![]() |
R. Agung Nugraha, S.Ag., MA |
اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ اِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ
شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ اَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ
لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ
وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ
وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ قَال اللهُ تَعَالَى فِى
الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ
تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ اَمَّا بَعْدُ
فَيَاعِبَادَ اللهِ اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ
لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
Allahu Akbar 2 x, …. wa lillahi al-hamd
Kaum Muslimin, rahimakumullah,
Sanjung dan puji hanyalah milik Allah. Tiada ungkapan
syukur kecuali hanya kepada Allah yang hingga saat ini masih memberikan
kesehatan dan kesempatan kepada kita sehingga mampu menyelesaikan semua amaliah
Ramadhan 1442 H tahun ini.
Allahu Akbar 2 x, …. wa lillahi al-hamd
Kaum Muslimin, rahimakumullah,
Saat ini, umat Islam bersama merayakan hari
kemenangan dengan melafalkan kalimat takbir, sebuah pernyataan bahwa
hanya Allahlah yang maha besar dan maha kuasa, artinya pengakuan kita bahwa
kekuasaan yang kita sandang sesungguhnya adalah milik Allah. Allahlah pemilik
kekuasaan, Dia memberikan kekuasaan kepada siapa saja yang dikehendaki, dan
mengambil kekuasaan tersebut dari siapa saja yang Allah kehendaki. Kita juga
senantiasa melafalkan tahlil, la ilaha illa Allah, sebuah ikrar bahwa
tidak ada tuhan yang hak dan pantas disembah melainkan Allah. Hanya kepada
Allahlah kita menyembah/beribadah dan memohon pertolongan. Demikian juga kalimat
tahmid yang kita ucapkan adalah pengakuan tulus kita bahwa semua yang dikaruniakan
berupa harta dan kenikmatan hidup ini semua berasal dari Allah, oleh karenanya
kita memuji Allah pagi dan sore (bukratan wa ashilan).
Kalimat takbir, tahlil dan tahmid ini kita lafalkan dalam rangka mensyukuri nikmat, mengagungkan syiar dan tanda kebesaran Allah. Sebagaimana Firman-Nya dalam QS. Al Baqoroh (2) : 185 ;
وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ
وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Artinya : “…….dan hendaklah kamu mencukupkan
bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan
kepadamu, supaya kamu bersyukur”
Takbir, tahlil dan tahmid yang kita kumandangkan tidak lain juga dalam rangka mengekspresikan/mewujudkan ketaqwaan yang ada didalam hati kita. Sebagaimana firman Allah dalam surat al Hajj : 32 :
Artinya : “Dan demikianlah, barang siapa mengagungkan Syiar-syiar Allah, maka itu adalah bukti ketaqwaan Hati”.
Allahu Akbar 2 x, …. wa lillahi al-hamd
Kaum Muslimin, rahimakumullah,
Hari ini, kita semua kembali merayakan kemenangan. Perayaan
kemenangan di hari idul fitri ini bukanlah tanpa perjuangan. Satu bulan penuh
kita mengendalikan hawa nafsu yang selalu menggoda manusia untuk berbuat
kejelekan. Hanya berkat rahmat Allah juga kita mampu menunaikan semua
peribadatan dengan ringan dan berkat rahmat Allah juga kita diberi kekuatan
untuk menghindari godaan selama Ramadhan. Allah berfirman dalam QS. Yusuf (12)
: 53;
وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي ۚ إِنَّ
النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي ۚ إِنَّ رَبِّي
غَفُورٌ رَحِيمٌ
Artinya : “Dan Aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), Karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha penyanyang”.
Allahu Akbar 2 x, …. wa lillahi al-hamd
Kaum Muslimin, rahimakumullah,
Satu bulan penuh kita menunaikan aneka ibadah berupa
puasa ramadhan, qiyamu Ramadhan/sholat tarawih, membaca Al Qur’an, memperbanyak
sholat berjama’ah, memberikan ta’jil, dan shodaqoh serta berzakat. Semua kita
lakukan hanya mengharap keridhoan Allah. Setelah semua itu, tidak ada ucapan
yang lebih baik dari kalimat tarji’ (permohonan kepada Allah) yaitu
kalimat Taqobbalallahu minna wa
minkum, (semoga Allah menerima segala amal ibadah kita semua).
Di hari fitri ini kita juga saling mendo’akan, agar Allah menjadikan kita sebagai umat yang kembali kepada fitrah dan merdeka/meraih kemenangan dalam melawan hawa nafsu dengan kalimat wa ja’alana Allahu wa iyyakum minal ‘aidin wal faizin.
Allahu Akbar 2 x, …. wa lillahi al-hamd
Kaum Muslimin, rahimakumullah,
Ada pepatah arab
yang menyatakan, laisa al-‘id man labisa al-jadid, innama al-‘id man
taqwallahu tazid. Bahwa makna kemerdekaan idul fitri bukanlah diukur dengan
baju yang baru, melainkan kualitas ketaqwaan yang bertambah. Kata hikmah ini
kiranya pantas kita jadikan sebagai bahan refleksi.
Berikut beberapa hal yang patut kita renungkan untuk
memaknai idul fitri tahun ini :
1.
Kesungguhan dan kerja keras
Dalam konteks Ramadhan, Rasulullah juga
menyebutkan keberhasilan Puasa Ramadhan ialah bila dilakukan dengan kesungguhan
yang dilandasi keimanan dan harapan mendapat ridha Allah. Rasulullah bersabda :
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا
تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Artinya : “barang siapa berpuasa
Ramadhan dengan dasar Iman dan mengharap Ridha Allah, akan diampuni
dosa-dosanya sebelum dan sesudah Ramadhan”.
2.
Pengendalian nafsu dan
kemampuan bersyukur
Ramadhan melatih kita mengendalian hawa
nafsu dan kemampuan bersyukur. Sayangnya, saat ini masih ada diantara kita yang
belum mampu mengendalikan nafsu dan tidak pandai bersyukur.
Puasa adalah perang melawan nafsu. Seorang
Tabiin bernama Ibrahim bin Abi Abalah menyebut bahwa perang (jihad fisik) lebih ringan
daripada jihad melawan hawa nafsu.
رجعنا من جهاد
الاصغر الى جهاد الاكبر هو جهاد النفس
Artinya
: “Kita baru saja pulang dari jihad yang kecil menuju jihad yang lebih
besar, yaitu jihad melawan hawa nafsu”.
Dalam konteks keluarga, meningkatnya
kehamilan diluar nikah dan tingginya angka perceraian serta kecenderungan
kekerasan didalam keluarga/rumahtangga menggambarkan ketidakmampuan kita
mengendalikan nafsu dan godaan syetan.
Dalam konteks yang lebih luas, banyaknya
kasus korupsi, konsumsi minuman keras dan penggunaan narkoba, merupakan
gambaran bahwa kita belum mampu menjadi bangsa yang pandai bersyukur.
Rasul Bersabda :
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنْ النَّاسِ الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ
Artinya : “ada dua nikmat yang
kebanyakan manusia terlena bahkan terjerumus, yaitu kesehatan dan kesempatan”.
)HR.
Imam Tirmidzi, Hadist No. 2226)
Dengan selesainya ibadah puasa serta
seluruh amaliah Ramadhan tahun ini, kita berharap menjadi umat dan bangsa yang
mampu mengendalikan nafsu dan pandai bersyukur. Sikap positif inilah yang akan
cepat memulihkan kondisi bangsa kita dari berbagai cobaan. Termasuk pandemic covid-19
yang telah melanda bangs akita lebih dari satu tahun.
Dalam surat Ibrahim ayat 7 Allah telah
berjanji :
Artinya : “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
3.
Menjalankan perintah dan meninggalkan
larangan Allah
Tujuan akhir perintah puasa Ramadhan
ialah taqwa. Diantara ta’rif (definisi) taqwa yang sangat masyhur ialah Imtitsalu
awamirihi wajtinabu nawahihi (menjalankan perintah Allah dan meninggalkan
larangan-Nya).
Selama ramadhan, dengan ikhlas dan suka
cita serta penuh semangat kita menjalankan perintah puasa, melaksanakan shalat
tarawih (Qiyam al-lail) dan berbagai ibadah lainnya. Dalam ramadhan kita
mampu menahan diri untuk tidak makan, menahan diri dari berkata yang tidak baik
dan menghindari perbuatan-perbuatan yang tidak bermanfaat (laghwi wa
ar-rafas).
Tantangannya ialah, mampukah kita untuk senantiasa
melaksanakan perintah Allah dan meninggalkan larangannya diluar Ramadhan nanti?
4.
Selalu meningkatkan
kualitas dan kemampuan diri
Menjadi orang yang sukses meraih
kemenangan hanya dapat diraih bila kita mampu senantiasa meningkatkan kualitas
diri. Dengan demikian, keberhasilan dan kesuksesan ibadah ramadhan bukanlah
terhenti pada hari ini, tetapi bagaimana kita mewujudkan hal tersebut pada hari
esok hingga ramadhan yang akan datang
Untuk menjadi pribadi yang lebih baik,
maka mulai saat ini mestinya kita memancangkan niat untuk dapat melanjutkan
amaliah ramadhan diluar bulan Ramadhan. Bila saat ramadhan kita melaksanakan
puasa wajib, hal itu bias kita lanjutkan dengan melaksanakan dan memperbanyak
puasa sunnah. Shalat tarawih yang kita lakukan selama ramadhan dapat dimudawamahkan
diluar ramadhan, Tadarus yang kita lakukan sehabis isya’ selama ramadhan
sebaiknya kita lakukan juga diluar ramadhan, Zakat yang kita tunaikan sebaiknya
kita lanjutkan diluar ramadhan dengan memperbanyak infaq/Shodaqoh dan
seterusnya. Sedapat mungkin semua amaliah ramadhan itu kita implementasikan
diluar Ramadhan.
Dalam konteks jama’ah, kegiatan sholat berjama’ah
di masjid yang biasanya hanya marak dilakukan selama Ramadhan, dapatlah terus
dilanjutkan diluar Ramadhan. Demikian juga dengan kegiatan ta’lim
(menuntut ilmu). Bagi masjid yang belum menyelenggarakan
pengajian/kajian/ta’lim secara rutin, maka momentum idul fitri ini kita jadikan
untuk melanjutkannya diluar Ramadhan. Tentu dengan tetap mengindahkan protokol kesehatan dalam rangka bersama sama mencegah bahkan mengakhiri pandemi covid-19.
Kultum yang biasa kita lakukan selama
Ramadhan, dapat dilanjutnya selepas Ramadhan. Rumuskan kegiatan pengajian
tersebut secara rutin, setidaknya seminggi sekali, dan susunlah kurikulum yang
terukur dan berkesinambungan.
Mungkin kita tidak mampu melanjutkan
semua aktifitas rmadhan tersebut diluar Ramadhan. Hal demikian bukan berarti
kita berlepas diri. kita bisa memilih salah satu dari amaliah tersebut yang
akan kita lakukan terus menerus diluar ramadhan. Apabila setiap
tahun ada target yang kita tetapkan dan dengan kesungguhan kita tunaikan, insya
Allah pada akhirnya semua akan dapat lita lakukan. Yang terpenting adalah
mulailah dari yang ringan dan dari sekarang.
Kemerdekaan Hakiki
Hakekat kemerdekaan idul fitri ialah ketika kita menang
melawan hawa nafsu dan mampu meninggalkan perkataan dan perbuatan yang tidak
bermanfaat. Kita berharap dan memohon kepada Allah, agar kita dimasukkan kepada
golongan yang menang melawan hawa nafsu, mampu meninggalkan perkataan dan
perilaku yang tidak berguna (sia-sia) sehingga kita termasuk pribadi yang
kembali meraih kesucian sebagaimana ketika kita dilahirkan oleh ibu kita.
Kita
berharap dan memohon kepada Allah, agar kita dimasukkan kepada golongan yang
menang melawan hawa nafsu, mampu meninggalkan perkataan dan perilaku yang tidak
berguna (sia-sia) sehingga kita termasuk pribadi yang kembali meraih kesucian
sebagaimana ketika kita dilahirkan oleh ibu kita. Rasulullah bersabda :
َدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُمَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ
Artinya
: “Barangsiapa yang tidak dapat meninggalkan perkataan dan perbuatan yang
sia-sia (tidak terpuji), maka Allah tidak memerlukan orang itu untuk
menanggalkan makan dan minum –(puasanya sia-sia). (H.R. Bukhari:1.903)
Akhirnya mari kita tutup rangkaian
ibadah shalat Id kita hari ini dengan berdoa, bermohon kepada Allah kesehatan, ketetapan iman dan Islam, serta mendoakan saudara kita kaum
muslimin di seluruh penjuru dunia terhindar dari segala macam wabah penyakit dan marabahaya :
اَللَّهُمَّ
اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ
الدَّعْوَاتِ
اَللَّهُمَّ
انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ
وَاغْفِرْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ
الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ وَاهْدِنَا
وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ
اَللَّهُمَّ
أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَناَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا
دُنْيَانَ الَّتِى فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِى
فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ
وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شرٍّ اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا
مِنْ خَشْيَتِكَ مَاتَحُوْلُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ
مَا تُبَلِّغُنَابِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَاتُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا
مَصَائِبَ الدُّنْيَا. اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا
مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْهُ ثَأْرَنَا عَلَى
مَنْ عَاداَنَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِى دِيْنِنَاوَلاَ تَجْعَلِ
الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا
مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا
اللهُمَّ
ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ، مَا ظَهَرَ
مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً، وَسَائِرِ
اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً، يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ
اَللَّهُمَّ
أَعِزَّ الإِسْلَامَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَأَذِلَّ الشِرْكَ وَالمُشْرِكِيْنَ،
وَدَمِّرْ أَعْدَاءَنَا وَ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ، وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ وَ
قَتَلَ اْلمُؤْمِنِيْنَ، يَا رَبَّ
العَالَمِيْنَ
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنَ
الْبَرَصِ، وَالْجُنُونِ، وَالْجُذَامِ، وَمِنْ سَيِّئِ الأَسْقَامِ
رَبَّنَا
اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ
وَصَلَّى
اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَ مَنْ تَبِعَهُمْ
بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن.
وَآخِرُ
دَعْوَانَا أَنِ الْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
[2] H.R. Agung Nugraha, S.Ag.,Ketua Pusat Kajian Islam & Kemasyarakatan (PeKIK) DARUL FIKRI
0 comments: