Tinggal Di Desa yang Tenang dan Menentramkan
Lebih dari seminggu menemani anak-anak berlibur di kampung halaman. Merasakan suasana alam yang masih asli. Hamparan tanah pesawahan yang terbentang luas berwarna kuning kecoklatan, tanda baru selesai dibajak dan telah siap ditanami kembali.
Pesawanan itu bukan milik satu orang, melainkan milik banyak orang. Setiap kepemilikan dibatasi oleh pematang yang dari kejauhan nampak seperti garis-garis tidak beraturan namun tidak mengurangi keserasian. Apalagi dibajak dan ditanami dalam waktu yang hampir bersamaan sehingga pesawahan nampak menghampar menjadi satu kesatuan.
Saat waktu tanam tiba pemilik sawah akan mendatangi tetangga kanan kiri, mengabari bahwa sawahnya besok pagi akan ditanami. Keesokan harinya, tetangga yang sudah dihubungi pun datang untuk membantu. Umumnya tidak sampai tengah hari, menanam padi sudah selesai, tergantung luas sawah dan jumlah tetangga yang ikut menanam.
Pemilik sawah tidak harus memikirkan uang untuk upah tetangga yang bekerja. Imbalan saat menanam cukup dengan menyediakan sarapan pagi yang disantap bersama di pinggir sawah. Pekerja tidak pulang membawa uang, tetapi hanya membawa harapan. Pada waktu panen nanti mereka akan diminta kembali untuk memanen, dan saat itulah tetangga yang bekerja akan membawa pulang dua ember padi (bawon) seukuran dengan 12 kg. sebagai imbalan.
Demikian pola hidup rukun dan sederhana di kampung yang tenang dan menentramkan. Pekerjaan tidak selalu diukur dan dibayar dengan uang. Rupanya pekerjaan bisa selesai dengan semangat gotong royong dan kebersamaan. Mereka bukan menabung uang tetapi menabung harapan yang disediakan oleh alam anugrah dan rahmat Allah yang Maha Rahman. Salam yansur.
Lebih dari seminggu menemani anak-anak berlibur di kampung halaman. Merasakan suasana alam yang masih asli. Hamparan tanah pesawahan yang terbentang luas berwarna kuning kecoklatan, tanda baru selesai dibajak dan telah siap ditanami kembali.
Pesawanan itu bukan milik satu orang, melainkan milik banyak orang. Setiap kepemilikan dibatasi oleh pematang yang dari kejauhan nampak seperti garis-garis tidak beraturan namun tidak mengurangi keserasian. Apalagi dibajak dan ditanami dalam waktu yang hampir bersamaan sehingga pesawahan nampak menghampar menjadi satu kesatuan.
Saat waktu tanam tiba pemilik sawah akan mendatangi tetangga kanan kiri, mengabari bahwa sawahnya besok pagi akan ditanami. Keesokan harinya, tetangga yang sudah dihubungi pun datang untuk membantu. Umumnya tidak sampai tengah hari, menanam padi sudah selesai, tergantung luas sawah dan jumlah tetangga yang ikut menanam.
Pemilik sawah tidak harus memikirkan uang untuk upah tetangga yang bekerja. Imbalan saat menanam cukup dengan menyediakan sarapan pagi yang disantap bersama di pinggir sawah. Pekerja tidak pulang membawa uang, tetapi hanya membawa harapan. Pada waktu panen nanti mereka akan diminta kembali untuk memanen, dan saat itulah tetangga yang bekerja akan membawa pulang dua ember padi (bawon) seukuran dengan 12 kg. sebagai imbalan.
Demikian pola hidup rukun dan sederhana di kampung yang tenang dan menentramkan. Pekerjaan tidak selalu diukur dan dibayar dengan uang. Rupanya pekerjaan bisa selesai dengan semangat gotong royong dan kebersamaan. Mereka bukan menabung uang tetapi menabung harapan yang disediakan oleh alam anugrah dan rahmat Allah yang Maha Rahman. Salam yansur.