Friday, November 30, 2018

Agung Nugraha : Larangan meminta jabatan

حَدَّثَنَا أَبُو النُّعْمَانِ مُحَمَّدُ بْنُ الْفَضْلِ حَدَّثَنَا جَرِيرُ بْنُ حَازِمٍ حَدَّثَنَا الْحَسَنُ حَدَّثَنَا عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ سَمُرَةَ قَالَ
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا عَبْدَ الرَّحْمَنِ بْنَ سَمُرَةَ لَا تَسْأَلْ الْإِمَارَةَ فَإِنَّكَ إِنْ أُوتِيتَهَا عَنْ مَسْأَلَةٍ وُكِلْتَ إِلَيْهَا وَإِنْ أُوتِيتَهَا مِنْ غَيْرِ مَسْأَلَةٍ أُعِنْتَ عَلَيْهَا وَإِذَا حَلَفْتَ عَلَى يَمِينٍ فَرَأَيْتَ غَيْرَهَا خَيْرًا مِنْهَا فَكَفِّرْ عَنْ يَمِينِكَ وَأْتِ الَّذِي هُوَ خَيْرٌ

Telah menceritakan kepada kami Abu Nu'man Muhammad bin Fadhl telah menceritakan kepada kami Jarir bin Hazim telah menceritakan kepada kami Al Hasan telah menceritakan kepada kami Abdurrahman bin Samurah mengatakan, Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
"Wahai Abdurrahman bin Samurah, Janganlah kamu meminta jabatan, sebab jika engkau diberi (jabatan) karena meminta, kamu akan ditelantarkan, dan jika kamu diberi dengan tidak meminta, kamu akan ditolong, dan jika kamu melakukan sumpah, kemudian kamu melihat suatu yang lebih baik, bayarlah kaffarat sumpahmu dan lakukanlah yang lebih baik."

HR. Bukhari: 6.132 @ensiklopedi hadis

Ibrah :
Adab dalam perusahaan/birokrasi agar tidak meminta jabatan. Karena prinsip utama terkait jabatan adalah amanah (kepercayaan).

Hadis ini tidak berarti menutup peluang seorang karyawan untuk berkarir didalam perusahaan/instansinya. Apabila seorang ingin berkarir, yang seharusnya dilakukan ialah dengan menunjukkan integritas, profesionalitas dan kompetensi. Bukan melalui kasak kusuk 'menjilat' dan 'cari muka' sementara tidak ada prestasi yang disumbangkan kepada perusahaan/instansinya.

Hadis ini juga memberikan petunjuk  kepada pimpinan untuk menempatkan  seseorang berdasarkan kapasitas dan kompetensi, bukan karena "permintaan".

Disamping meminta jabatan, hadis ini juga memberikan norma terkait meminta pekerjaan. Keduanya berpotensi terhadap suap yang dilarang didalam Islam.

Tidak sedikit kita mendengar berita banyaknya kasus suap-menyuap terjadi terkait penempatan dan pengangkatan pejabat. Suap juga terjadi pada kasus ketika pengusaha meminta pekerjaan (proyek) yang pada akhirnya berpengaruh kepada buruknya kinerja dan atau hasil pekerjaan (proyek).

Allahu a'lam

Thursday, November 29, 2018

Agung Nugraha : hukum makar

حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ حَدَّثَنِي مَالِكٌ عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ قَالَ أَخْبَرَنِي عُبَادَةُ بْنُ الْوَلِيدِ أَخْبَرَنِي أَبِي عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ قَالَ
بَايَعْنَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى السَّمْعِ وَالطَّاعَةِ فِي الْمَنْشَطِ وَالْمَكْرَهِ وَأَنْ لَا نُنَازِعَ الْأَمْرَ أَهْلَهُ وَأَنْ نَقُومَ أَوْ نَقُولَ بِالْحَقِّ حَيْثُمَا كُنَّا لَا نَخَافُ فِي اللَّهِ لَوْمَةَ لَائِمٍ

Telah menceritakan kepada kami Ismail telah menceritakan kepadaku Malik dari Yahya bin Sa'id mengatakan, telah mengabarkan kepadaku 'Ubadah bin Al Walid telah mengabarkan kepadaku Ayahku dari Ubadah bin Ash Shamit mengatakan; 'kami berbai'at kepada Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam untuk mendengar dan taat, baik ketika giat (semangat) maupun malas, dan untuk tidak menggulingkan kekuasaan dari orang yang berwenang terhadapnya, dan mendirikan serta mengucapkan kebenaran dimana saja kami berada, kami tidak khawatir dijalan Allah terhadap celaan orang yag mencela.'

Ibrah :
Pentingnya baiat (janji) untuk setia kepada pemerintahan yang sah. Tidak diperkenankan merebut kekuasaan dengan cara yang tidak sesuai dengan  ketentuan (inkonstitusional).

Seorang muslim harus tetap kritis menyuarakan kebenaran dan keadilan dalam keadaan atau posisi apapun. Ia tidak boleh terkooptasi oleh kekuasaan kemudian diam. Kewajiban amar Ma'arif dan nahi Munkar tetap melekat dalam diri seorang muslim, apapun pangkat dan jabatannya.

Hadis ini juga mengandung pesan agar tidak mudah menyerah dan atau putus asa terhadap kritik bahkan cacian yang ditujukan terkait fungsi kontrol tersebut.

Semoga Allah mudahkan segala urusan. Aamiin

Allahu a'lam

Wednesday, November 28, 2018

Ajaran Islam : dahulukan kepentingan orang lain
Diantara Hal yang Dipandang Sebagai Kebaikan dalam Islam adalah Mengorbankan Kepentingan Pribadi Demi Kepentingan Orang Lain

Islam bukan merupakan agama yang hanya mengajarkan hal-hal yang bersifat spiritual teologis, tetapi juga membimbing dan mengajarkan manusia bagaimana melakukan hal baik yang terkait dengan  mental diri dan komitmen dalam  kehidupan bersama di tengah kehidupan umat manusia.

Kesediaan mengorbankan kepentingan pribadi demi kepentingan orang lain merupakan kebaikan yang sangat dihargai dalam Islam. Memberikan barang yang sudah tidak kita senangi  kepada orang lain, sekalipun terkadang masih kita gunakan, tidak dipandang sebagai suatu kebaikan. Apalagi memberikan barang atau harta yang sudah tidak pernah dipakai lagi.

Sebab jika merujuk pada QS. Al-Baqarah:177, yang dianggap sebagai kebaikan dalam memberi kepada orang lain dan sekaligus merupakan pengorbanan adalah memberikan barang atau harta yang masih dicintai dan disenangi. Baik diberikan  kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, musafir yang membutuhkan pertolongan, orang yang meminta-minta, maupun untuk membebaskan orang yang diperjualbelikan yang dilandasi ketaatan kepada Allah.

Hal demikian sekaligus juga menunjukkan betapa Islam sangat berkomitmen dalam mendorong kebaikan hidup bersama untuk mewujudkan keadilan sosial dan ekonomi, serta  melawan sikap tiran dan intimidatif yang menjajah dan merampas hak dan kemerdekaan hidup orang lain. Salam Yansur.
Makanan haram, bagaikan makan api
Agar Terhindar dari Memakan Makanan Haram Maka Lintaskan dalam Benak Bahwa Mencari dan Memakannya Bagaikan Mencari dan Menelan Api

Metafor yang dikemukakan Kitab Suci terkait dengan orang yang memakan makanan yang dilarang oleh Allah adalah seperti orang yang menelan api ke dalam perutnya. Meskipun lahirnya makanan itu nampak lezat, disajikan dalam ruang dan keadaan yang menyenangkan tetapi sesungguhnya yang dimakan itu adalah kepedihan.

“..mereka itu sebenarnya tidak memakan (tidak menelan) ke dalam perutnya melainkan api…” demikian penggalan firman Allah dalam QS. Al-Baqarah: 174.

Mengunyah dan menelan makanan yang diharamkan pada dasarnya sedang meratakan dan menelusuri jalan yang akan menghantarkan kita di Hari Kemudian ke dalam bara api neraka. Keadaan yang pasti sangat ditakutkan oleh orang mukmin yang meyakini akan kepastian datangnya Hari Kemudian itu.

Metafor sekaligus ancaman tersebut sesungguhnya merupakan kemurahan Allah kepada manusia. Sebab metafor tersebut dapat dijadikan sebagai terknik dan metode untuk menghindarkan diri dari memakan makanan yang diharamkan. Kita bisa melatih diri dengan melintaskan pikiran bahwa memakan makanan yang diharamkan itu berarti menelan api.

Jika menelannya bagaikan menelan bara api maka ketika proses mencarinya; mulai dari niat, gerak anggota tubuh, dan media yang digunakan sesungguhnya sudah merupakan api itu sendiri yang seharusnya sudah  membuat kita kepanasan. Walaupun ruang yang digunakan untuk mencari rejeki yang haram itu ruangan ber-AC. Salam Yansur.
Hati-hati mengangkat pengganti
Oleh : Agung Nugraha

*Hati-hati Mengangkat pengganti*

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يُوسُفَ أَخْبَرَنَا سُفْيَانُ عَنْ هِشَامِ بْنِ عُرْوَةَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ
قِيلَ لِعُمَرَ أَلَا تَسْتَخْلِفُ قَالَ إِنْ أَسْتَخْلِفْ فَقَدْ اسْتَخْلَفَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مِنِّي أَبُو بَكْرٍ وَإِنْ أَتْرُكْ فَقَدْ تَرَكَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مِنِّي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَثْنَوْا عَلَيْهِ فَقَالَ رَاغِبٌ رَاهِبٌ وَدِدْتُ أَنِّي نَجَوْتُ مِنْهَا كَفَافًا لَا لِي وَلَا عَلَيَّ لَا أَتَحَمَّلُهَا حَيًّا وَلَا مَيِّتًا

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Yusuf telah mengabarkan kepada kami Sufyan dari Hisyam bin Urwah dari ayahnya dari Abdullah bin Umar radliallahu 'anhuma, ia mengatakan, Umar ditanya; 'mengapa engkau tidak mengangkat pengganti (untuk menjadi) khalifah? ' Umar menjawab; 'Kalaulah aku mengangkat pengganti (untuk menjadi) khalifah, sungguh orang yang lebih baik dari diriku Abu Bakar telah mengangkat pengganti (untuk menjadi) khalifah, dan kalaulah aku tinggalkan, orang yang lebih baik dari diriku juga telah meninggalkannya, yaitu Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam.' maka para sahabat memujinya, sehingga Umar mengatakan; 'Sungguh aku berharap-harap cemas, saya berharap sendainya aku selamat dari bahaya kekhilafahan ini dalam keadaan netral, tidak mendapat ganjaran, tidak juga mendapat dosa yang harus saya tanggung, baik ketika hidupku maupun kematianku.'

HR. Bukhari: 6.678 @ensiklopedi hadis

Ibrah :
Menggambarkan bahwa Umar bin Khatab mempunyai sikap yang sangat berhati-hati terkait dengan kepemimpinan.

Umar tidak mempersiapkan penggantinya, bahkan terkesan berlepas diri dari masalah kekhalifahan.

Hadis ini jangan ditangkap sebagai "kebolehan" abstain dan atau cuek terkait penentuan kepemimpinan.

Hadis ini justru dapat dipahami  akan betapa pentingnya kedudukan pemimpin sehingga  perlu sangat berhati-hati didalam memilih pemimpin karena sangat berpengaruh dan menentukan arah dan kebijakan bangsa/negara.

_Allahu a'lam_

_______________
*Yayasan Darul Muttaqien Medari*
_Cerdas & Menggembirakan_
Hukum makar
Oleh : Agung Nugraha

*hukum makar*

حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ حَدَّثَنِي مَالِكٌ عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ قَالَ أَخْبَرَنِي عُبَادَةُ بْنُ الْوَلِيدِ أَخْبَرَنِي أَبِي عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ قَالَ
بَايَعْنَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى السَّمْعِ وَالطَّاعَةِ فِي الْمَنْشَطِ وَالْمَكْرَهِ وَأَنْ لَا نُنَازِعَ الْأَمْرَ أَهْلَهُ وَأَنْ نَقُومَ أَوْ نَقُولَ بِالْحَقِّ حَيْثُمَا كُنَّا لَا نَخَافُ فِي اللَّهِ لَوْمَةَ لَائِمٍ

Telah menceritakan kepada kami Ismail telah menceritakan kepadaku Malik dari Yahya bin Sa'id mengatakan, telah mengabarkan kepadaku 'Ubadah bin Al Walid telah mengabarkan kepadaku Ayahku dari Ubadah bin Ash Shamit mengatakan; 'kami berbai'at kepada Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam untuk mendengar dan taat, baik ketika giat (semangat) maupun malas, dan untuk tidak menggulingkan kekuasaan dari orang yang berwenang terhadapnya, dan mendirikan serta mengucapkan kebenaran dimana saja kami berada, kami tidak khawatir dijalan Allah terhadap celaan orang yag mencela.'

Ibrah :
Pentingnya baiat (janji) untuk setia kepada pemerintahan yang sah. Tidak diperkenankan merebut kekuasaan dengan cara yang tidak sesuai dengan  ketentuan (inkonstitusional).

Seorang muslim harus tetap kritis menyuarakan kebenaran dan keadilan dalam keadaan atau posisi apapun. Ia tidak boleh terkooptasi oleh kekuasaan kemudian diam. Kewajiban amar Ma'arif dan nahi Munkar tetap melekat dalam diri seorang muslim, apapun pangkat dan jabatannya.

Hadis ini juga mengandung pesan agar tidak mudah menyerah dan atau putus asa terhadap kritik bahkan cacian yang ditujukan terkait fungsi kontrol tersebut.

Semoga Allah mudahkan segala urusan. Aamiin

_Allahu a'lam_
_______________
*Yayasan Darul Muttaqien Medari*
_Cerdas & Menggembirakan_

Tuesday, November 27, 2018

Hati hati terhadap makanan dan sumbernya
Hati-hati dan Perhatikan Jenis, Cara Mendapatkan, dan Keadaan Makanan sebelum Memakannya Agar tidak Memakan Makanan yang Terlarang.

Hanya sebagian kecil saja dari sekian banyak makanan yang tersedia dimuka bumi ini yang tidak boleh memakannya. Itu pun tidak semua  terkait dengan substansi bendanya, seperti darah yang mengalir, daging babi dan anjing, bangkai, binatang bertaring dan berparuh melengkung sebagaimana dijelaskan secara Rinci dalam Kitab Suci dan Sabda Nabi.

Namun ada  juga yang terlarang memakannya karena cara mendapatkannya melalui jalan yang terlarang, seperti hasil berjudi, korupsi, mencuri, menipu, merampok, dan merampas.  Atau, jika terkait dengan binatang, cara  matinya yang tidak disembelih dengan atas nama Allah, walaupun sesungguhnya binatang itu bukan termasuk yang diharamkan dan diperolehnya melalui cara yang dibenarkan.

Kendatipun demikian, ketika dihadapkan dalam keadaan  terpaksa yang mengancam jiwa sehingga dapat mengakibatkan kematian, maka apa yang diharamkan itu diperkenankan untuk memakannya. Asalkan memakan hanya sekedarnya saja,  sebatas penawar rasa lapar atau obat untuk mempertahankan diri dari ancaman kematian, bukan karena keinginan seleranya.

“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagi kamu bangkai, darah, daging babi, dan binatang yang (ketika disembelih)  disebut (nama) selain Allah. Tetapi barang siapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang ia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. Al-Baqarah : 173). Salam Yansur.
Larangan makar
Oleh : Agung Nugraha

*Larangan makar*

حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ حَدَّثَنِي ابْنُ وَهْبٍ عَنْ عَمْرٍو عَنْ بُكَيْرٍ عَنْ بُسْرِ بْنِ سَعِيدٍ عَنْ جُنَادَةَ بْنِ أَبِي أُمَيَّةَ قَالَ دَخَلْنَا عَلَى عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ
وَهُوَ مَرِيضٌ قُلْنَا أَصْلَحَكَ اللَّهُ حَدِّثْ بِحَدِيثٍ يَنْفَعُكَ اللَّهُ بِهِ سَمِعْتَهُ مِنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ دَعَانَا النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَبَايَعْنَاهُ فَقَالَ فِيمَا أَخَذَ عَلَيْنَا أَنْ بَايَعَنَا عَلَى السَّمْعِ وَالطَّاعَةِ فِي مَنْشَطِنَا وَمَكْرَهِنَا وَعُسْرِنَا وَيُسْرِنَا وَأَثَرَةً عَلَيْنَا وَأَنْ لَا نُنَازِعَ الْأَمْرَ أَهْلَهُ إِلَّا أَنْ تَرَوْا كُفْرًا بَوَاحًا عِنْدَكُمْ مِنْ اللَّهِ فِيهِ بُرْهَانٌ

Telah menceritakan kepada kami Isma'il telah menceritakan kepadaku Ibnu Wahb dari Amru dari Bukair dari Busr bin Sa'id dari Junadah bin Umayyah mengatakan, kami berkunjung ke Ubadah bin Shamit yang ketika itu sedang sakit. Kami menyapa; 'semoga Allah menyembuhkanmu, ceritakan kepada kami sebuah Hadits, yang kiranya Allah memberimu manfaat karenanya, yang engkau dengar dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam!  Ia menjawab; 'Nabi shallallahu 'alaihi wasallam memanggil kami sehingga kami berbaiat kepada beliau.' Ubadah melanjutkan; diantara janji yang beliau ambil dari kami adalah, agar kami berbaiat kepada beliau untuk senantiasa mendengar dan ta'at, saat giat mapun malas, dan saat kesulitan maupun kemudahan, lebih mementingkan urusan bersama, serta agar kami tidak mencabut urusan dari ahlinya kecuali jika kalian melihat kekufuran yang terang-terangan, yang pada kalian mempunyai alasan yang jelas dari Allah.'

HR. Bukhari: 6.532 @ensikkioedi hadis

Ibrah :
Hadis ini memuat beberapa prinsip terkait kepemimpinan, yaitu :
1. Agar umat (rakyat) berbaiat (berjanji) senantiasa mentaati kebijakan pemimpin/Ulil Amri  (pemegang urusan umat) dalam berbagai keadaan. Ketaatan kepada pemimpin merupakan bagian dari perintah setelah taat kepada Allah dan taat kepada Rasulullah.
2.  Mengutamakan kepentingan umum/kepentingan bersama diatasnya kepentingan pribadi. Prinsip ini berlaku umum, baik  rakyat maupun apalagi pemimpinnya. Oleh karena itu ada kaidah fiqh _tasharuful imam Manut bil maslahah_ kebijakan pemimpin adalah untuk kemaslahatan.
3. Tidak merebut kepemimpinan yang sah kecuali karena pemimpin tersebut nyata-nyata melakukan kekufuran. Yang dimaksud kufur dalam hadis ini dipahami dalam dua makna. Pertama, terkait akidah pribadi sang pemimpin. Karenanya kita dilarang mengangkat pemimpin yang  kafir. Kedua, kufur dalam pengertian kebijakan  pemimpin yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Islam. Diantara prinsip syariat Islam, 1) Melindungi Agama, 2) Melindungi jiwa, 3) Melindungi harta, 4) Melindungi Keturunan, dan 5) Melindungi akal.

Ketika kebijakan pemimpin tidak sesuai dengan prinsip-prinsip Islam tersebut, maka amanat/mandat kepemimpinan boleh untuk dicabut.

Dalam sistem pemerintahan demokrasi, aplikasi dari "mencabut mandat" kepemimpinan antara lain melalui 'impeacment' ditengah masa pemerintahan, dan atau tidak memilih/ mengangkat kembali pemimpin tersebut dalam proses pemilihan selanjutnya.

_Allahu a'lam_
_______________
*Yayasan Darul Muttaqien Medari*
_Cerdas & Menggembirakan

Monday, November 26, 2018

Pemimpin dan tanggungjawabnya

Setiap kita adalah pemimpin, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas amanah yang diemban

Oleh : Agung Nugraha

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنِي نَافِعٌ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كُلُّكُمْ رَاعٍ فَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالْأَمِيرُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ بَعْلِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ وَالْعَبْدُ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ أَلَا فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah menceritakan kepada kami Yahya dari 'Ubaidulloh berkata, telah menceritakan kepadaku Nafi' dari 'Abdullah radliallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: *"Setiap kalian adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya. Amir (kepala Negara), dia adalah pemimpin manusia secara umum, maka dia akan diminta pertanggung jawaban atas mereka. Seorang suami dalam keluarganya adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung jawaban atas mereka. Seorang isteri adalah pemimpin di dalam rumah tangga suaminya dan terhadap anak-anaknya dan dia akan diminta pertanggung jawaban atas mereka. Seorang hamba sahaya adalah pemimpin dalam urusan harta tuannya dia akan diminta pertanggung jawaban atasnya. Ketahuilah bahwa setiap kalian adalah pemimipin dan setiap kalian akan diminta pertanggung jawaban atas siapa yang dipimpinnya ".*

HR. Bukhari: 2.368 @ensiklopedi hadis

Ibrah :
Hadis ini menunjukkan bahwa setiap manusia adalah pemimpin. Kepemimpinan itu berlaku pada diri sendiri, keluarga, masyarakat, lembaga maupun pemerintahan sesuai dengan kedudukannya.

Yang paling penting kemudian adalah perlunya kesadaran bahwa semua posisi dan kedudukan yang disematkan kepada kita akan dimintai pertanggungjawaban.

Dalam ilmu manajemen ada dikenal job description (pembagian tugas) dan akuntabilitas, maka akuntabilitas tersebut tidak cukup hanya di dunia melainkan hingga akhirat harus dapat dipertanggungjawabkan.

Dengan demikian, sudah semestinya seorang muslim lebih bertanggungjawab atas tugas yang menjadi tanggungjawabnya.

_Allahu a'lam_
_______________
Yayasan Darul Muttaqien Medari
Cerdas & Menggembirakan
Tugas kita tabligh, hidayah itu dari Allah
Tugas Kita Hanya Menyampaikan Kebenaran Setelah itu Serahkan Pada Kemerdekaan Orang Lain untuk Menerima ataupun Menolaknya

Memang, bukan kapasitas kita untuk memastikan apalagi memaksa orang lain agar mengikuti apa yang kita sampaikan. Walaupun yang disampaikan itu sudah berdasar pada argumen yang  otentik dari sumber rujukan utama dalam beragama.

Tugas setiap muslim  adalah menyampaikan apa yang didengar dan didapat dari hasil taklim, yang  sebelumnya sudah melakukan kroscek dan klarifikasi dengan dalil-dalil resmi yang diakui kesahihannya.

Setelah menyampaikannya, serahkan sepenuhnya pada kemerdekaan orang lain. Tanpa harus menghujat dan menghakiminya, apalagi  melakukan kriminalisasi dengan mengatasnamakan kebenaran itu sendiri. Jangan sampai menimbulkan sikap benci dan antipati, sebab jika sudah tertanam sikap benci dan antipati, apapun yang disampaikan tidak akan pernah bisa diterima.

Bahkan bisa jadi bagi orang yang sudah terlanjur antipati,  kebenaran yang disampaikan itu akan diputar balikkan dan  dicari titik lemah dan salahnya. Jika tidak ditemukan kelemahan dan kesalahan dalam substansi, kesalahan akan dicari dalam caranya ketika kita menyampikan. Sehingga pada saatnya pesan kebenaran itu lambat laun akan tertutup dan tergantikan dengan kesalahan-kesalahan yang ditemukan.

Hal demikian akan sangat membahayakan, dapat mengancam kearifan dan pengetahuan ummat karena dikuasasi oleh perasaan antipati dan kebencian yang berlebih-lebihan. Salam Yansur.
Setiap kita adalah pemimpin
Oleh : Agung Nugraha

*Setiap kita adalah pemimpin*

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنِي نَافِعٌ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كُلُّكُمْ رَاعٍ فَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالْأَمِيرُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ بَعْلِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ وَالْعَبْدُ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ أَلَا فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah menceritakan kepada kami Yahya dari 'Ubaidulloh berkata, telah menceritakan kepadaku Nafi' dari 'Abdullah radliallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: *"Setiap kalian adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya. Amir (kepala Negara), dia adalah pemimpin manusia secara umum, maka dia akan diminta pertanggung jawaban atas mereka. Seorang suami dalam keluarganya adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung jawaban atas mereka. Seorang isteri adalah pemimpin di dalam rumah tangga suaminya dan terhadap anak-anaknya dan dia akan diminta pertanggung jawaban atas mereka. Seorang hamba sahaya adalah pemimpin dalam urusan harta tuannya dia akan diminta pertanggung jawaban atasnya. Ketahuilah bahwa setiap kalian adalah pemimipin dan setiap kalian akan diminta pertanggung jawaban atas siapa yang dipimpinnya ".*

HR. Bukhari: 2.368 @ensiklopedi hadis

Ibrah :
Hadis ini menunjukkan bahwa setiap manusia adalah pemimpin. Kepemimpinan itu berlaku pada diri sendiri, keluarga, masyarakat, lembaga maupun pemerintahan sesuai dengan kedudukannya.

Yang paling penting kemudian adalah perlunya kesadaran bahwa semua posisi dan kedudukan yang disematkan kepada kita akan dimintai pertanggungjawaban.

Dalam ilmu manajemen ada dikenal job description (pembagian tugas) dan akuntabilitas, maka akuntabilitas tersebut tidak cukup hanya di dunia melainkan hingga akhirat harus dapat dipertanggungjawabkan.

Dengan demikian, sudah semestinya seorang muslim lebih bertanggungjawab atas tugas yang menjadi tanggungjawabnya.

_Allahu a'lam_
_______________
*Yayasan Darul Muttaqien Medari*
_Cerdas & Menggembirakan_

Sunday, November 25, 2018

Setiap kita adalah pemimpin
Oleh : Agung Nugraha

*Setiap kita adalah pemimpin*

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ قَالَ حَدَّثَنِي نَافِعٌ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كُلُّكُمْ رَاعٍ فَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ فَالْأَمِيرُ الَّذِي عَلَى النَّاسِ رَاعٍ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ وَالرَّجُلُ رَاعٍ عَلَى أَهْلِ بَيْتِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُمْ وَالْمَرْأَةُ رَاعِيَةٌ عَلَى بَيْتِ بَعْلِهَا وَوَلَدِهِ وَهِيَ مَسْئُولَةٌ عَنْهُمْ وَالْعَبْدُ رَاعٍ عَلَى مَالِ سَيِّدِهِ وَهُوَ مَسْئُولٌ عَنْهُ أَلَا فَكُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah menceritakan kepada kami Yahya dari 'Ubaidulloh berkata, telah menceritakan kepadaku Nafi' dari 'Abdullah radliallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: *"Setiap kalian adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung jawaban atas yang dipimpinnya. Amir (kepala Negara), dia adalah pemimpin manusia secara umum, maka dia akan diminta pertanggung jawaban atas mereka. Seorang suami dalam keluarganya adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung jawaban atas mereka. Seorang isteri adalah pemimpin di dalam rumah tangga suaminya dan terhadap anak-anaknya dan dia akan diminta pertanggung jawaban atas mereka. Seorang hamba sahaya adalah pemimpin dalam urusan harta tuannya dia akan diminta pertanggung jawaban atasnya. Ketahuilah bahwa setiap kalian adalah pemimipin dan setiap kalian akan diminta pertanggung jawaban atas siapa yang dipimpinnya ".*

HR. Bukhari: 2.368 @ensiklopedi hadis

Ibrah :
Hadis ini menunjukkan bahwa setiap manusia adalah pemimpin. Kepemimpinan itu berlaku pada diri sendiri, keluarga, masyarakat, lembaga maupun pemerintahan sesuai dengan kedudukannya.

Yang paling penting kemudian adalah perlunya kesadaran bahwa semua posisi dan kedudukan yang disematkan kepada kita akan dimintai pertanggungjawaban.

Dalam ilmu manajemen ada dikenal job description (pembagian tugas) dan akuntabilitas, maka akuntabilitas tersebut tidak cukup hanya di dunia melainkan hingga akhirat harus dapat dipertanggungjawabkan.

Dengan demikian, sudah semestinya seorang muslim lebih bertanggungjawab atas tugas yang menjadi tanggungjawabnya.

_Allahu a'lam_
_______________
*Yayasan Darul Muttaqien Medari*
_Cerdas & Menggembirakan_

Khandaq dan keajaiban Rasulullah atas makanan
Oleh : Agung Nugraha

*Parit Khandaq dan keajaiban Rasulullah atas makanan*

حَدَّثَنِي عَمْرُو بْنُ عَلِيٍّ حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ أَخْبَرَنَا حَنْظَلَةُ بْنُ أَبِي سُفْيَانَ أَخْبَرَنَا سَعِيدُ بْنُ مِينَاءَ قَالَ سَمِعْتُ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ
لَمَّا حُفِرَ الْخَنْدَقُ رَأَيْتُ بِالنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَمَصًا شَدِيدًا فَانْكَفَأْتُ إِلَى امْرَأَتِي فَقُلْتُ هَلْ عِنْدَكِ شَيْءٌ فَإِنِّي رَأَيْتُ بِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَمَصًا شَدِيدًا فَأَخْرَجَتْ إِلَيَّ جِرَابًا فِيهِ صَاعٌ مِنْ شَعِيرٍ وَلَنَا بُهَيْمَةٌ دَاجِنٌ فَذَبَحْتُهَا وَطَحَنَتْ الشَّعِيرَ فَفَرَغَتْ إِلَى فَرَاغِي وَقَطَّعْتُهَا فِي بُرْمَتِهَا ثُمَّ وَلَّيْتُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ لَا تَفْضَحْنِي بِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَبِمَنْ مَعَهُ فَجِئْتُهُ فَسَارَرْتُهُ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ ذَبَحْنَا بُهَيْمَةً لَنَا وَطَحَنَّا صَاعًا مِنْ شَعِيرٍ كَانَ عِنْدَنَا فَتَعَالَ أَنْتَ وَنَفَرٌ مَعَكَ فَصَاحَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا أَهْلَ الْخَنْدَقِ إِنَّ جَابِرًا قَدْ صَنَعَ سُورًا فَحَيَّ هَلًا بِهَلّكُمْ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تُنْزِلُنَّ بُرْمَتَكُمْ وَلَا تَخْبِزُنَّ عَجِينَكُمْ حَتَّى أَجِيءَ فَجِئْتُ وَجَاءَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْدُمُ النَّاسَ حَتَّى جِئْتُ امْرَأَتِي فَقَالَتْ بِكَ وَبِكَ فَقُلْتُ قَدْ فَعَلْتُ الَّذِي قُلْتِ فَأَخْرَجَتْ لَهُ عَجِينًا فَبَصَقَ فِيهِ وَبَارَكَ ثُمَّ عَمَدَ إِلَى بُرْمَتِنَا فَبَصَقَ وَبَارَكَ ثُمَّ قَالَ ادْعُ خَابِزَةً فَلْتَخْبِزْ مَعِي وَاقْدَحِي مِنْ بُرْمَتِكُمْ وَلَا تُنْزِلُوهَا وَهُمْ أَلْفٌ فَأُقْسِمُ بِاللَّهِ لَقَدْ أَكَلُوا حَتَّى تَرَكُوهُ وَانْحَرَفُوا وَإِنَّ بُرْمَتَنَا لَتَغِطُّ كَمَا هِيَ وَإِنَّ عَجِينَنَا لَيُخْبَزُ كَمَا هُوَ

Telah menceritakan kepadaku 'Amru bin Ali telah menceritakan kepada kami Abu 'Ashim telah mengabarkan kepada kami Hanzhalah bin Abu Sufyan telah mengabarkan kepada kami Sa'id bin Mina' dia berkata, aku mendengar Jabir bin Abdullah radliallahu 'anhuma berkata,
Tatkala penggalian parit pertahanan Khandaq sedang dilaksanakan, aku melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam keadaan lapar. Karena itu aku kembali kepada isteriku, menanyakan kepadanya, 'Apakah engkau mempunyai makanan? Aku melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sedang lapar.' Maka dikeluarkannya suatu karung, di dalamnya terdapat satu sha' (segantang) gandum. Di samping itu kami mempunyai seekor anak kambing. Lalu aku sembelih kambing itu, sementara isteriku membuat adonan tepung. Ketika aku selesai mengerjakan pekerjaanku, aku lalu memotong-motong kecil daging kambing tersebut dan aku masukkan ke dalam periuk. Setelah itu aku pergi menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Isteriku berkata kepadaku, 'Janganlah kamu mempermalukanku dihadapan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan para sahabat beliau.' Aku langusng menemui beliau seraya berbisik kepadanya, 'Wahai Rasulullah! Aku menyembelih seekor anak kambing milikku, dan isteriku telah membuat adonan segantang gandum yang kami miliki. Karena itu sudilah kiranya anda datang bersama-sama dengan beberapa orang sahabat.' Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berteriak: 'Hai para penggali Khandaq! Jabir telah membuat hidangan untuk kalian semua. Marilah kita makan bersama-sama!" Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lalu berkata kepada Jabir: 'Jangan kamu menurunkan periukmu dan janganlah kamu memasak adonan rotimu sebelum aku datang.' Lalu aku pulang. Tidak lama kemudian Rasulullah datang mendahului para sahabat. Ketika aku temui isteriku, dia berkata, 'Bagaimana engkau ini! Bagaimana engkau ini! ' Jawabku, 'Aku telah melakukan apa yang engkau pesankan kepadaku.' Maka aku mengeluarkan adonan roti kami, kemudian nabi meludahi adonan itu untuk memberi keberkahan. Setelah itu beliau menuju periuk (tempat memasak kambing), maka beliau meludahi dan mendo'akan keberkahan kepadanya, sesudah itu beliau berkata kepada isteriku: 'Panggillah tukang roti untuk membantumu memasak. Nanti isikan gulai ke mangkok langsung dari kuali dan sekali-kali jangan kamu menurunkan periukmu. 'Kala itu para sahabat semuanya berjumlah seribu orang. Demi Allah, semuanya turut makan dan setelah itu mereka pergi. Tetapi periuk kami masih tetap penuh berisi seperti semula. Sedangkan adonan masih seperti semula."

HR. Bukhari: 3.793@ensiklopedi hadis

Ibrah :
Hadis ini menjelaskan keajaiban / mukjizat yang diberikan oleh Allah kepada Rasulullah mencukupkan kebutuhan ribuan sahabat yang menggali parit dalam peristiwa perang khandaq.

Makanan yang hanya sedikit menjadi cukup untuk untuk seribu pasukan dalam perang khandaq.

Dalam konteks keseharian manusia sekarang, hal seperti itu lebih kurang disebut berkah makanan. Meski sedikit tetapi cukup untuk seluruh anggota keluarga.

Contoh sederhana berkah makanan adalah ketika sebelum menikah, seseorang dapat menghabiskan satu porsi sate, namun ketika menikah satu porsi dapat mencukupi untuk suami istri bahkan juga anak. Hal ini sesuai dengan firman Allah QS. Ayat Anak Nur : 32)

_Allahu a'lam_
_______________
*Yayasan Darul Muttaqien Medari*
_Cerdas & Menggembirakan_
Mukjizat dan tanda kekuasaan Allah
Oleh : Agung Nugraha

*Mukjizat Nabi Muhammad, bulan terbelah*

حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا يُونُسُ حَدَّثَنَا شَيْبَانُ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ ح و قَالَ لِي خَلِيفَةُ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ زُرَيْعٍ حَدَّثَنَا سَعِيدٌ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّهُ حَدَّثَهُمْ
أَنَّ أَهْلَ مَكَّةَ سَأَلُوا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُرِيَهُمْ آيَةً فَأَرَاهُمْ انْشِقَاقَ الْقَمَرِ

Telah bercerita kepadaku Abdullah bin Muhammad telah bercerita kepada kami Yunus telah bercerita kepada kami Syaiban dari Qatadah dari Anas bin Malik. Danb diriwayatkan pula; Dan Khalifah berkata kepadaku, telah bercerita kepada kami Yazid bin Zurai' telah bercerita kepada kami Sa'id dari Qatadah dari Anas bin Malik radliallahu 'anhu dia bercerita kepada mereka bahwa penduduk Makkah meminta kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam agar beliau menunjukkan ayat (mu'jizat, bukti kenabian). Maka beliau menunjukkan kepada mereka terbelahnya bulan".

HR. Bukhari: 3.365@ensiklopedi hadis

Ibrah :
Inti dakwah Rasulullah ialah tauhid/aqidah.  Diantara tantangan dakwah tersebut adalah adanya sebagian orang yang tidak langsung percaya kepada dakwah Nabi.

Dalam batas tertentu, hal itu wajar mengingat tauhid adalah suatu yang abstrak, sehingga sulit dicerna atau diterima. Aqidah ialah wilayah hati, namun dapat juga dibuka dengan pendekatan empirik.

Karenanya  ada orang yang memerlukan bukti konkrit/langsung untuk beriman.

Untuk menjawab keraguan dan atau bahkan tantangan itu, Allah memberikan mukjizat kepada Nabi/Rasul. Salah satu mukjizat tersebut ialah terbelahnya bulan sehingga mampu meyakinkan umat di Makkah waktu itu.

Saat ini sudah tidak ada lagi mukjizat kepada nabi, karena tidak ada lagi nabi. Meski demikian, mukjizat atau tanda kekuasaan Allah itu selalu muncul dalam setiap peristiwa yang terjadi.

Lumpur yang menyembur, gempa, tsunami, gunung meletus yang terjadi adalah tanda kekuasaan Allah, dan dalam peristiwa tersebut sering juga kita mendengar adanya keajaiban seperti jasad yang tidak rusak/busuk, bayi yang selamat serta kejadian lain yang menunjukkan kuasa Allah.

Dari hal dan peristiwa seperti itu, semestinya kita semakin yakin akan taqdir, kuasa, kebesaran dan kemahakuasaan Allah.

_Allahu a'lam_
_______________
*Yayasan Darul Muttaqien Medari*
_Cerdas & Menggembirakan_

*Sekretariat :*
Masjid Latifah Al Jabbar
Pugeran Maguwoharjo Depok Sleman Yogyakarta.
Tipu daya syetan melalui makanan

Hati-hati dengan Makanan sebab Allah Menguji Kita Melalui Makanan dan Setan pun Memperdaya Kita dengan Makanan

Mengapa soal makanan banyak diulas dalam al-Qur’an, bahkan sampai ada surat yang diberi nama al-Maidah atau Hidangan?. Sementara masalah  politik, jangankan surat, ayat pun tidak ada yang secara spesifik menyebutkannya. Kecuali masalah kepemimpinan yang bersifat umum, dan  pemimpin tidak selalu berkonotasi politik dan kekuasaan. 

Soal makanan menjadi perhatian yang sangat penting. Sebab persoalan makanan, selain terkait dengan  masalah kesehatan tubuh, eksosistem dan hak-hak orang lain,  juga sering kali menjadi  pemicu munculnya permasalahan dalam harmoni kehidupan manusia. Konflik-konflik sosial yang terjadi hampir bisa dipastikan, sebab utamanya karena makanan.

Sifat tamak dan serakah yang ada pada manusia tidak bisa dipisahkan dengan makanan. Kecukupan makanan menjadi angan-angan kesejahteraan. Semantara kekurangan makanan merupakan hal yang sangat menakutkan. Karena itu, kekurangan makanan dan buah-buahan Allah gunakan sebagai cara untuk menguji  kualitas iman dan kesabaran manusia.

Setan pun menganggap makanan merupakan jalur penting dalam membuat rekayasa untuk memperdaya manusia. Nabi Adam dan Hawa terusir dari surga disebabkan oleh godaan setan melalui makanan. “…Sehingga Allah menegaskan bahwa setan merupakan musuh yang nyata bagi kamu (manusia). Sesungguhnya setan hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui”. (QS. Al-Baqarah : 168-169). Salam Yansur.

Saturday, November 24, 2018

Mukjizat Nabi Muhammad : Bulan terbelah
Oleh : Agung Nugraha

*Mukjizat Nabi Muhammad, bulan terbelah*

حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدٍ حَدَّثَنَا يُونُسُ حَدَّثَنَا شَيْبَانُ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ ح و قَالَ لِي خَلِيفَةُ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ زُرَيْعٍ حَدَّثَنَا سَعِيدٌ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّهُ حَدَّثَهُمْ
أَنَّ أَهْلَ مَكَّةَ سَأَلُوا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يُرِيَهُمْ آيَةً فَأَرَاهُمْ انْشِقَاقَ الْقَمَرِ

Telah bercerita kepadaku Abdullah bin Muhammad telah bercerita kepada kami Yunus telah bercerita kepada kami Syaiban dari Qatadah dari Anas bin Malik. Danb diriwayatkan pula; Dan Khalifah berkata kepadaku, telah bercerita kepada kami Yazid bin Zurai' telah bercerita kepada kami Sa'id dari Qatadah dari Anas bin Malik radliallahu 'anhu dia bercerita kepada mereka bahwa penduduk Makkah meminta kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam agar beliau menunjukkan ayat (mu'jizat, bukti kenabian). Maka beliau menunjukkan kepada mereka terbelahnya bulan".

HR. Bukhari: 3.365@ensiklopedi hadis

Ibrah :
Inti dakwah Rasulullah ialah tauhid/aqidah.  Diantara tantangan dakwah tersebut adalah adanya sebagian orang yang tidak langsung percaya kepada dakwah Nabi.

Dalam batas tertentu, hal itu wajar mengingat tauhid adalah suatu yang abstrak, sehingga sulit dicerna atau diterima. Aqidah ialah wilayah hati, namun dapat juga dibuka dengan pendekatan empirik.

Karenanya  ada orang yang memerlukan bukti konkrit/langsung untuk beriman.

Untuk menjawab keraguan dan atau bahkan tantangan itu, Allah memberikan mukjizat kepada Nabi/Rasul. Salah satu mukjizat tersebut ialah terbelahnya bulan sehingga mampu meyakinkan umat di Makkah waktu itu.

Saat ini sudah tidak ada lagi mukjizat kepada nabi, karena tidak ada lagi nabi. Meski demikian, mukjizat atau tanda kekuasaan Allah itu selalu muncul dalam setiap peristiwa yang terjadi.

Lumpur yang menyembur, gempa, tsunami, gunung meletus yang terjadi adalah tanda kekuasaan Allah, dan dalam peristiwa tersebut sering juga kita mendengar adanya keajaiban seperti jasad yang tidak rusak/busuk, bayi yang selamat serta kejadian lain yang menunjukkan kuasa Allah.

Dari hal dan peristiwa seperti itu, semestinya kita semakin yakin akan taqdir, kuasa, kebesaran dan kemahakuasaan Allah.

_Allahu a'lam_
_______________
*Yayasan Darul Muttaqien Medari*
_Cerdas & Menggembirakan_
Membina Keluarga Sakinah
Pengertian Perkawinan
Banyak pengertian perkawinan, diantaranya adalah apa yang tercantum dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974, yaitu “Perkawinan (pernikahan) ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami-istri untuk membentuk keluarga/rumahtangga yang kekal berdasarkan ketuhanan yang maha Esa.”

Rumusan ini merupakan ‘kesepakatan’ dan ‘ijtihad’ ulama Indonesia berdasarkan kajian dari berbagai pengertian perkawinan dari berbagai kitab-kitab fiqh.

Tujuan syariat nikah
Diantara tujuan dari disyariatkannya perkawinan ialah :
1.    Melanjutkan keturunan dan kehidupan kemanusiaan; (An Nisa (4): 1, dan Ar Rum (30): 21)
2.    Mendapatkan ketentraman (Sakinah, mawaddah, rahmah); (Ar Rum (30): 21)
3.    Meningkatkan kualitas iman antara suami istri; (al Fath (48):4)
4.    Alllah memberikan rizki; (An Nur (24): 32)

Cara membangun keluarga sakinah
1.    Saling percaya
2.    Jujur
3.    Berhati-hati terhadap makanan
4.    Adil dalam keadaan senang dan marah
5.    Hemat dan bersahaja
6.    Musyawarah
7.    Takwa kepada Allah è Takut

Syarat dan sekaligus ciri Keluarga Sakinah
1.    Suami shalih/Istri sholihah
2.    Anak yang shalih
3.    Lingkungan yang baik
4.    Kemandirian ekonomi

Lima Pilar Keluarga Sakinah
Berdasarkan sumber-sumber rujukan dari Qur’an dan hadist, Pemerintah Indonesia merumuskan lima pilar keluarga sakinah, sebagai berikut :
1.    Agama
2.    Pendidikan
3.    Kesehatan
4.    Sosial Budaya
5.    Ekonomi



Makanlah yang halal dan baik
Diantara Maksud Perintah Memakan Makanan Halal dan Baik adalah untuk Memelihara Kesehatan Tubuh, Ekosistem, dan Hak-hak Orang Lain

Jika kita baca dan renungkan pesan-pesan yang terkandung dalam Kitab Suci, betapa sempurna dan serasinya Allah memberi petunjuk dan aturan bagi kehidupan manusia. Diantaranya, Allah menyuruh kita agar memakan makanan yang halal dan baik. Aturan itu bukan hanya untuk orang yang beriman saja, tetapi untuk seluruh umat manusia, baik mukmin maupun kafir.

Sebagaimana dijelaskan dalam Kitab Suci, “Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan, karena sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu”. (QS. Al-Baqarah: 168)

Seandainya manusia tidak diberi aturan demikian, kita akan hidup seperti binantang, bahkan bisa  lebih jahat. Walaupun mungkin tidak sampai memakan daging temannya sendiri, tetapi pelanggaran terhadap hak-hak dan kepemilikan orang lain, tidak akan dapat terelakkan.

Memang semua yang ada di muka bumi ini Allah tundukkan untuk kepentingan manusia, namun tidak berarti semuanya boleh dimakan. Sebab ada jenis “makanan”  seperti bangkai dan  darah, yang jika memakannya dapat membahayakan kesehatan kita. Jugan ada binatang seperti ular atau burung yang fungsinya sebagai penjaga ekosistem, sehingga apabila kita memakannya dapat merusak keseimbangan alam yang pada akhirnya juga akan mengancaman kelangsungan hidup kita sendiri.

Tidak cukup dengan  halal saja, tetapi juga harus baik. Halal, namun tidak dapat memenuhi kebutuhan gizi atau tidak cocok dengan kondisi tubuh, alih-alih memberi manfaat tetapi justru malah menjadi pemantik berkembangnya  penyakit yang berbahaya bagi kesehatan tubuh. Karena itu yang diperintahkan kepada seluruh umat manusia adalah makanlah makanan  yang halal dan baik. Salam Yansur.

Friday, November 23, 2018

Diantara tanda kiamat adalah populasi wanita lebih banyak dari pria
Diatara tanda kiamat ialah banyaknya jumlah wanita, dan merebaknya perzinahan

Oleh : Agung Nugraha

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ شُعْبَةَ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ
قَالَ لَأُحَدِّثَنَّكُمْ حَدِيثًا لَا يُحَدِّثُكُمْ أَحَدٌ بَعْدِي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يَقِلَّ الْعِلْمُ وَيَظْهَرَ الْجَهْلُ وَيَظْهَرَ الزِّنَا وَتَكْثُرَ النِّسَاءُ وَيَقِلَّ الرِّجَالُ حَتَّى يَكُونَ لِخَمْسِينَ امْرَأَةً الْقَيِّمُ الْوَاحِدُ

Telah menceritakan kepada kami Musaddad berkata, telah menceritakan kepada kami Yahya dari Syu'bah dari Qotadah dari Anas bin Malik berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
Sesungguhnya diantara tanda-tanda kiamat adalah sedikitnya ilmu dan merebaknya kebodohan, perzinahan secara terang-terangan, jumlah perempuan yang lebih banyak dan sedikitnya laki-laki, sampai-sampai (perbandingannya) lima puluh perempuan sama dengan hanya satu orang laki-laki.

HR. Bukhari: 79@ensiklopedi hadis

Ibrah :
Hadis ini menjelaskan sebagian tanda-tanda kiamat.

Dari hadis tersebut Rasulullah menyampaikan sedikitnya ilmu dan merebaknya kebodohan. Saya menangkap pesan ini tidak pada kebodohan yang sebenarnya, melainkan lebih pada "kebodohan" akibat orang tidak lagi memiliki integritas atas ilmu atau pengetahuan yang dimiliki. Dalam kondisi ini, sebetulnya banyak orang pintar tetapi mereka 'menjual diri' dan atau tunduk pada kepentingan lain yang sebetulnya bertentangan dengan kualitas keilmuan dan tuntutan aqidah.

Marak dan terbukanya praktek perzinahan, antara lain berupa banyaknya prostitusi  yang ujungnya berupa aborsi, pembunuhan dan/atau pembuangan bayi, dlsb.

Proporsi pria dan wanita yang tidak seimbang, bahkan terlalu jauh cenderung membuka potensi penyimpangan seksual.

_Allahu a'lam_
_______________
Yayasan Darul Muttaqien Medari
Cerdas & Menggembirakan
Diantara tanda kiamat
Oleh : Agung Nugraha

*Diantara tanda kiamat*

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ شُعْبَةَ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ
قَالَ لَأُحَدِّثَنَّكُمْ حَدِيثًا لَا يُحَدِّثُكُمْ أَحَدٌ بَعْدِي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يَقِلَّ الْعِلْمُ وَيَظْهَرَ الْجَهْلُ وَيَظْهَرَ الزِّنَا وَتَكْثُرَ النِّسَاءُ وَيَقِلَّ الرِّجَالُ حَتَّى يَكُونَ لِخَمْسِينَ امْرَأَةً الْقَيِّمُ الْوَاحِدُ

Telah menceritakan kepada kami Musaddad berkata, telah menceritakan kepada kami Yahya dari Syu'bah dari Qotadah dari Anas bin Malik berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
Sesungguhnya diantara tanda-tanda kiamat adalah sedikitnya ilmu dan merebaknya kebodohan, perzinahan secara terang-terangan, jumlah perempuan yang lebih banyak dan sedikitnya laki-laki, sampai-sampai (perbandingannya) lima puluh perempuan sama dengan hanya satu orang laki-laki.

HR. Bukhari: 79@ensiklopedi hadis

Ibrah :
Hadis ini menjelaskan sebagian tanda-tanda kiamat.

Dari hadis tersebut Rasulullah menyampaikan sedikitnya ilmu dan merebaknya kebodohan. Saya menangkap pesan ini tidak pada kebodohan yang sebenarnya, melainkan lebih pada "kebodohan" akibat orang tidak lagi memiliki integritas atas ilmu atau pengetahuan yang dimiliki. Dalam kondisi ini, sebetulnya banyak orang pintar tetapi mereka 'menjual diri' dan atau tunduk pada kepentingan lain yang sebetulnya bertentangan dengan kualitas keilmuan dan tuntutan aqidah.

Marak dan terbukanya praktek perzinahan, antara lain berupa banyaknya prostitusi  yang ujungnya berupa aborsi, pembunuhan dan/atau pembuangan bayi, dlsb.

Proporsi pria dan wanita yang tidak seimbang, bahkan terlalu jauh cenderung membuka potensi penyimpangan seksual.

_Allahu a'lam_
_______________
*Yayasan Darul Muttaqien Medari*
_Cerdas & Menggembirakan_
Keutamaan shalat jamaah
Keutamaan shalat jamaah

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ قَالَ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ صَلَاةُ الْجَمِيعِ تَزِيدُ عَلَى صَلَاتِهِ فِي بَيْتِهِ وَصَلَاتِهِ فِي سُوقِهِ خَمْسًا وَعِشْرِينَ دَرَجَةً فَإِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ وَأَتَى الْمَسْجِدَ لَا يُرِيدُ إِلَّا الصَّلَاةَ لَمْ يَخْطُ خَطْوَةً إِلَّا رَفَعَهُ اللَّهُ بِهَا دَرَجَةً وَحَطَّ عَنْهُ خَطِيئَةً حَتَّى يَدْخُلَ الْمَسْجِدَ وَإِذَا دَخَلَ الْمَسْجِدَ كَانَ فِي صَلَاةٍ مَا كَانَتْ تَحْبِسُهُ وَتُصَلِّي يَعْنِي عَلَيْهِ الْمَلَائِكَةُ مَا دَامَ فِي مَجْلِسِهِ الَّذِي يُصَلِّي فِيهِ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ اللَّهُمَّ ارْحَمْهُ مَا لَمْ يُحْدِثْ فِيهِ

Telah menceritakan kepada kami Musaddad berkata, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah dari Al A'masy dari Abu Shalih dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: "Shalat berjama'ah lebih utama dari shalatnya sendirian di rumah atau di pasarnya sebanyak dua puluh lima derajat. Jika salah seorang dari kalian berwudlu lalu membaguskan wudlunya kemudian mendatangi masjid dengan tidak ada tujuan lain kecuali shalat, maka tidak ada langkah yang dilakukannya kecuali Allah akan mengangkatnya dengan langkah itu setinggi satu derajat, dan mengahapus darinya satu kesalahan hingga dia memasuki masjid. Dan jika dia telah memasuki masjid, maka dia akan dihitung dalam keadaan shalat selagi dia meniatkannya, dan para malaikat akan mendoakannya selama dia masih berada di tempat yang ia gunakan untuk shalat, 'Ya Allah ampunkanlah dia. Ya Allah rahmatilah dia'. Selama dia belum berhadats."

HR. Bukhari: 457 @ensiklopedi hadis

Ibrah :
Keutamaan shalat berjamaah (di masjid) dibandingkan dengan shalat di rumah atau di pasar.

Pahala maksimal tersebut semakin dapat diraih apabila jamaah di masjid didahului dengan : 1) wudhu secara sempurna dari rumah, 2) niat keluar rumah hanya untuk berjamaah.

Hadis ini juga menjelaskan langkah ke masjid untuk berjamaah dapat meningkatkan/mengangkat derajat dan menghapus dosa.

Orang yang datang awal untuk shalat, dan menunggu jamaah dengan sholat sunat dan/atau dzikir akan dihitung sebagaimana pahala shalat dan didoakan oleh malaikat berupa ampunan dan Rahmat dari Allah SWT.

_Allahu a'lam_
_______________
Yayasan Darul Muttaqien Medari
_Cerdas & Menggembirakan_

Sekretariat
Masjid Latifah Al Jabbar
Pugeran Maguwoharjo Depok Sleman Yogyakarta.

Jumlah pria dan wanita yang tidak proporsional adalah diantara tanda kiamat
Diantara tanda kiamat diterangkan dalam hadis Rasulullah adalah tidak seimbangnya jumlah popilasi pria dan wanita

حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ شُعْبَةَ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ
قَالَ لَأُحَدِّثَنَّكُمْ حَدِيثًا لَا يُحَدِّثُكُمْ أَحَدٌ بَعْدِي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مِنْ أَشْرَاطِ السَّاعَةِ أَنْ يَقِلَّ الْعِلْمُ وَيَظْهَرَ الْجَهْلُ وَيَظْهَرَ الزِّنَا وَتَكْثُرَ النِّسَاءُ وَيَقِلَّ الرِّجَالُ حَتَّى يَكُونَ لِخَمْسِينَ امْرَأَةً الْقَيِّمُ الْوَاحِدُ

Telah menceritakan kepada kami Musaddad berkata, telah menceritakan kepada kami Yahya dari Syu'bah dari Qotadah dari Anas bin Malik berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
Sesungguhnya diantara tanda-tanda kiamat adalah sedikitnya ilmu dan merebaknya kebodohan, perzinahan secara terang-terangan, jumlah perempuan yang lebih banyak dan sedikitnya laki-laki, sampai-sampai (perbandingannya) lima puluh perempuan sama dengan hanya satu orang laki-laki.

HR. Bukhari: 79@ensiklopedi hadis

Ibrah :
Hadis ini menjelaskan sebagian tanda-tanda kiamat.

Dari hadis tersebut Rasulullah menyampaikan sedikitnya ilmu dan merebaknya kebodohan. Saya menangkap pesan ini tidak pada kebodohan yang sebenarnya, melainkan lebih pada "kebodohan" akibat orang tidak lagi memiliki integritas atas ilmu atau pengetahuan yang dimiliki. Dalam kondisi ini, sebetulnya banyak orang pintar tetapi mereka 'menjual diri' dan atau tunduk pada kepentingan lain yang sebetulnya bertentangan dengan kualitas keilmuan dan tuntutan aqidah.

Marak dan terbukanya praktek perzinahan, antara lain berupa banyaknya prostitusi  yang ujungnya berupa aborsi, pembunuhan dan/atau pembuangan bayi, dlsb.

Proporsi pria dan wanita yang tidak seimbang, bahkan terlalu jauh cenderung membuka potensi penyimpangan seksual.

_Allahu a'lam_
_______________
*Yayasan Darul Muttaqien Medari*
_Cerdas & Menggembirakan_

*Sekretariat :*
Masjid Latifah Al Jabbar
Pugeran Maguwoharjo Depok Sleman Yogyakarta.
Ketaatan pada pemimpin, bukan ketaatan tanpa reserve

Menaati Pemimpin Jangan Sampai Menimbulkan Kedurhakaan Pada Allah Sebab Suatu Saat Pemimpin Akan Berlepas Diri dari Pengikutnya

Ketika terdapat sekumpulan orang, maka salah satu diantaranya akan terpilih menjadi pemimpin. Hal demikian kiranya  merupakan sunnatullah, sebab Rasul pun bersabda bahwa  “Setiap kalian  adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawaban”.

Seorang pemimpin dengan yang dipimpinnya, satu sama lain saling mengandalkan harapan bahwa  kebahagiaan dan kenikmatan hidupnya dapat diperoleh melalui hubungan timbal balik diantara keduanya. Semakin merasa terpenuhi harapannya, ikatan yang terjalin akan semakin kuat dan fanatik.

Bahkan dalam tahap tertentu hubungan yang muncul akibat ikatan kepemimpinan ini tidak sebatas hubungan sosial, ekonomi, maupun politik semata. Tetapi dapat bergeser ke ranah lain dengan melahirkan ikatan dalam bentuk ketaatan yang membabi buta, sehingga terbangun hubungan spiritual yang bersifat mutlak.

Akibatnya, spiritualitas keagamaan yang murni lambat laun  akan diambil alih oleh spiritualitas kepemimpinan ataupun ketokohan yang ada di dalam masyarakat. Nilai-nilai keagamaan akan semakin dikesampingkan, karena ikatan kepemimpinan dianggap  menjamin berbagai harapan yang dibutuhkan dalam hidupnya. 

Padahal tidaklah demikian, ketaatan kepada pemimpin seharusnya hanya dijadikan sekedar media dalam menuju kepatuhan kepada Allah. Jangan sampai mengikuti seorang pemimpin yang dapat menimbulkan kedurhakaan kepada Allah. Sebab harapan besar yang disematkan dalam hubungan kepemimpinan ini suatu saat akan sirna.

“(Yaitu)  ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang diikutinya, dan mereka melihat siksa; dan ketika hubungan antara mereka terputus sama sekali”. Demikian firman Allah di QS. Al-Baqarah: 166, sebab orang yang dianggap sebagai pemimpin itu akan berlepas diri dari para pengikutnya karena tidak mau bertanggung jawab.  Salam Yansur.

Thursday, November 22, 2018

Parit khandaq dan mukjizat Rasulullah

Parit Khandaq dan keajaiban Rasulullah atas makanan

Oleh : Agung Nugraha

حَدَّثَنِي عَمْرُو بْنُ عَلِيٍّ حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ أَخْبَرَنَا حَنْظَلَةُ بْنُ أَبِي سُفْيَانَ أَخْبَرَنَا سَعِيدُ بْنُ مِينَاءَ قَالَ سَمِعْتُ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ
لَمَّا حُفِرَ الْخَنْدَقُ رَأَيْتُ بِالنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَمَصًا شَدِيدًا فَانْكَفَأْتُ إِلَى امْرَأَتِي فَقُلْتُ هَلْ عِنْدَكِ شَيْءٌ فَإِنِّي رَأَيْتُ بِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَمَصًا شَدِيدًا فَأَخْرَجَتْ إِلَيَّ جِرَابًا فِيهِ صَاعٌ مِنْ شَعِيرٍ وَلَنَا بُهَيْمَةٌ دَاجِنٌ فَذَبَحْتُهَا وَطَحَنَتْ الشَّعِيرَ فَفَرَغَتْ إِلَى فَرَاغِي وَقَطَّعْتُهَا فِي بُرْمَتِهَا ثُمَّ وَلَّيْتُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ لَا تَفْضَحْنِي بِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَبِمَنْ مَعَهُ فَجِئْتُهُ فَسَارَرْتُهُ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ ذَبَحْنَا بُهَيْمَةً لَنَا وَطَحَنَّا صَاعًا مِنْ شَعِيرٍ كَانَ عِنْدَنَا فَتَعَالَ أَنْتَ وَنَفَرٌ مَعَكَ فَصَاحَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا أَهْلَ الْخَنْدَقِ إِنَّ جَابِرًا قَدْ صَنَعَ سُورًا فَحَيَّ هَلًا بِهَلّكُمْ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تُنْزِلُنَّ بُرْمَتَكُمْ وَلَا تَخْبِزُنَّ عَجِينَكُمْ حَتَّى أَجِيءَ فَجِئْتُ وَجَاءَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْدُمُ النَّاسَ حَتَّى جِئْتُ امْرَأَتِي فَقَالَتْ بِكَ وَبِكَ فَقُلْتُ قَدْ فَعَلْتُ الَّذِي قُلْتِ فَأَخْرَجَتْ لَهُ عَجِينًا فَبَصَقَ فِيهِ وَبَارَكَ ثُمَّ عَمَدَ إِلَى بُرْمَتِنَا فَبَصَقَ وَبَارَكَ ثُمَّ قَالَ ادْعُ خَابِزَةً فَلْتَخْبِزْ مَعِي وَاقْدَحِي مِنْ بُرْمَتِكُمْ وَلَا تُنْزِلُوهَا وَهُمْ أَلْفٌ فَأُقْسِمُ بِاللَّهِ لَقَدْ أَكَلُوا حَتَّى تَرَكُوهُ وَانْحَرَفُوا وَإِنَّ بُرْمَتَنَا لَتَغِطُّ كَمَا هِيَ وَإِنَّ عَجِينَنَا لَيُخْبَزُ كَمَا هُوَ

Telah menceritakan kepadaku 'Amru bin Ali telah menceritakan kepada kami Abu 'Ashim telah mengabarkan kepada kami Hanzhalah bin Abu Sufyan telah mengabarkan kepada kami Sa'id bin Mina' dia berkata, aku mendengar Jabir bin Abdullah radliallahu 'anhuma berkata,
Tatkala penggalian parit pertahanan Khandaq sedang dilaksanakan, aku melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam keadaan lapar. Karena itu aku kembali kepada isteriku, menanyakan kepadanya, 'Apakah engkau mempunyai makanan? Aku melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sedang lapar.' Maka dikeluarkannya suatu karung, di dalamnya terdapat satu sha' (segantang) gandum. Di samping itu kami mempunyai seekor anak kambing. Lalu aku sembelih kambing itu, sementara isteriku membuat adonan tepung. Ketika aku selesai mengerjakan pekerjaanku, aku lalu memotong-motong kecil daging kambing tersebut dan aku masukkan ke dalam periuk. Setelah itu aku pergi menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Isteriku berkata kepadaku, 'Janganlah kamu mempermalukanku dihadapan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan para sahabat beliau.' Aku langusng menemui beliau seraya berbisik kepadanya, 'Wahai Rasulullah! Aku menyembelih seekor anak kambing milikku, dan isteriku telah membuat adonan segantang gandum yang kami miliki. Karena itu sudilah kiranya anda datang bersama-sama dengan beberapa orang sahabat.' Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berteriak: 'Hai para penggali Khandaq! Jabir telah membuat hidangan untuk kalian semua. Marilah kita makan bersama-sama!" Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lalu berkata kepada Jabir: 'Jangan kamu menurunkan periukmu dan janganlah kamu memasak adonan rotimu sebelum aku datang.' Lalu aku pulang. Tidak lama kemudian Rasulullah datang mendahului para sahabat. Ketika aku temui isteriku, dia berkata, 'Bagaimana engkau ini! Bagaimana engkau ini! ' Jawabku, 'Aku telah melakukan apa yang engkau pesankan kepadaku.' Maka aku mengeluarkan adonan roti kami, kemudian nabi meludahi adonan itu untuk memberi keberkahan. Setelah itu beliau menuju periuk (tempat memasak kambing), maka beliau meludahi dan mendo'akan keberkahan kepadanya, sesudah itu beliau berkata kepada isteriku: 'Panggillah tukang roti untuk membantumu memasak. Nanti isikan gulai ke mangkok langsung dari kuali dan sekali-kali jangan kamu menurunkan periukmu. 'Kala itu para sahabat semuanya berjumlah seribu orang. Demi Allah, semuanya turut makan dan setelah itu mereka pergi. Tetapi periuk kami masih tetap penuh berisi seperti semula. Sedangkan adonan masih seperti semula."

HR. Bukhari: 3.793@ensiklopedi hadis

Ibrah :
Hadis ini menjelaskan keajaiban / mukjizat yang diberikan oleh Allah kepada Rasulullah mencukupkan kebutuhan ribuan sahabat yang menggali parit dalam peristiwa perang khandaq.

Makanan yang hanya sedikit menjadi cukup untuk untuk seribu pasukan dalam perang khandaq.

Dalam konteks keseharian manusia sekarang, hal seperti itu lebih kurang disebut berkah makanan. Meski sedikit tetapi cukup untuk seluruh anggota keluarga.

Contoh sederhana berkah makanan adalah ketika sebelum menikah, seseorang dapat menghabiskan satu porsi sate, namun ketika menikah satu porsi dapat mencukupi untuk suami istri bahkan juga anak. Hal ini sesuai dengan firman Allah QS. Ayat Anak Nur : 32)

_Allahu a'lam_
_______________
Yayasan Darul Muttaqien Medari
Cerdas & Menggembirakan

Wednesday, November 21, 2018

Mufaraqah dari shalat
Keluar dari shalat jamaah (mufaraqah)  karena panjangnya bacaan imam

حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبَادَةَ أَخْبَرَنَا يَزِيدُ أَخْبَرَنَا سَلِيمٌ حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ دِينَارٍ حَدَّثَنَا جَابِرُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ
أَنَّ مُعَاذَ بْنَ جَبَلٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ كَانَ يُصَلِّي مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ يَأْتِي قَوْمَهُ فَيُصَلِّي بِهِمْ الصَّلَاةَ فَقَرَأَ بِهِمْ الْبَقَرَةَ قَالَ فَتَجَوَّزَ رَجُلٌ فَصَلَّى صَلَاةً خَفِيفَةً فَبَلَغَ ذَلِكَ مُعَاذًا فَقَالَ إِنَّهُ مُنَافِقٌ فَبَلَغَ ذَلِكَ الرَّجُلَ فَأَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّا قَوْمٌ نَعْمَلُ بِأَيْدِينَا وَنَسْقِي بِنَوَاضِحِنَا وَإِنَّ مُعَاذًا صَلَّى بِنَا الْبَارِحَةَ فَقَرَأَ الْبَقَرَةَ فَتَجَوَّزْتُ فَزَعَمَ أَنِّي مُنَافِقٌ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَا مُعَاذُ أَفَتَّانٌ أَنْتَ ثَلَاثًا اقْرَأْ وَالشَّمْسِ وَضُحَاهَا وَسَبِّحْ اسْمَ رَبِّكَ الْأَعْلَى وَنَحْوَهَا

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdah telah mengabarkan kepada kami Yazid telah mengabarkan kepada kami Salim telah menceritakan kepada kami 'Amru bin Dinar telah menceritakan kepada kami Jabir bin Abdullah bahwa Mu'adz bin Jabal radliallahu 'anhu pernah shalat (dibelakang) Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, kemudian dia kembali ke kaumnya untuk mengimami shalat bersama mereka dengan membaca surat Al Baqarah, Jabir melanjutkan;
"Maka seorang laki-laki pun keluar (dari shaf) lalu ia shalat dengan shalat yang agak ringan, ternyata hal itu sampai kepada Mu'adz, ia pun berkata; "Sesungguhnya dia adalah seorang munafik." Ketika ucapan Mu'adz sampai ke laki-laki tersebut, laki-laki itu langsung mendatangi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sambil berkata; "Wahai Rasulullah, sesungguhnya kami adalah kaum yang memiliki pekerjaan untuk menyiram ladang, sementara semalam Mu'adz shalat mengimami kami dengan membaca surat Al Baqarah, hingga saya keluar dari shaf, lalu dia mengiraku seorang munafik." Maka Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Wahai Mu'adz, apakah kamu hendak membuat fitnah." -Beliau mengucapkannya hingga tiga kali- bacalah Was syamsi wadluhaaha dan wasabbih bismirabbikal a'la atau yang serupa dengannya."

HR. Bukhari: 5.641 @ensiklopedi hadis

Ibrah :
Hadis ini menggambarkan bahwa ada seorang yang keluar dari jamaah (mufaraqah) dengan alasan imam (Muad bin Jabal) membaca surat yang panjang (Al Baqarah); sementara ia memiliki kepentingan mendesak (menyiram ladang).

Orang yang keluar dari jamaah ini kemudian divonis sebagai munafik oleh Mu'adz bin Jabal.

Tidak terima disebut munafik, orang ini mengadu kepada Rasulullah sehingga Mu'adz ditegur oleh Rasulullah sebagai pembuat fitnah karena tidak _tabayun_ (klarifikasi) apa alasan keluar dari jamaah tersebut, justru langsung menjustifikasi saudaranya sebagai munafik.

Dari kisah ini dapat dipetik hikmah bahwa seorang imam harus bijaksana dan memahami keperluan jamaahnya sehingga tidak berlama-lama dalam memimpin shalat berjamaah.

Menyebut shahabat yang keluar dari jamaah (mufaraqah) sebagai munafik tanpa terlebih dahulu menanyakan kepada yang bersangkutan oleh Rasul disejajarkan dengan membuat fitnah.

Meski Rasulullah tidak menegur tindakan _mufaraqah_ yang dilakukan, namun hadis ini tidak boleh dipahami secara sembarangan sebagai kebolehan _mufaraqah_ (keluar dari jamaah). Hal ini dikuatkan dengan kaidah umum bahwa imam ada untuk diikuti.

Dari kisah ini juga dipetik pelajaran akan perlunya saling memahami dan tabayun (konfirmasi) sehingga tidak mudah menuduh dan atau menghakimi saudara muslim lainnya.

_Allahu a'lam_

_______________
*Yayasan Darul Muttaqien Medari*
_Cerdas & Menggembirakan_

*Sekretariat :*
Masjid Latifah Al Jabbar
Pugeran Maguwoharjo Depok Sleman Yogyakarta.
Ketulusan hati tanda kuatnya iman
Kuatnya Iman Dapat Diukur dari Ketulusan Hati yang tidak Terpengaruh Keadaan Apapun Kecuali Cinta Kepada Allah.

Apakah kita sudah termasuk orang yang sungguh-sungguh kuat dalam beriman kepada Allah dan apa yang menjadi alasan bahwa kita layak untuk dikatakan sebagai orang yang memiliki  keparcayaan yang kuat itu?

Diantara tanda yang bisa menjadi indikator kuatnya iman adalah ketulusan hati dalam iman itu sendiri. Yaitu orang yang hati dan jiwanya tidak dihinggapi oleh  pamrih sedikitpun. Sebab yang mendasari keimanannya adalah kecintaan yang mendalam dan pengetahuannya yang luas tentang kemahaagungan dan kemahakuasan Allah swt. 

Iman yang tulus dan tanpa pamrih itu adalah iman yang tidak terpengaruh lagi oleh keadaan apapun. Keadaan senang dan sedih, sulit maupun susah  tidak  menjadi alasan dalam mengingat atau melupakan Allah.

Sementara orang yang pamrih dalam imannya yaitu apabila menghadapi kesulitan berusaha mendekat dan memohon sekuat-kuatnya kepada Allah. Sedangkan kalau kesulitan itu sudah teratasi maka Allah dilupakannya, seolah-olah tidak pernah memohon kepada-Nya. 

Hal demikian sesunguhnya termasuk kezalim yang sangat  membahayakan. “…Dan jika seandainya orang-orang yang berbuat zalim itu melihat siksa (pada Hari Kiamat), bahwa semua kekuatan adalah kepunyaan Allah dan bahwa Allah amat pedih siksa-Nya (niscaya mereka menyesal). (QS. Al-Baqarah: 165). Salam Yansur.
Mukjizat Rasulullah Muhammad SAW
Parit Khandaq dan keajaiban Rasulullah atas makanan

حَدَّثَنِي عَمْرُو بْنُ عَلِيٍّ حَدَّثَنَا أَبُو عَاصِمٍ أَخْبَرَنَا حَنْظَلَةُ بْنُ أَبِي سُفْيَانَ أَخْبَرَنَا سَعِيدُ بْنُ مِينَاءَ قَالَ سَمِعْتُ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ
لَمَّا حُفِرَ الْخَنْدَقُ رَأَيْتُ بِالنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَمَصًا شَدِيدًا فَانْكَفَأْتُ إِلَى امْرَأَتِي فَقُلْتُ هَلْ عِنْدَكِ شَيْءٌ فَإِنِّي رَأَيْتُ بِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَمَصًا شَدِيدًا فَأَخْرَجَتْ إِلَيَّ جِرَابًا فِيهِ صَاعٌ مِنْ شَعِيرٍ وَلَنَا بُهَيْمَةٌ دَاجِنٌ فَذَبَحْتُهَا وَطَحَنَتْ الشَّعِيرَ فَفَرَغَتْ إِلَى فَرَاغِي وَقَطَّعْتُهَا فِي بُرْمَتِهَا ثُمَّ وَلَّيْتُ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَتْ لَا تَفْضَحْنِي بِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَبِمَنْ مَعَهُ فَجِئْتُهُ فَسَارَرْتُهُ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ ذَبَحْنَا بُهَيْمَةً لَنَا وَطَحَنَّا صَاعًا مِنْ شَعِيرٍ كَانَ عِنْدَنَا فَتَعَالَ أَنْتَ وَنَفَرٌ مَعَكَ فَصَاحَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا أَهْلَ الْخَنْدَقِ إِنَّ جَابِرًا قَدْ صَنَعَ سُورًا فَحَيَّ هَلًا بِهَلّكُمْ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تُنْزِلُنَّ بُرْمَتَكُمْ وَلَا تَخْبِزُنَّ عَجِينَكُمْ حَتَّى أَجِيءَ فَجِئْتُ وَجَاءَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْدُمُ النَّاسَ حَتَّى جِئْتُ امْرَأَتِي فَقَالَتْ بِكَ وَبِكَ فَقُلْتُ قَدْ فَعَلْتُ الَّذِي قُلْتِ فَأَخْرَجَتْ لَهُ عَجِينًا فَبَصَقَ فِيهِ وَبَارَكَ ثُمَّ عَمَدَ إِلَى بُرْمَتِنَا فَبَصَقَ وَبَارَكَ ثُمَّ قَالَ ادْعُ خَابِزَةً فَلْتَخْبِزْ مَعِي وَاقْدَحِي مِنْ بُرْمَتِكُمْ وَلَا تُنْزِلُوهَا وَهُمْ أَلْفٌ فَأُقْسِمُ بِاللَّهِ لَقَدْ أَكَلُوا حَتَّى تَرَكُوهُ وَانْحَرَفُوا وَإِنَّ بُرْمَتَنَا لَتَغِطُّ كَمَا هِيَ وَإِنَّ عَجِينَنَا لَيُخْبَزُ كَمَا هُوَ

Telah menceritakan kepadaku 'Amru bin Ali telah menceritakan kepada kami Abu 'Ashim telah mengabarkan kepada kami Hanzhalah bin Abu Sufyan telah mengabarkan kepada kami Sa'id bin Mina' dia berkata, aku mendengar Jabir bin Abdullah radliallahu 'anhuma berkata,
Tatkala penggalian parit pertahanan Khandaq sedang dilaksanakan, aku melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dalam keadaan lapar. Karena itu aku kembali kepada isteriku, menanyakan kepadanya, 'Apakah engkau mempunyai makanan? Aku melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sedang lapar.' Maka dikeluarkannya suatu karung, di dalamnya terdapat satu sha' (segantang) gandum. Di samping itu kami mempunyai seekor anak kambing. Lalu aku sembelih kambing itu, sementara isteriku membuat adonan tepung. Ketika aku selesai mengerjakan pekerjaanku, aku lalu memotong-motong kecil daging kambing tersebut dan aku masukkan ke dalam periuk. Setelah itu aku pergi menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Isteriku berkata kepadaku, 'Janganlah kamu mempermalukanku dihadapan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan para sahabat beliau.' Aku langusng menemui beliau seraya berbisik kepadanya, 'Wahai Rasulullah! Aku menyembelih seekor anak kambing milikku, dan isteriku telah membuat adonan segantang gandum yang kami miliki. Karena itu sudilah kiranya anda datang bersama-sama dengan beberapa orang sahabat.' Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam berteriak: 'Hai para penggali Khandaq! Jabir telah membuat hidangan untuk kalian semua. Marilah kita makan bersama-sama!" Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lalu berkata kepada Jabir: 'Jangan kamu menurunkan periukmu dan janganlah kamu memasak adonan rotimu sebelum aku datang.' Lalu aku pulang. Tidak lama kemudian Rasulullah datang mendahului para sahabat. Ketika aku temui isteriku, dia berkata, 'Bagaimana engkau ini! Bagaimana engkau ini! ' Jawabku, 'Aku telah melakukan apa yang engkau pesankan kepadaku.' Maka aku mengeluarkan adonan roti kami, kemudian nabi meludahi adonan itu untuk memberi keberkahan. Setelah itu beliau menuju periuk (tempat memasak kambing), maka beliau meludahi dan mendo'akan keberkahan kepadanya, sesudah itu beliau berkata kepada isteriku: 'Panggillah tukang roti untuk membantumu memasak. Nanti isikan gulai ke mangkok langsung dari kuali dan sekali-kali jangan kamu menurunkan periukmu. 'Kala itu para sahabat semuanya berjumlah seribu orang. Demi Allah, semuanya turut makan dan setelah itu mereka pergi. Tetapi periuk kami masih tetap penuh berisi seperti semula. Sedangkan adonan masih seperti semula."

HR. Bukhari: 3.793@ensiklopedi hadis

Ibrah :
Hadis ini menjelaskan keajaiban / mukjizat yang diberikan oleh Allah kepada Rasulullah mencukupkan kebutuhan ribuan sahabat yang menggali parit dalam peristiwa perang khandaq.

Makanan yang hanya sedikit menjadi cukup untuk untuk seribu pasukan dalam perang khandaq.

Dalam konteks keseharian manusia sekarang, hal seperti itu lebih kurang disebut berkah makanan. Meski sedikit tetapi cukup untuk seluruh anggota keluarga.

Contoh sederhana berkah makanan adalah ketika sebelum menikah, seseorang dapat menghabiskan satu porsi sate, namun ketika menikah satu porsi dapat mencukupi untuk suami istri bahkan juga anak. Hal ini sesuai dengan firman Allah QS. Ayat Anak Nur : 32)

_Allahu a'lam_
_______________
*Yayasan Darul Muttaqien Medari*
_Cerdas & Menggembirakan_

*Sekretariat :*
Masjid Latifah Al Jabbar
Pugeran Maguwoharjo Depok Sleman Yogyakarta