Kebahagian Duniawi hanya Sementara, Agar di Akhirat juga Bahagia maka Celup dan Ikatkan Setiap Amal dengan Iman dan Taqwa
Mungkin pernah terlintas dalam benak, membandingkan antara orang yang taat beragama serta rajin beribadah, namun hidupnya kelihatan sangat kekurangan. Sementara orang yang tidak taat, bahkan berlainan agama dan keyakinan, tetapi hidupnya nampak berkecukupan, terpandang, berpangkat dan berkedudukan.
Memang demikian, bahwa masalah rezeki, popularitas, pangkat, dan kedudukan di dunia tidak terkait dengan masalah kuat atau lemahnya iman seseorang. Tetapi ditentukan oleh hukum sebab akibat dan sunnatullah yang sudah ditetapkan-Nya untuk kehidupan manusia di dunia.
Orang kafir sekalipun, bisa mendapatkan kesenangan dan kebahagian material duniawi bila memenuhi standar hukum duniawi yang sudah ditetapkan-Nya. Bahwa orang yang rajin berusaha akan mendapatkan hal yang diusahkannya. Orang yang jujur maka dia akan dipercaya. Jika rajin bersilaturahmi maka akan banyak relasi. Orang yang sabar maka dia akan tenang. Begitu seterusnya sunnatullah yang telah menjadi ketetapan-Nya.
Namun demikian, kesenangan yang diperoleh di dunia, jika tidak disertai keimanan dan ketaatan kepada Allah sifatnya hanya sementara. Kenikmatan itu hanya akan dirasakan di dunia saja, sedangkan di akhirat nanti akan mendapatkan siksa yang pedih. “…Allah berfirman, dan kepada siapa yang kafir Aku senangkan sedikit, kemudian Aku paksa ia menuju ke siksa neraka dan itulah seburuk-buruk tempat kembali”. (QS. Al-Baqarah: 126).
Sedangkan orang yang beriman lagi taat beribadah, walaupun di dunia hanya merasakan nikmat sekedarnya saja, bahkan mungkin terlihat sangat kekurangan, tetapi di akhirat kelak dia akan mendapatkan kelapangan dan kedudukan yang terhormat. Apalagi kalau beriman sekaligus mengikuti hukum-hukum duniawai dan sunnatullah itu, dia akan mendapatkan kebahagian dunia dan sekaligus kebahagiaann di akhirat. Salam Yansur.
0 comments: