Hati-hati dengan Kekaguman yang Disertai Kekuasaan sebab dapat Melemahkan Kearifan dan Membangkitkan Kesombongan
Orang yang sudah dikuasai oleh rasa kagum, baik kagum terhadap diri sendiri maupun kepada orang lain, akal kritisnya akan tumpul. Kekaguman akan membalut seluruh keburukan sehingga seolah-olah nampak baik. Apalagi kalau kekaguman itu telah berbuah kekuasaan, akan berubah menjadi mental korup, selalu merasa benar dan akan bertindak sewenang-wenang.
Orang yang berkuasa atau yang merasa berkuasa, standar kearifannya cenderung akan mengalami penurunan, karena akalnya sudah dikuasai oleh hasrat berkuasa. Apalagi kalau kekuasaan sudah memberi ‘kenyamanan’, yang diperjuangkan bukan lagi kebenaran, kebaikan, dan keadilan, tetapi kekuasaan itu sendiri.
Jika keadaannya sudah demikian, saran dan kritik tidak akan didengar. Terlebih kalau saran dan kritik itu datangnya dari pihak yang dianggap lawan. Alih-alih menerima, malah justru akan membangkitkan kesombongannya.
“Apabila dikatakan kepadanya, “Bertaqwalah kepada Allah, bangkit dalam dirinya kesombongan yang menyebabkan ia berbuat dosa (lebih banyak lagi), maka cukuplah baginya Jahannam sebagai seburuk-buruk tempat tinggal”. Demikian firman Allah di QS. Al-Baqarah : 206).
Karena itu, kaum mukmin harus berhati-hati dan harus terus berupaya untuk saling menasehati, menegur dan mengingatkan, serta membuka topeng-topeng kemunafikan, agar tidak terperdaya oleh kemasan bahasa dan program yang nampak begitu indah tetapi akan menyengsarakan. Salam Yansur.
0 comments: