Wednesday, July 29, 2020

Khutbah Idul Adha 1441 H : Qurban dimasa pandemi; moment memperbaiki relasi didalam keluarga

 

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

 

اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِى أَنْزَلَ الْكِتَابَ تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْئٍ وَهُدًا وَنُوْرًا وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِيْنَ. أَشْهَدُ اَنْ لاَّ اِلَـــهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، اَلْمَلِكُ الْحَقُّ الْمُبِيْنَ. وَأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. أّللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ

اّمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ، اُوْصِيْكُمْ وَإِيَّاَيَ بَتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ….. مَآ اَصَابَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ فِى الْاَرْضِ وَلَا فِيْٓ اَنْفُسِكُمْ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مِّنْ قَبْلِ اَنْ نَّبْرَاَهَاۗ اِنَّ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرٌۖ

اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، لاَ إِلّــهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، أَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ. أَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً. لاَ اِلَـهَ اِلاَّ اللهُ أَكْبَرُ، أَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ

 

الله أكبر الله أكبر و لله الحمد

Istri dan anak-anakku / Jama'ah rahimakumullah

Kita bersyukur kepada Allah, pagi ini kita masih diberikan Rahmat berupa kesehatan ditengah ancaman Pandemi covid-19 yang hingga saat ini masih cenderung meningkat. Sebagai umat beriman, kita yakin bahwa kemana wabah akan menyebar, kepada siapa akan terpapar, siapa yang akan tertular semuanya telah tertulis di lauhil Mahfudz.  Sebagaimana firman Allah Dalam QS. Al-Hadid[57] : 22

مَآ اَصَابَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ فِى الْاَرْضِ وَلَا فِيْٓ اَنْفُسِكُمْ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مِّنْ قَبْلِ اَنْ نَّبْرَاَهَاۗ اِنَّ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرٌۖ

Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah.

Meski demikian kita tidak boleh  menantang takdir dengan tidak mematuhi anjuran pemerintah untuk selalu menggunakan masker, cuci tangan, menjaga jarak dan hal lainnya. Kita diperintahkan untuk berikhtiar untuk menghindar dari potensi mushibah. Karenanya itulah kita melaksanakan  rangkaian ibadah idul adha ini tetap dengan memperhatikan protokol kesehatan.

الله أكبر الله أكبر و لله الحمد

Istri dan anak-anakku / Jama'ah rahimakumullah

Pada bulan Dzulhijjah, setidaknya ada 4 ibadah utama yang dituntunkan. Keempat ibadah tersebut adalah ibadah haji, puasa arofah, sholat idul adha dan menyembelih hewan kurban.

Keempatnya mempunyai benang merah dan keterkaitan namun tidak saling mempengaruhi. Artinya, meski tahun ini jamaah haji kita tidak berangkat karena Pandemi Corona, puasa arofah, Sholat id dan qurban tetap kita laksanakan.

Istri dan anak-anakku / Jama'ah rahimakumullah

Setelah pelaksanaan sholat Idul Adha ini, kita disyariatkan untuk berkurban dengan menyembelih binatang sembelihan berupa unta, sapi atau kambing/domba.

Syariat qurban yang kita laksanakan sekarang adalah pengabadian dari peristiwa ketika Nabi Ibrahim oleh Allah diuji ketaatannya dengan perintah menyembelih anaknya, Ismail. Peristiwa itu diabadikan dalam surat ash-shaffat ayat 99-111.

Dalam ayat-ayat tersebut tergambar betapa Nabi Ibrahim sangat merindukan kehadiran anak sehingga ia memohon petunjuk kepada Allah dan berdoa, Ya Allah anugerahkanlah kepadaku anak keturunan yang shalih. Mendengar doa tulus dari Nabi Ibrahim tersebut, akhirnya Allah memberikan kabar gembira dengan lahirnya anak yang  sangat sabar. Anak itu diberi nama Ismail.  Setelah Ismail tumbuh semakin besar dan mampu berusaha, Allah uji ketaatan  Nabi Ibrahim dengan perintah melalui mimpi untuk menyembelih Ismail. Perintah itu dibicarakan oleh nabi Ibrahim dan Ismail hingga mereka sepakat melaksanakan perintah tersebut. Akhir kisah, Allah mencukupkan ujian tersebut. Dengan ketaatan, keikhlasan dan kesabaran Nabi Ibrahim dan putranya Ismail,  Allah mengganti Ismail dengan binatang sembelihan yang besar. Sejak saat itu setiap tahun kaum muslimin melaksanakan syariat kurban dengan menyembelih unta, sapi atau kambing.

الله أكبر الله أكبر و لله الحمد

Istri dan anak-anakku / Jama'ah rahimakumullah

Dari ayat ini 99-111 surat ash-shoffat  ini ada pelajaran yang dapat kita petik, bahwa  kurban ditengah Pandemi covid-19 ini semestinya dapat kita ambil hikmah antara lain :

1.       Moment untuk menghilangkan sifat-sifat hewaniah

Menyembelih binatang merupakan symbol menyembelih atau menghilangkan sifat-sifat hewaniah. Karenanya kurban semestinya dimaknai sebagai moment untuk menghilangkan sifat egois, sombong, angkuh, takabur dan lainnya.

 

2.       Moment untuk mengokohkan kembali tauhid kita kepada Allah dan menghilangkan sifat ananiyah,

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah kita raih, seolah menjadikan manusia mampu melakukan segala sesuatu. Dengan pandemic covid ini kita disadarkan dan perlu kembali mengokohkan keyakinan bahwa segala sesuatu ada dalam genggaman dan kuasa Allah. Betapa tidak, berbagai sector yang kita banggakan ternyata porak poranda hanya dengan virus ciptaan Allah yang hingga sekarang belum dapat ditanggulangi.

Demikian juga dengan kehadiran anak yang sangat dirindukan oleh nabi Ibrahim adalah karunia dari Allah. Betapa upaya telah dilakukan, termasuk dengan teknologi bayi tabung sekalipun, apabila Allah belum berkehendak, tentu tidak akan terwujud. Dengan demikian kita perlu menghilangkan sifat ananiyah kita.

 

3.       Moment untuk mengakrabkan kembali hubungan didalam keluarga

Selama pandemic covid ini, kita banyak disarankan untuk tinggal dirumah. Bahkan sampai sekarang sekolah masih dilakukan dengan cara daring/online dari rumah. Kita perlu mengambil sisi positif dari peristiwa ini. Belajar dari peristiwa qurban, kita bisa memanfaatkan moment tinggak di rumah ini dengan membangun komunikasi efektif antar anggota keluarga, baik antara suami istri maupun antara orang tua dengan anak.

Dalam Firman Allah Ash-Shoffat ayat 102, tergambar betapa indah komunikasi antara Nabi Ibrahim dengan putranya Ismail.  Allah berfiman :

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ الصّٰبِرِيْنَ

“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab, "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar."

 

Ada kaidah yang menyatakan Mimpi nabi adalah wahyu. Dengan demikian, mimpi menyembelih Ismail oleh Nabi Ibrahim diyakini sebagai wahyu dan perintah Allah. Apalagi mimpi tersebut berulang pada beberapa kali tidur nabi Ibrahim. Nabi Ibrahim telah yakin menyembelih adalah perintah Allah, namun demikian beliau tidak serta merta memanggil ismail dan langsung di sembelih.Nabi Ibrahim mengkomunikasikan minpi tersebut kepada putranya Ismail dengan bertanya “bagaimana pendapatmu (tentang mimpi itu)”. Lalu Ismail menjawab, “silahkan lakukan ayah, InsyaAllah engkau mendapatiku sebagai bagian orang yang sabar”.

 

4.       Mencontoh Keluarga nabi Ibrahim

Ada beberapa contoh keluarga dalam Al Qur’an. Fir’aun yang kejam beristri asiyah yang sholihah. Nabi Nuh, istrinya dan anaknya kan’an ‘membangkang’. Selain Rasulullah, Keluarga Nabi Ibrahim adalah contoh ideal untuk kita tiru. Keluarga yang dipimpin oleh ayah yang baik, ibu yang bertanggungjawab dan anaknya menjadi anak sholeh. Nabi Ibrahim tentu merupakan orang yang sangat paham dan mengerti Agama, Ibu hajar adalah ibu yang sangat bertanggungjawab. Hal ini tergambar dari betapa ia sampai berlari dari bukit shofa ke bukit marwa tujuh putaran demi mencari air untuk memberi minum Ismail saat Ibu Hajar ditinggal dakwah oleh Nabi Ibrahim. Dan Kesediaan Ismail disembelih adalah gambaran keshalihan dan kesabaran pribadi Ismail yang mengutamakan ketundukan atas perintah Allah.

 

الله أكبر الله أكبر و لله الحمد

Mengakhiri khutbah ini, marilah kita berdoa kepada Allah SWT agar mushibah corona segera Allah angkat dari muka bumi dan Allah mampukan kita untuk menghilangkan sifat sifat hewaniah ananiyah dan Allah jadikan keluarga kita sebagaimana keluarga Nabi Ibrahim. Semoga Allah mengabulkan doa kita semua Aamiin

 

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِيْ فِيْهَا مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِيْ إِلَيْهَا مَعَادُنَا، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِيْ كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَتَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ.

رَبَّنَا آتِنَا فيِ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فيِ الآخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَ تُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ، سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ العِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَ سَلاَمٌ عَلَى المُرْسَلِيْنَ، وَ الحَمْدُ لِلهِ رَبِّ العَالَمِينَ.


Sebelumnya
Berikutnya

0 comments: