Oleh : R. Agung Nugraha
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بِشْرٍ حَدَّثَنَا مِسْعَرٌ حَدَّثَنَا أَبُو عَقِيلٍ عَنْ سَابِقٍ عَنْ أَبِي سَلَّامٍ خَادِمِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا مِنْ مُسْلِمٍ أَوْ إِنْسَانٍ أَوْ عَبْدٍ يَقُولُ حِينَ يُمْسِي وَحِينَ يُصْبِحُ رَضِيتُ بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيًّا إِلَّا كَانَ حَقًّا عَلَى اللَّهِ أَنْ يُرْضِيَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Nabi bersabda : Apabila seorang hamba
muslim setiap sore dan pagi hari selalu mengucapkan ikrar; aku ridha Allah
tuhanku, Islam agamaku dan Muhammad adalah (nabi dan) rasul Allah, maka adalah
menjadi hak Allah untuk meridhai orang tersebut pada hari kiamat.( HR. Ibnu
Majah; hadits no. 3860)
Bagi seorang muslim tentu ikrar atau pengakuan
akan 1) kekuasaan Allah, 2) kebenaran Islam sebagai agama dan 3) pengakuan
bahwa Muhammad bin Abdullah adalah Nabi dan utusan Allah, merupakan sesuatu ikrar/pengakuan
yang pasti telah diucapkan. Setidaknya tiga hal tersebut terangkum ketika mengucapkan
dua kalimat syahadat, Asyhadu an laa ilaaha illallah wa asyhadu anna
muhammadan rasulullah.
Tetapi apabila kita pahami lebih jauh dari
pernyataan hadits di atas, maka setidaknya ada dua hal yang perlu kita
introspeksi pada diri kita; yaitu sudahkah hal itu kita ikrarkan setiap hari ? dan
sudahkan maknanya kita pahami dengan benar untuk pada akhirnya sejauhmana
ketiga ikrar tersebut telah kita implementasikan ?
Ikrar Lisan
Meski secara teks hadits tersebut menerangkan ‘kepastian’ ridha
Allah dan balasan surga bagi orang yang senantiasa melafalkannya ketika pagi
maupun petang, namun bila lebih jauh diselami, maka batasan pagi dan petang
bukanlah harga mati. Artinya semakin sering hal tersebut diucapkan, maka
semakin besar pula peluang untuk mendapatkan ridha dan surga Allah. Dengan
demikian keterangan pagi dan petang pada dasarnya lebih menunjukkan pentingnya
rutinitas kita melafalkan tiga ikrar tersebut, bukan batasan yang sangat ketat
terhadap waktu melafalkannya.
Oleh karena itu ikrar ini baik juga untuk diucapkan disemua waktu,
baik ketika berdo’a sesudah shalat lima
waktu, ataupun ketika akan memulai segala macam aktifitas seperti kegiatan
pertemuan, pengajian dan lain sebagainya.
Makna,
hakikat dan implementasi Ikrar
Dari ketiga
ikrar hariann tersebut, dapat kita uraian makna, hakekat dan implementasinya
didalam kehidupan keseharian kita sbb. :
1.
Radhitu
billahi rabba
Secara tekstual ikrar ini berarti ‘aku ridha
bahwa Allah yang (maha) menguasai’. Ikrar pertama ini berisi pengakuan
akan kekuasaan Allah. Bahwa Allahlah yang menguasai seluruh alam raya (rabbul
‘alamin). Dengan demikian orang yang telah mengucapkan/ berikrar dengan
ungkapan tersebut, secara sadar ia telah memposisikan diri sebagai seorang
hamba yang berada didalam kekuasaan Allah. Konsekwensinya tentu ia akan
senantiasa taat dan patuh hanya kepada ‘tuan’ yang menguasai dirinya, yaitu
Allah.
Oleh karena itu, yang perlu selalu dilakukan oleh
seorang muslim dalam kehidupan sehari-harinya ialah ia tidak hanya secara lisan
selalu mengucapkan kalimat ‘aku ridha bahwa Allah yang (maha) menguasai”,
namun lebih dari itu ia harus mewujudkan pernyataan tersebut kedalam seluruh
aspek kehidupannya hanya tunduk dan patuh kepada Allah swt.
Pernyataan ini merupakan aspek aqidah, yaitu
meniadakan tuhan selain Allah sekaligus menetapkan bahwa Allahlah satu-satunya
tuhan yang haq disembah dan diibadahi.
Ketika mengucapkan ikrar ini, semestinya secara sadar umat
Islam mengakui bahwa Allah yang maha pemurah lagi maha penyayang, penguasa alam
raya dan hari pembalasan, akan beribadah dan meminta hanya kepada Allah, mohon
petunjuk, bimbingan dan pertolongan hanya kepada Allah sebagaimana isi Surat Al
Fatikhah ayat 3-6.
2.
Wa
bil islami diina
Dari sisi bahasa, ikrar ini berarti ‘aku ridha
bahwa islam adalah agama (yang benar dan patut diikuti)’.
Karena kepercayaan akan ketuhanan Allah menuntut
adanya penyembahan (peribadatan kepada-Nya), maka dengan mengucapkan ikrar
itu, artinya seorang hamba yang telah memposisikan diri sebagai hamba yang ada
didalam genggaman kekuasaan Allah yang akan menjadikan semua ajaran dan
tuntunan Allah yang berupa syariat islam sebagai satu-satunya jalan hidup bagi
dirinya. Konsekwensinya, dari sisi aqidah, ia harus memantapkan diri dalam
ber-Islam (inna ad-dinna ‘inda allahi al islam) dan tidak akan berpaling
terhadap ‘tawaran’ agama selain Islam. Kemudian secara hakiki, orang yang telah
mengikrarkan kalimat ini tentu hanya akan berhukum hanya kepada hukum Allah
yang berupa syariat Islam tersebut.
Hal ini merupakan implementasi dari aspek aqidah
sekaligus juga aspek ibadah, bahwa keyakinan dan cara beribadah yang akan
diikuti ialah keyakinan dan cara Islam.
3.
wa
bimuhammad rasula
Ikrar ini berarti ‘aku ridha bahwa Muhammad (bin
Abdullah) adalah Rasul (yang akan senantiasa diikuti)’. Dengan
demikian, ikrar ini menunjukkan keinginan hamba Allah untuk melaksanakan
ketaatannya kepada Allah melalui cara mengikuti dan melaksanakan syariat Islam
yang dibawa dan diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Pernyataan ini juga mencakup pengakuan akan syariat
nabi/rasul terdahulu. Dari Sisi Aqidah, sejak nabi Adam sampai Nabi Muhammad
adalah sama, yaitu pengesaan Allah (tauhid); dari sisi Syari’at, yang diajarkan
oleh Nabi Adam sampai Nabi Muhammad juga
sama, yaitu syariat Islam. Yang kemudian tersimpul dari ikrar ketiga ialah
keinginan dan kemauan kuat umat Islam untuk mengikuti ajaran dan tuntunan Islam
yang dibawa dan dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Ikrar ini juga lebih menekankan tentang pentingnya
kita umat Muhammad, untuk berkakhlaq dengan Akhlaq Nabi Muhammad. Sedangkan
Akhlaq Nabi Muhammad tidak lain adalah al Qur’an. Dengan demikian, implementasi
dari ikrar ini semestinya ialah bagaimana seluruh umat Islam berusaha untuk
selalu mengamalkan Al Qur’an sebagai perilaku hidup keseharian.
Demikianlah, betapa tiga ikrar yang sederhana dan ringkas ini pada
dasarnya mengandung makna yang sangat dalam. Akhirnya, kalaupun ketiga ikrar
ini telah biasa bahkan sering kita ucapkan dalam keseharian hidup kita, namun
usaha yang terus menerus untuk mewujudkan isi dari ikrar tersebut merupakan
langkah yang tidak mudah dan memerlukan kesungguhan dari kita semua. Dengan
demikian, tidak akan lagi terjadi kita berikrar bertuhan kepada Allah tetapi
masih memertuhankan yang lain, beragama Islam tetapi juga melirik keyakinan
lain, atau mengaku umat Muhammad tetapi tidak selaras dan sejalan dengan yang
dituntunkan dan dicontohkan oleh Nabi Muhammad.
Kita memohon kepada Allah, agar diberikan kekuatan kepada kita untuk
memenuhi ketiga ikrar tersebut. Semoga….
Maka apakah blm wktunya kita umat Islam tdk hanya cukup melihat kulitnya saja sementara isinya pada blm tahu pdhl itulah yg menjadi dasar kefahaman beragama agar kuat aqidahnya tak mdh larut oleh kebanyakan org yg dangkal keimanannya shg iman msk dlm hati tdk hanya sebatas di lesan (mf pengakuan saja/KTP nya Islam) kata kunci org Islam harus melek Al Qur'an tahu baca, makna & keterangan shg insya Alloh ringan mengamalkannya dg hati ridho krn Alloh lanjutkn pk Agung hebat!!
ReplyDelete