Rezeki itu Bukan yang Dikumpulkan tetapi yang Dipakai, Dimakan dan yang Disedekahkan
Setiap orang pasti menghendeki rezeki yang cukup. Bahkan kalau bisa melimpah sehingga bisa diwariskan untuk anak cucu. Namun rupanya tidak semua orang memiliki definisi atau pemaknaan yang tepat atas rezeki tersebut.
Sebagian orang ada yang mengira yang dimaksud rezeki adalah segala barang, meliputi harta benda yang berada di bawah kepemilikannya. Sehingga dia terus berusaha mengumpulkan asset sebanyak-banyaknya untuk dicatatkan sebagai miliknya walau belum tentu bisa dinikmatinya.
Sebagian yang lain memahami bahwa rezeki adalah apapun yang memberi manfaat yang telah dihalalkan Allah untuknya. Bisa berupa makanan, pakaian, rumah, istri atau suami, anak, kesehatan, dan pendengaran, termasuk suasana lingkungan yang memberinya ketentraman.
Namun ada yang memaknai rezeki itu sebagai sesuatu yang dimakan, dipakai, dan disedekahkan. Di luar yang dimakan, dipakai dan disedekahkan, seberapapun banyaknya dan apapun jenisnya, bukan termasuk rezeki, melainkan hanya titipan yang sebentar lagi akan digilirkan kepada orang lain. Orang yang secara legal tercatat memiliki berbagai kepemilikan, belum tentu bisa dinikmati dan akan menjadi rezekinya secara keseluruhan.
Jika menghendaki apa yang berada dalam kepemilikan kita berubah setatusnya menjadi rezeki, mengingat apa yang mungkin kita makan dan pakai sangat dibatasi oleh kapasitas dan kewajarannya, maka bersedekah merupakan cara epektif merubah hak milik menjadi rezeki untuk sangu di akhirat nanti. Salam Yansur.
0 comments: