Saturday, March 1, 2025

M. Husnaini : Ramadan dan Training Istikamah


Tadarus Ramadan #2

Ramadan dan Training Istikamah

Oleh: M. Husnaini

Jika Ramadan datang, pintu surga dibuka dan pintu neraka ditutup. Sabda Nabi tersebut dapat dimaknai bahwa keinginan berbuat kebaikan di bulan ini terbuka lebar. Sementara itu, kesempatan berbuat kejahatan tertutup rapat. Artinya, mayoritas orang Islam terdorong untuk melakukan kegiatan ibadah dibanding maksiat. 

Meskin demikian, tantangan utama menunaikan kebaikan secara berkelanjutan adalah kebosanan. Sebab itu, istikamah sangat tidak ringan dipraktikkan. Buktinya, lihat saja shaf shalat tarawih di masjid-masjid selama Ramadan. 

Waktu terbagi tiga: masa lalu, sekarang, dan masa depan. Hasil hari ini adalah upaya masa lalu, sementara usaha hari ini adalah pondasi masa depan. Maksudnya, jika ingin berjaya di masa depan, usaha keras harus dimulai sejak sekarang. Sebab, apa pun yang terjadi dan berlaku sekarang ini adalah buah upaya di masa lalu.

Masalahnya, tantangan berat manusia adalah soal istikamah. Dinamika kehidupan dapat mengubah fokus manusia. Ucapan dan perbuatan dari waktu ke waktu tidak selalu sama. Jejak digital sering membuktikan. Sikap politik seorang tokoh beberapa waktu lalu, misalnya, ternyata berseberangan dengan pilihannya sekarang.

Nabi mengingatkan, yang intinya, ada di antara kita orang yang melakukan perbuatan ahli surga sehingga jarak antara dirinya dan surga hanya tinggal sehasta. Tetapi catatan mendahuluinya, akhirnya dia melakukan perbuatan ahli neraka dan masuk ke neraka. Karena itu, kita tidak boleh gampang puas dengan pencapaian sekarang.

Kalau tidak dijaga benar-benar, boleh jadi kebaikan yang kita perjuangkan sekarang tidak bertahan lama. Merawat konsistensi itu tidak ringan. Istikamah, bahkan, menjadi ukuran keikhlasan seseorang. Sebab, suatu amalan dinilai di akhirnya. Dan, waktu akan menjawab apakah kita mati dalam keadaan Muslim atau justru sebaliknya.

Menjalani Ramadan ini juga demikian. Karena itu, hentikan perdebatan terkait jumlah rakaat shalat tarawih, misalnya. Yang terpenting ialah sejauh mana kita mengerjakannya secara khusyuk, ikhlas, dan istikamah. Suatu tradisi bagus yang kita kerjakan secara tulus & istikamah juga kerap mendatangkan rezeki yang sebelumnya tidak kita duga-duga.

Sebelumnya
Berikutnya

0 comments: