Wednesday, March 29, 2023

M idlal Athaillah


Nikmat Allah Swt. yang diberikan kepada kita sangatlah berlimpah.

Bahkan, terkadang tanpa kita sadari, Allah tetap menganugerahkan nikmat yang sangat banyak.

Mulai dari nikmat sehat, nikmat pancaindera, nikmat akal, nikmat Islam, dan masih banyak lagi.

Maka dari itu, tidak ada yang lebih patut untuk dilakukan selain bersyukur atas limpahan rahman dan rahim-Nya.

Sebagaimana firman Allah dalam Alquran:

وَإِن تَعُدُّوا۟ نِعْمَةَ ٱللَّهِ لَا تُحْصُوهَآ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ لَغَفُورٌ رَّحِيمٌ

“Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak akan mampu menghitungnya. Sungguh, Allah benar-benar Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. An Nahl: 18).

Secara bahasa syukur adalah pujian kepada yang telah berbuat baik atas apa yang dilakukan kepadanya.

Syukur merupakan kebalikan dari kufur.

Sementara menurut istilah, syukur adalah penggunaan seluruh nikmat Allah Swt. oleh seorang hamba, baik dalam bentuk pendengaran, penglihatan, hati, maupun yang lainnya, sesuai dengan tujuan penciptanya.

Dan Rasulullah saw. adalah manusia yang pandai bersyukur.

Suatu ketika, beliau pernah ditanya Bilal, “Apakah yang menyebabkan baginda menangis, padahal Allah telah mengampuni dosa-dosa baginda, baik yang dahulu maupun yang akan datang?”

Rasul menjawab, “Tidakkah engkau suka aku menjadi seorang hamba yang bersyukur?”

Oleh karena itu, kita harus selalu siap dalam setiap kondisi ketika bersyukur.

Umar bin al-Khaththab pernah berujar, “Kalaulah sabar dan syukur itu ibarat dua ekor unta, maka aku tidak peduli unta mana yang aku kendarai.”

______

Disampaikan oleh Santri Mubaligh Hijrah pada kuliah subuh Rabu, 29 Maret 2023, Masjid Darul Muttaqien Selomartani Kalasan. 

Sebelumnya
Berikutnya

0 comments: