Sunday, August 24, 2008

Fiqh Ramadhan; Menyongsong Ramadhan


(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan
Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri tempat tinggalnya) di bulan itu, maka hendaklah ia berpuasa pada bulan itu, ......  (Al Baqarah : 185  )

Ramadhan, adalah satu diantara empat bulan "haram" (mulia) dari duabelas bulan dalam perhitungan Hijrayah (Qamariyah) yang mempunyai keistimewaan dan keutamaan. Pada bulan ini diturunkan (permulaan) Al Qur'an yang merupakan petunjuk bagi umat manusia. Pada bulan ini pula setiap ibadah yang merupakan wujud penghambaan diri kepada Allah dilipatgandakan pahalanya, dicurah-limpahkan rahmat, dibuka lebar pintu pengampunan dari dosa-dosa. Dan apabila manusia keluar dari Ramadhan dengan "sukses", maka tidak ada lain balasannya ialah surga dan dijauhkan dari api neraka. Sungguh betapa nikmatnya....
Karena penting dan mulianya bulan Ramadhan, tentu banyak hal yang perlu kita ketahui dan persiapkan guna menyambut dengan penuh suka cita datangnya Ramadhan untuk kemudian mengisinya dengan berbagai aktiftas ubudiyah yang dianjurkan.

PERSIAPAN MEMASUKI RAMADHAN
1.         Persiapan Mental dan FisikBulan Ramadhan adalah bulan penempaan diri untuk menjadi hamba yang muttaqien. Banyak amal ibadah yang musti dilakukan baik siang dan malam harinya untuk mencapai derajat taqwa tersebut. Karena banyaknya aktifitas yang mesti kita lakukan, maka kesiapan fisik menjadi keniscayaan agar kita tidak terhenti ditengah jalan dan gagal. Puasa menahan makan dan minum dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari, shalat tarawih, bangun malam untuk tahajud  dan  witir serta sahur. adalah aktifitas fisik yang membutuhkan kesiapan yang tinggi.. Diatas semua itu, tentu kesiapan mental sangat doniman mendukung kesiapan fisik tersebut.
Tanpa kesiapan mental yang kuat, maka kerja fisik tersebut tentu akan terasa sangat berat dan membebani. Sebaliknya bila mental sudah siap, seberat apapun aktifitas fisik akan terasa lebih ringan dan menyenangkan untuk dijalankan.

2.         Membersihkan diri
Ramadhan adalah bulan yang suci dan mulia. Untuk memasuki bulan ramadhan dan dapat beribadah dengan khusuk serta maksimal, maka pikiran dan jiwa kita harus terlebih dahulu bersih dari bermacam sifat negatif kemanusiaan, iri, dengki dendam, dan segala macamnya harus kita hilangkan dahulu. Dosa dan kesalahan kita kepada sesama manusia harus kita mintakan maaf, sehingga tidak ada lagi beban perasaan bersalah, serta syakwa sangka dari sesama manusia. Terbebasnya kita dari kesalahan antar sesama manusia membawa kedamaian kita beribadah pada bulan Ramadhan. Termasuk dalam konteks membersihkan diri, adalah membayar hutang (puasa) bagi kita yang pada Ramadhan tahun lalu kerena udzur harus berbuka (tidak puasa).

MENGISI RAMADHAN
Setelah mempersiapkan diri baik secara mental dan fisik serta membersihkan diri dari dosa-dosa dan hal-hal yang dapat mengganggu kekhusu'an kita beribadah dalam bulam Ramadhan, maka kita dengan tenang dapat melakukan aktifitas ubudiyah Ramadhan sebagai berikut :

1.         Puasa Satu bulan Penuh
Satu-satunya ibadah khusus yang wajib kita lakukan dalam bulan Ramadhan ialah puasa selama satu bulan penuh.
Allah Berfirman Qs. Al Baqarah : 183:








Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan kepada kamu semua berpuasa (pada bulan Ramadhan) sebagaimana telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu, agar kamu menjadi orang yang tertaqwa.
Sabda Nabi :
...... Bulan Ramadhan; dimana Allah menjadikan puasa sebagai kewajiban dan shalat malam sebagai ibadah Sunnah.
Ayat serta hadits di atas secara tegas menerangkan bahwa yang wajib dilakukan oleh setiap mukmin, mukallaf ialah  puasa.
Begitu pentingnya nilai ibadah puasa Ramadhan ini sehingga hal ini harus benar-benar kita perhatikan. Puasa yang sebanarnya bukanlah sekedar menahan makan dan minum serta hubungan suami istri dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari. Namun lebih dari itu Puasa mengandung dimensi transendental (hubungan dengan Allah) secara khusus. Sampai-sampai imbalannya-pun khusus diberikan oleh Allah.
Sebagai mana Firman Allah dalam hadits Qudsi :


Puasa (Ramadhan) adalah untuk-KU dan Aku yang akan mengganjarnya.
            Disamping itu puasa Ramadhan juga mempunyai makna dan implikasi sosial yang mengajarkan kesederhanaan dan kesetiakawanan dengan ikut merasakan betapa dan bagaimana rasanya orang yang dalam kehidupan dan penghidupannya tidak dapat tercukupi secara wajar.

2.         Mendekatkan diri Kepada Allah
            Setiap kekasih akan selalu berharap dapat senantiasa berada dekat disisi kekasihnya.             Demikian juga dengan kita, apabila ingin dekat dengan kekasih yang sebenarnya (Allah), maka apapun yang menjadi sarana untuk dapat mendekati-Nya tentu akan kita lakukan.             Apabila kita ingin dekat disisi Allah, maka bulan Ramdhan adalah waktu yang tepat untuk mendekatkan diri kepada-Nya, karena pada bulan ini setiap usaha mendekatkan diri kepada Allah dengan melakukan sebuah kebaikan, akan diganjar dengan pahala sebagaimana kita melaksanakan sesuatu yang wajib yang kita lakukan diluar Ramadhan, ketika kita melakukan ibadah Wajib, maka akan diberikan pahala tujuhpuluh kali lipat pahala ibadah wajib yang dikerjakan diluar Ramadhan. Pendek kata, Ramadhan adalah bulan bagi-bagi pahala dari Allah…..

3.         Memperbanyak membaca Al Quran
            Al Quran yang diturunkan pada bulan Ramadhan adalah merupakan petunjuk dan jalan hidup (way of life) bagi manusia. Untuk dapat mengikuti petunjuk Al Quran, maka "bacaan" ini harus senantiasa kita baca dan pahami.  Setiap huruf dari Al Quran yang kita baca adalah pahala, dan memperbanyak membaca Qur'an di bulan Ramadhan adalah keutamaan.

4.         Tarawih dan memperbanyak Sholat Sunnat
Shalat selain yang telah ditetapkan hukum wajibnya (shalat Fardhu) adalah merupakan keutamaan. Tentu Shalat yang ada dituntunkan oleh Rasulullah. Dhuha, istikharah, tarawih/Shalat Malam/Tahajud dan witir adalah shalat-shalat sunnat yang sangat dianjurkan (muakkad), baik di bulan Ramadhan ataupun bulan-bulan lainnya. Oleh karenanya memperbanyak shalat tersebut pada bulan Ramadhan tentu merupakan keutamaan yang patut kita kerjakan.

5.         Memperbanyak Infaq, Shadaqah dan memberi Ta'jil
Bulan Ramadhan adalah bulan muwaasat (bulan yang memberi pertolongan), dan bulan dimana rezeki orang-orang mukmin ditambah. Barang siapa memberi makanan untuk berbuka bagi orang-orang yang berpuasa dalam bulan Ramadhan, maka yang demikian itu adalah sebagai pengampunan bagi dosa-dosanya dan kemerdekaan bagi dirinya dari siksa neraka.
Sabda Rasul : Barang siapa memberikan minuman kepada orang yang berpuasa, niscaya Allah memberikan minuman kepadanya dari air telaga-KU, dengan minuman yang seseorang tidak akan merasakan haus dan dahaga lagi sesudah meminumnya, sampai ia masuk ke dalam surga. (Al Hadits)
Demikian juga dengan infaq dan shadaqah yang dilakukan pada bulan Ramadhan akan bernilai lebih dari yang kita lakukan pada waktu di luar bulan Ramadhan.

6.         Menghindari Perkataan dan perbuatan Dusta
Puasa adalah untuk melatih seseorang berbuat jujur serta untuk melatih kesabaran. Karena dapat saja seseorang mengaku berpuasa di depan orang tetapi secara sembunyi-sembunyi ia makan dan minum. Oleh karenanya, barang siapa yang berpuasa tetapi masih berkata dusta dan berbuat dusta, sebenarnya ia belum berpuasa. Disinilah nilai tertinggi dari puasa, sehingga pahalanya ditentukan sendiri oleh Allah.

7.         Membayar Zakat
Zakat Fitrah adalah kewajiban setiap orang Islam yang mempunyai persediaan makan minimal sehari saat hari Raya. Zakat Fitrah berupa makanan pokok senilai 2 Sho' (sekitar 2,5 kg beras). Kewajiban ini termasuk bayi yang lahir sebelum Shalat idul Fitri.
Disamping Zakat Fitrah, dapat juga sekaligus dibayarkan Zakat Maal (Zakat Harta). Dalam harta yang kita miliki, 2,5 persennya adalah milik Allah yang wajib kita keluarkan zakatnya. Sebetulnya, kewajiban Zakat Maal tidaklah terkait langsung dengan Bulan Ramdhan, melainkan terkait -didasarkan pada-- batasan minimal yang harus dizakati (Nishab = senilai 85 gram emas murni menurut Yusuf Al Qardhawi atau 92 gram menurut Imam Syafi'i) dan atau lama masa kepemilikan (Haul = setelah satu tahun penuh dimiliki). Namun demikian, tidak ada salahnya, bahkan utama-bila kita mengeluarkan zakat Maal tersebut pada akhir Ramadhan. Prinsipnya adalah diberikan kepada yang berhak (mustahiq), dapat diserahkan secara langsung atau agar lebih terarah dan optimal dapat diserahkan kepada Badan/Lembaga Amil Zakat yang profesional dan Amanah.

PASCA RAMADHAN
Bulan Ramadhan adalah masa dimana kita digembleng untuk dapat mengendalikan hawa nafsu berupa makan, nimum, hubungan suami istri perkataan dan atau perbuatan yang dusta atau sia-sia. 
Itu sumua adalah masa pelatihan, agar setelah Ramadhan dapat kita lanjutkan, semakin mendekap kepada Allah dengan aneka ibadah dan meninggalkan larangan-larangan-Nya.


Sebelumnya
Berikutnya

0 comments: