Allah
adalah pencipta dan penguasa segala sesuatu yang ada di alam raya ini. Semua
ada didalam kuasa dan kehendak Allah SWT. Tidak terkecuali matahari dan bulan
beserta seluruh kejadian yang terkait dengan dua ciptaan tersebut, yaitu
pergantian siang dan malam maupun terjadinya gerhana.
Allah berfirman :
وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ
وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا
لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
Artinya : “Dan dari sebagian
tanda-tanda (kekuasaan)-Nya adalah adanya malam
dan siang serta adanya matahari dan bulan. Janganla kamu sujud kepada matahari
atau bulan tetapi sujudlah kepada Allah Yang Menciptakan keduanya”. (QS. Fushshilat: 37).
Apabila setiap hari kita
berucap hanya kepada-Mu kami beribadah (menyembah) dan hanya kepada-MU kami
memohon pertolongan, maka ayat ini menegaskan agar kita tidak mensekutukan
Allah dengan ciptaan-Nya.
Peristiwa gerhana, baik gerhana bulan maupun
gerhana matahari, ia adalah ketetapan Allah, oleh karenanya semestinya semakin
menguatkan keimanan kita kepada Allah SWT.
Baca : Gerhana, ayat Allah di alam semesta
Sejarah Gerhana
Sebagai
sebuah fenomena alam, gerhana sebetulnya telah dan akan selalu terjadi atas
kehendak Allah. Namun karena kurangnya pengetahuan dan belum sampainya
penjelasan, maka persitiwa gerhana mendapat berbagai sikap, bahkan
menimbulkan kepercayaan masyarakat yang
salah. Seperti terjadinya gerhana terkait dengan hidup dan matinya seseorang,
atau di masyarakat jawa dulu dikenal bahwa gerhana adalah peristiwa matahari
atau bulan dimakan butho ijo dan mungkin ada mitos serta kepercayaan lainnya.
Terkait
dengan hal tersebut terdapat Riwayat berikut :
عَنِ
الْمُغِيرَةِ بنِ شُعْبَةَ قال انْكَسَفَتْ الشَّمْسُ يوم مَاتَ إِبْرَاهِيمُ فقال
الناس انْكَسَفَتْ لِمَوْتِ إبراهيم فقال رسول اللَّهِ صلى الله عليه وسلم إِنَّ
الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ من آيَاتِ اللَّهِ لاَ يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ
أَحَدٍ ولا لِحَيَاتِهِ فإذا رَأَيْتُمُوهُمَا فَادْعُوا اللَّهَ وَصَلُّوا حتى
يَنْجَلِيَ [رواه البخاري
Artinya
: “Dari al-Mughirah Ibn Syu‘bah r.a. (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Terjadi
gerhana matahari pada hari meninggalnya Ibrahim. Lalu ada orang yang mengatakan
terjadinya gerhana itu karena meninggalnya Ibrahim. Maka Rasulullah saw
bersabda: Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua dari tanda-tanda kebesaran
Allah. Keduanya tidak gerhana karena mati atau hidupnya seseorang. Apabila kamu
melihat hal itu, maka berdoalah kepada Allah dan kerjakan salat sampai matahari
itu terang (selesai gerhana)”. [HR
al-Bukhari].
Berdasarkan hadis tersebut, Rasulullah
meluruskan dan menjaga aqidah para sahabat bahwa peristiwa gerhana adalah murni
karena kuasa dan kebesaran Allah.
Macam Gerhana
Gerhana
terdiri dari dua macam, Gerhana Matahari dan Gerhana Bulan.
Gerhana
Matahari : adalah fenomena yang terjadi ketika bulan terletak di antara bumi
dan matahari. Kusuf adalah peristiwa dimana sinar matahari
menghilang baik sebagian atau total pada siang hari karena terhalang oleh bulan
yang melintas antara bumi dan matahari.
Gerhana
Bulan : adalah fenomena yang terjadi ketika posisi bumi berada di antara
matahari dan bulan. Khusuf adalah peristiwa dimana cahaya bulan
menghilang baik sebagian atau total pada malam hari karena terhalang oleh
bayangan bumi karena posisi bulan yang berada di balik bumi dan matahari.
Istilah
Kusuf maupun khusuf dapat dipakai untuk menyebut peristiwa
gerhana matahari maupun gerhana bulan.
Dasar perintah
sholat gerhana
عن
عَائِشَةَ أَنَّ الشَّمْسَ خَسَفَتْ على عَهْدِ رسول اللَّهِ صلى الله عليه وسلم
فَبَعَثَ مُنَادِيًا الصَّلاَةَ جَامِعَةً فَتَقَدَّمَ فَصَلَّى أَرْبَعَ
رَكَعَاتٍ في رَكْعَتَيْنِ وَأَرْبَعِ سَجَدَاتٍ [رواه البخاري واللفظ له ، ومسلم
، وأحمد
Dari
Aisyah (diriwayatkan) bahwa pernah terjadi gerhana matahari pada masa
Rasulullah saw, maka ia lalu menyuruh orang menyerukan “ash-shalatu jami‘ah”.
Kemudian beliau maju, lalu mengerjakan salat empat kali rukuk dalam dua rakaat
dan empat kali sujud [HR
al-Bukhari, Muslim dan Ahmad]
عن
أبي مَسْعُودٍ قال قال النبي صلى الله عليه وسلم إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لاَ يَنْكَسِفَانِ
لِمَوْتِ أَحَدٍ من الناس وَلَكِنَّهُمَا آيَتَانِ من آيَاتِ اللَّهِ فإذا
رَأَيْتُمُوهُمَا فَقُومُوا فَصَلُّوا [رواه البخاري ومسلم
Dari
Abu Mas’ud r.a., ia berkata: Nabi saw telah bersabda: Sesungguhnya matahari dan
bulan tidak gerhana karena kematian seseorang, akan tetapi keduanya adalah dua
tanda kebesaran Allah. Maka apabila kamu melihat gerhana keduanya, maka
berdirilah dan kerjakan salat [HR
al-Bukhari dan Muslim]
Baca : Gerhana : Bukti keagungan Allah
Tidak ada adzan dalan sholat gerhana
عن
عَائِشَةَ قالت كَسَفَتْ الشَّمْسُ فَأَمَرَ رسول اللَّهِ صلى الله عليه وسلم
رَجُلاً فَنَادَى أَنْ الصَّلاَةَ جَامِعَةٌ فَاجْتَمَعَ النَّاسُ فَصَلَّى بِهِمْ
رَسُوْلُ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَكَبَّرَ ... ... ... [رواه النسائي
Dari Aisyah ia berkata, terjadi gerhana matahari, maka Rasulullah
SAW memerintahkan seseorang memanggil untuk shalat berjamaah (dengan kalimat :
Ash-Sholatu Jami’ah). Maka orang-orang berkumpul, lalu Rasulullah SAW shalat Bersama
mereka, Bertakbir,….. dst ( An Nasa’i)
Tata cara sholat Gerhana
عَنْ
عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَتْ خَسَفَتِ
الشَّمْسُ فِي حَيَاةِ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَخَرَجَ
رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى الْمَسْجِدِ فَقَامَ
وَكَبَّرَ وَصَفَّ النَّاسُ وَرَاءَهُ فَاقْتَرَأَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قِرَاءَةً طَوِيلَةً ثُمَّ كَبَّرَ فَرَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلاً
ثُمَّ رَفَعَ رَأْسَهُ فَقَالَ سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَبَّنَا وَلَكَ
الْحَمْدُ ثُمَّ قَامَ فَاقْتَرَأَ قِرَاءَةً طَوِيلَةً هِيَ أَدْنَى مِنَ
الْقِرَاءَةِ اْلأُولَى ثُمَّ كَبَّرَ فَرَكَعَ رُكُوعًا طَوِيلاً هُوَ أَدْنَى
مِنَ الرُّكُوعِ الْأَوَّلِ ثُمَّ قَالَ سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَهُ رَبَّنَا
وَلَكَ الْحَمْدُ ثُمَّ سَجَدَ -وَلَمْ يَذْكُرْ أَبُو الطَّاهِرِ ثُمَّ سَجَدَ-
ثُمَّ فَعَلَ فِي الرَّكْعَةِ اْلأُخْرَى مِثْلَ ذَلِكَ حَتَّى اسْتَكْمَلَ
أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ وَأَرْبَعَ سَجَدَاتٍ وَانْجَلَتْ الشَّمْسُ قَبْلَ أَنْ
يَنْصَرِفَ ثُمَّ قَامَ فَخَطَبَ النَّاسَ فَأَثْنَى عَلَى اللهِ بِمَا هُوَ
أَهْلُهُ ثُمَّ قَالَ إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللهِ لاَ
يَخْسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ فَإِذَا رَأَيْتُمُوهَا
فَافْزَعُوا لِلصَّلاَةِ [رواه مسلم].
Dari
‘Aisyah, isteri Nabi saw, (diriwayatkan) bahwa ia berkata: Pernah terjadi
gerhana matahari pada masa hidup Nabi saw. Lalu beliau keluar ke mesjid,
kemudian berdiri dan bertakbir dan orang banyak berdiri bersaf-saf di belakang
beliau. Rasulullah saw membaca (al-Fatihah dan surat) yang panjang, kemudian
bertakbir, lalu rukuk yang lama, kemudian mengangkat kepalanya sambil mengucapkan
sami‘allahu liman hamidah rabbana wa lakal-¥amd, lalu berdiri lurus
dan membaca (al-Fatihah dan surat) yang panjang, tetapi lebih pendek dari yang
pertama, kemudian bertakbir lalu rukuk yang lama, namun lebih pendek dari rukuk
pertama, kemudian mengucapkan sami‘allahu liman hamidah, rabbana wa
lakal-hamd, kemudian beliau sujud. [Abu Thahir tidak menyebutkan sujud].
Sesudah itu pada rakaat terakhir (kedua) beliau melakukan seperti yang
dilakukan pada rakaat pertama, sehingga selesai mengerjakan empat rukuk dan
empat sujud. Lalu matahari terang (lepas dari gerhana) sebelum beliau selesai
salat. Kemudian sesudah itu beliau berdiri dan berkhutbah kepada para jamaah di
mana beliau mengucapkan pujian kepada Allah sebagaimana layaknya, kemudian
beliau bersabda: Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua dari tanda-tanda
kebesaran Allah, dan tidak mengalami gerhana karena mati atau hidupnya
seseorang. Apabila kamu melihatnya, maka segeralah salat [HR al-Bukhari].
Baca : Panduan pelaksanaan Sholat Gerhana
Bacaan Jahr
Bacaan dalam sholat gerhana, baik gerhana
bulan maupun gerhana matahari dilakukan dengan mengeraskan suara (jahr). Hal
itu didasarkan pada dua hadis berikut :
عن
عَائِشَةَ أَنَّ النبي صلى الله عليه وسلم جَهَرَ في صَلاةِ الْخُسُوفِ
بِقِرَاءَتِهِ فَصَلَّى أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ في رَكْعَتَيْنِ وَأَرْبَعَ سَجَدَاتٍ
[رواه البحاري ومسلم ، واللفظ له
Dari
‘Aisyah (diriwayatkan) bahwa Nabi saw menjaharkan bacaannya dalam salat khusuf;
beliau salat dua rakaat dengan empat rukuk dan sujud [HR al-Bukhari dan Muslim, lafal ini
adalah lafal Muslim].
َنْ
عَائِشَةَ أَنَّ النَّبِيَّ صلى الله عليه وسلم جَهَرَ بِالْقِرَاءَةِ فِي صَلاةِ
الْكُسُوفِ [رواه ابن حبان والبيهقي وأبو نعيم في المستخرج
Dari
‘Aisyah (diriwayatkan) bahwa Nabi saw menjaharkan bacaannya dalam salat
kusuf [HR Ibnu Hibban,
al-Baihaqi dan Abu Nu‘aim dalam al-Mustakhraj].
Memperbanyak Takbir, melakukan Sholat dan bersedekah, serta
beristighfar
َائِشَةَ
أنها قالت خَسَفَتْ الشَّمْسُ في عَهْدِ رسول اللَّهِ صلى الله عليه وسلم فَصَلَّى
رسول اللَّهِ صلى الله عليه وسلم بِالنَّاسِ فَقَامَ فَأَطَالَ الْقِيَامَ ثُمَّ
رَكَعَ فَأَطَالَ الرُّكُوعَ ثُمَّ قام فَأَطَالَ الْقِيَامَ وهو دُونَ الْقِيَامِ
اْلأَوَّلِ ثُمَّ رَكَعَ فَأَطَالَ الرُّكُوعَ وهو دُونَ الرُّكُوعِ اْلأَوَّلِ
ثُمَّ سَجَدَ فَأَطَالَ السُّجُودَ ثُمَّ فَعَلَ في الرَّكْعَةِ الثَّانِيَةِ
مِثْلَ ما فَعَلَ في اْلأُولَى ثُمَّ انْصَرَفَ وقد انْجَلَتْ الشَّمْسُ فَخَطَبَ
الناس فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عليه ثُمَّ قال إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ
آيَتَانِ من آيَاتِ اللَّهِ لاَ ينخسفان لِمَوْتِ أَحَدٍ ولا لِحَيَاتِهِ فإذا
رَأَيْتُمْ ذلك فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا ... ...
... [رواه البخاري ، واللفظ له ، ومسلم ومالك
Dari
‘Aisyah (diriwayatkan) bahwa ia berkata: Pernah terjadi gerhana matahari pada
masa Rasulullah saw. Lalu beliau salat bersama orang banyak. Beliau berdiri dan
melamakan berdirinya kemudian rukuk dan melamakan rukuknya, kemudian berdiri
lagi dan melamakan berdirinya, tetapi tidak selama berdiri yang pertama.
Kemudian beliau rukuk dan melamakan rukuknya, tetapi tidak selama rukuk yang
pertama, kemudian sujud dan melamakan sujudnya. Kemudian pada rakaat kedua
beliau melakukan seperti yang dilakukan pada rakaat pertama. Kemudian beliau
menyudahi salatnya sementara matahari pun terang kembali. Kemudian beliau
berkhutbah kepada jamaah dengan mengucapkan tahmid dan memuji Allah, serta
berkata: Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua dari tanda-tanda kebesaran
Allah. Keduanya tidak gerhana karena mati atau hidupnya seseorang. Apabila kamu
melihat hal itu, maka berdoalah kepada Allah, bertakbir, salat dan
bersedekahlah... ... ... [al-Bukhari,
lafal ini adalah lafalnya, juga Muslim dan Malik].
فإذا
رَأَيْتُمْ منها شيئا فَافْزَعُوا إلى ذِكْرِهِ وَدُعَائِهِ وَاسْتِغْفَارِهِ
[رواه البخاري ومسلم عن أبي موسى
Maka
apabila kamu melihat hal tersebut terjadi (gerhana), maka segeralah melakukan
zikir, do‘a dan istigfar kepada Allah [HR al-Bukhari dan Muslim dari
Abu Musa].
Baca : Tuntunan Sholat Gerhana
Siapa yang disunnahkan melaksanakan Sholat
Gerhana
Sholat gerhana disunnahkan untuk orang yang mengetahui
terjadinya gerhana
فإن
صَلاَةَ اْلكُسُوْفِ وَاْلخُسُوْفِ لاَ تُصَلَّى إِلاَّ إِذَا شَاهَدْناَ ذَلِكَ
[مجموع الفتاوى
Sesungguhnya
salat gerhana matahari dan gerhana Bulan tidak dilaksanakan kecuali apabila
kita menyaksikan gerhana itu [Majmu‘
al-Fatawa, 24: 258].
Peristiwa
gerhana pada masa sekarang ini tentu tidak sama persis dengan pada masa lalu
dimana belum ada lampu-lampu penerangan sehingga peristiwa gerhana dapat dilihat
melalui perubahan alam dari terang menjadi gelap.
Saat
ini, hampir di seluruh wilayah telah banyak sekali lampu penerang, sehingga peristiwa
gerhana tidak begitu teramati. Namun, berdasarkan kemajuan teknologi dan ilmu
pengetahuan, sekarang kita dapat mengetahui kapan terjadi gerhana, wilayah mana
saja yang akan mengalami gerhana hingga menit bahkan detik kapan mulai gerhana,
puncak gerhana hingga akhir gerhana.
Berdasarkan
hal tersebut, maka orang yang berada di wilayah yang terjadi gerhana
disunnahkan melakukan sholat gerhana sebagai salah satu upaya menghidupkan
sunnah Rasulullah SAW.
0 comments: