perlu diingatkan agar pelaksanaannya tidak berlebihan dan harus dilakukan dengan niat ikhlas. Yang dimaksud dengan ikhlas di sini adalah tidak ada niat lain kecuali hanya untuk beribadah kepada Allah SWT. Niat-niat lain seperti keinginan untuk pamer atau riya' atas apa yang telah dicapai sebagai keberhasilan harus benar-benar dihindari. Sebab riya' merupakan akhlak yang tercela yang justru bisa menjauhkan kita dari Allah SWT.


Ungkapan syukur dalam bentuk perbuatan nyata dan hanya diri sendiri yang terlibat, bisa diwujudkan dalam bentuk meningkatkan intensitas beribadah. Hal ini biasa dilakukan Nabi Muhammad SAW secara istiqamah dalam kehidupan sehari-harinya. Walaupun beliau sudah dijamin masuk surga, tetap rajin beribadah melebihi siapa pun di dunia ini, hingga kedua kakinya bengkak. Semua ini dilakukan sebagai pengakuan dan ungkapan rasa syukur atas semua kenikamatan yang diterima dari Allah SWT.

Sekali lagi, syukur memang sebuah tingkatan yang sangat tinggi di sisi Allah SWT. Allah menyukai orang-orang yang senantiasa bersyukur kepada-Nya. 

_*Semoga kita semua selalu diberi-Nya kemudahan untuk bersyukur kepada Allah SWT dan dicatat sebagai hamba-hamba-Nya yang bersyukur. Berharap pula kelak di akhirat kita semua akan dikumpulkan dengan para syakirin.*_