Tentukan Pasangan atas Dasar Keimanan yang Kuat Sebab Pasangan Bisa Turut Mempengaruhi Kualitas Keimanan dan Hidup Kita
Jika membaca lembaran Kitab Suci Al-Qur’an, kita akan menemukan batasan yang sangat ketat kepada orang beriman ketika menentukan pasangan hidup. Bahwa jangan sampai kita menikahi seseorang yang berlainan kepercayaan, baik dari kalangan orang yang tidak percaya atau kafir kepada Allah maupun dari orang yang menyekutukan-Nya.
Menikahi orang yang berlainan iman berarti menikah dengan orang yang sama sekali berlainan dalam prinsip. Perbedaan dalam keimanan akan mengganggu bahkan merusak keharmonisan dalam keluarga. Berbeda selera makanan, kesukaan dalam warna pakaian, atau berbeda dalam metode mendidik anak saja tidak jarang menimbulkan masalah, apalagi berbeda dalam keimanan.
Iman merupakan hal yang paling fundamental, khususnya dalam sistem keyakinan agama Islam. Iman bukan hanya sebatas kepercayaan, tetapi juga sebagai sistem nilai yang bisa mewarnai pikiran dan tingkah laku. Iman tidak bisa dikompromikan atau dinegosiasikan apalagi digadaikan dengan kompensasi apapun karena sifatnya sangat prinsip.
Iman wajib dilestarikan dan diteruskan sampai ke anak cucu. Jangan sampai rusak karena silau dan kagum dengan status sosial, harta kekayaan, kekuasaan dan jabatan, termasuk kekaguman pada kecantikan dan ketampanan ketika menentukan pasangan. Sekali iman rusak maka rusak pula segala sistem dan tatanan kehidupan kita, terutama rusak dalam kehidupan akhirat kita.
Menikahi orang yang berbeda iman sangat mungkin dapat menyelewengkan iman dan nilai perilaku kita. Ucapan dan perilaku pasangan akan mengajak kita dan anak-anak dari buah perkawinan itu ke dalam neraka. Sedangkan Allah mengajak kita dan siapa pun menuju amalan yang dapat mengantar ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. Hal tersebut dapat dirujuk dalam QS. Al-Baqarah: 221. Salam Yansur.
0 comments: