Thursday, March 26, 2020

Wong salah, seleh; senjata makan tuan


حَدَّثَنَا قُتَيْبَةُ حَدَّثَنَا اللَّيْثُ عَنْ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ يَحْيَى بْنِ حَبَّانَ عَنْ لُؤْلُؤَةَ عَنْ أَبِي صِرْمَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ ضَارَّ ضَارَّ اللَّهُ بِهِ وَمَنْ شَاقَّ شَاقَّ اللَّهُ عَلَيْهِ

Telah menceritakan kepada kami Qutaibah, telah menceritakan kepada kami Al Laits dari Yahya bin Sa'id dari Muhammad bin Yahya bin Habban dari Lu`lu`ah dari Abu Shirmah bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Siapa yang akan mencelakai seseorang, maka Allah akan mencelakakannya, siapa yang akan menimpakan kesulitan terhadap seseorang, maka Allah akan menimpakan kesempitan atasnya."

HR. Tirmidzi : 1.863 @ensiklopedi hadis


Ibrah :
Hadits semakna juga diriwayatkan dari Abu Bakar. Menurut Abu Isa, hadis ini termasuk katagori  hadits hasan gharib.

Meski dalam Islam tidak ada penjelasan secara spesifik  terkait hukum karma, namun setiap perbuatan manusia, baik atau buruk, semua akan mendapat balasan.
Dalam QS. Al zalzalah ayat 7-8 dijelaskan ;  "Barangsiapa berbuat kebaikan meski seberat zarrah, Allah akan melihat (baca : memberi balasan), sebaliknya barangsiapa berbuat kejahatan meski seberat zarrah, Allah juga melihat (baca : memberi balasan).
Meski ayat ini konteksnya balasan di akhirat, namun tidak menutup kemungkinan balasan itu juga diberikan ketika masih di dunia.
Untuk kebaikan Allah akan lipat gandakan, sedang untuk keburukan Allah tidak akan mendzalimi hamba-Nya meskipun seberat zarrah (An-Nisa' : 40).

Dalam konteks lain, Allah berfirman : barangsiapa berbuat kebaikan maka akan kembali untuk dirinya sendiri, dan barang siapa berbuat jelek juga akan kembali kepadanya juga, dan Alllah tidak akan menghakimi hamba-Nya (fushilat ; 6)

Ayat-ayat tersebut menguatkan bahwa setiap perbuatan ada konsekwensinya, dan dalam bahasa Indonesia sering dikenal istilah dengan "senjata makan tuan" atau "siapa menaman mengetam".

Dalam pendekatan kearifan lokal Jawa, ada istilah "ngunduh wohing pakarti" atau "wong salah, seleh"


Sebelumnya
Berikutnya

0 comments: