Saturday, January 4, 2020

Haji mabrur dan ihtiar menjaganya

Ka'bah, pusat ibadah umat Islam


Haji yaitu mengunjungi Makkah untuk melaksanakan Ibadah, seperti Thawaf, Sa’i, Wuquf di Arafah dan seluruh manasik sebagai pemenuhan kewajiban dari Alloh dan dalam rangka mencari ridhaNya. Haji merupakan salah satu rukun Islam yang lima, kewajiban di antara kewajiban agama yang sudah diketahui secara pasti.

Setiap orang berangkat dan atau pulang haji, kita sering mendengar doa agar menjadi haji mabrur. Apa sebetulnya haji mabrur? dan bagaimana implementasinya didalam kehidupan?

Haji mabrur adalah haji yang diterima

 Dalam Kitab Fathul Baarii (Syarah Bukhari) dijelaskan :

المَبْرُوْرُ المَقْبُوْلُ

Haji mabrur adalah haji yang maqbul, yakni haji yang diterima oleh Allah Subhanahu wa Taala.

Untuk dapat diterima hajinya, ada beberapa hal yang perlu mendapat perhatian :
1. Niatnya ikhlas karena Allah

Orang yang pergi melaksanakan ibadah haji harus berniat karena Allah, bukan niat yang lain. Firman Allah dalam surat Ali Imran [3] : 97

وَلِلّٰهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ

Dan (semestinya) hanya karena Allah manusia mengunjungi baitullah (menunaikan ibadah haji).

2. Bekalnya harta yang suci/halal

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya tentang makna istitha’ah. Lalu beliau menjawab,

الزَّادُ وَالرَّاحِلَةُ

“Bekal dan kendaraan.” (HR. Turmuzi 818)

Al-Wansyarisi menyebutkan keterangan Ibnul Muhriz,

اَلْحَجُّ قُرْبَةً، فَلَا يُنْفِقُ فِيْهِ إِلَّا الطَّيِّبُ مِنَ الْكَسَبِ. فَقَدْ رُوِيَ عَنْهُ فِي الْحَدِيْثِ صَلًَى اللًٰهُ عَلَيْهِ وَسَلًَمَ أنَهُ قَالَ: مَنْ حَجَّ بِمَالٍ حَرَامٍ فَقَال لَبِّيْكَ نُوْدِيَ لَا لّبَّيْكَ وَلاَ سَعْدَيْكَ، فَارْجِعْ مَأزُوْراً غَيْرَ مَأجُورٍ

Haji itu ibadah. Karena itu, jangan didanai kecuali dari hasil yang halal. Diriwayatkan sebuah hadis dari beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Siapa berhaji dengan harta haram, lalu dia bertalbiyah, “Labbaik..”  maka dijawab untuknya, “Tidak ada labbaik dan tidak ada sa’daik.., pulanglah dengan membawa dosa dan bukan pahala.”. (al-Mi’yar al-Muarab, 2/42)

3. Pelaksanaannya sempurna
Untuk mendapatkan haji mabrur, pelaksanaan haji harus sesuai dengan  ketentuan manasik yang telah dituntun kan.
Rasulullah bersabda :

خُذُوْا عَنِّيْ مَنَاسِكَكُمْ

_Ambillah manasik dariku_

Imam Al Qurthubi berkata Syarhus Suyuti menyatakan :

وَأَنَّهُ الْحَجُّ الَّذِي وُفَّتْ أَحْكَامُه وَوَقَعَ مَوْقِعًا لِمَا طُلِبَ مِنْ الْمُكَلَّف عَلَى وَجْهِ الْأَكْمَلِ

Haji Mabrur adalah haji yang dipenuhi seluruh ketentuanya dan dijalankan dengan sesempurna mungkin oleh pelakunya sebagaimana yang dituntut darinya.

4  Tidak dikotori dengan perbuatan dosa
Dalam syarah Muslim, imam Nawawi mengatakan :

الَّذِي لاَ يُخَالِطُهُ شَيْءٌ مِنَ الإِثْمِ

Haji Mabrur itu ialah haji yang tidak dikotori oleh dosa (tidak ada riya, tidak ada sum’ah tidak rafats dan tidak fusuq)

Apabila keempat hal diatas telah terpenuhi, maka kita dapat berharap haji mabrur.

Baca : Menggapai haji mabrur

Kemudian, bagaimana ciri haji mabrur tersebut didalam kehidupan?

Haji yang mabrur dapat dilihat dan dikatagorikan kedalam tiga aspek kehidupan jamaah haji.

Pertama, aspek personal.
Setelah pulang, jamaah haji hendaknya terus berupaya memperbaiki kualitas dan kapasitas dirinya. Sikapnya lebih santun dan ramah,  berusaha melestarikan amalan yang telah dijalankan selama di tanah suci, seperti sering membaca Qur'an, sholat tepat waktu, melaksanakan ibadah-ibadah sunah, berhias dengan sifat-sifat terpuji, cepat melakukan taubat apabila telanjur melakukan kesalahan.

Al Hasan al Bashri berkata dalam Dzakirah al Katsirah :

الحَجُّ المَبْرُوْرُ هُوَ أَنْ يَرْجِعَ زَاهِدًا فِي الدُّنْيَا رَاغِبًا فِي الاَخِرَةِ

Haji Mabrur adalah jika sepulang haji menjadi orang yang zuhud dengan dunia dan merindukan akhirat.

Tidak berarti tidak lagi mencari dunia, melainkan lebih mampu mengendalikan diri, tidak tamak, rakus dan menghalalkan segala cara.

Baca : 13 kriteria haji mabrur

Kedua, aspek ibadah
Setiap jamaah haji hendaknya terus berupaya untuk meningkatkan kualitas ibadah. sholat lebih tertib pelaksanaan, tepat waktu, baik bacaannya, lebih khusu'  dan dapat menghayati apa yang ia baca didalam sholat. Juga memperbanyak puasa Sunnah, membiasakan membaca Al Qur'an, berinfaq/shodaqah/zakat.

Ketiga, aspek sosial
Setiap jamaah haji harus membiasakan diri sholat berjamaah sebagai bentuk interaksi sosial yang baik, menyantuni anak yatim, menjenguk orang sakit dan orang yang meninggal dunia, kerja bakti dan tolong-menolong, serta mendamaikan orang yang berselisih.

Haji mabrur juga dicirikan sebagai suka berbagi dan membantu sesama :

سُئِلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَا بِرُّ الْحَجِّ قَالَ : إِطْعَامُ الطَّعَامِ وَطَيِّبُ الْكَلامِ

Rosululloh Shallallahu alaihi wa sallam pernah ditanya tentang haji yang mabrur, Beliau menjawab , yaitu Suka bersedekah dengan bentuk memberi makan dan memiliki tutar kata yang baik (HR Hakim )

Apabila sepulang haji seseorang dapat menjalankan point point diatas, maka insyaAllah ia termasuk yang hajinya mabrur (diterima) dan mendapat balasan surga.

Hal ini sesuai sabda Rosululloh shalallahu alaihi wa salam :

قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: الْحَجُّ الْمَبْرُورُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةَ


Haji yang mabrur tidak lain pahalanya adalah surga.( HR. Bukhari)

Semoga Allah SWT menerima haji kita, dan memberikan balasan surga disisi-Nya. Aamiin
Sebelumnya
Berikutnya

0 comments: