Oleh : Ahmad Fauzi Satriyono.
Dapat disebutkan bahwa niat adalah rukun terpenting dalam sebuah ibadah. Bahkan nilai setiap amal tergantung pada niatnya. Oleh sebab itu hendaknya setiap kita memperhatikan sungguh-sungguh untuk mengetahui ilmu tentang niat dan mengamalkannya dengan benar.
Baca : Ramadhan berbagi
Tulisan ini bukan untuk mencari kesalahan sebagaimana banyak dipraktekkan di kalangan awam, namun semoga justru dapat membetulkan jika disadari memang perlu dibetulkan.
Niat ialah amalan hati, bukan amalan lisan. Para ulama telah menyepakati hal ini. An-Nawawi berkata : “Niat dalam semua ibadah yang dinilai adalah hati dan tak cukup dengan ucapan lisan sementara hatinya tak sadar. Niat tak disyaratkan dilafalkan,…”
Terkait dengan puasa Beliau menegaskan: “Tak sah puasa kecuali dg niat, dan tempatnya adalah di hati dan tak disyaratkan harus diucapkan,
Dalam kitab I’anatut Thalibin –salah satu rujukan ulama syafiiyah di Indonesia–, Imam Abu Bakr ad-Dimyathi As-Syafii menegaskan:
أن النية في القلب لا بالفظ، فتكلف اللفظ أمر لا يحتاج إليه
“Sungguh niat itu di hati bukan dengan diucapkan. Memaksakan diri mengucapkan niat, adalah perkara yg tak dibutuhkan.”Mengingat bahwa tempatnya di hati, maka pemindahan niat kepada lisan dapat berarti memindahkan amal ibadah bukan pada tempatnya. Kebiasaan atau tradisi melisankan niat konon dimaksudkan untuk memantapkan atau menuntun hati, hal ini tentu bukan cara yang pas dalam ibadah karena berakibat gesernya tempat asalnya. Maka bagi yg memahami dan menyadarinya tentu hal tersebut perlu di"PAS"kan. Sebaliknya bagi yg tidak menyadari, akan sulit memahami duduk perkara masalah ini bahkan cenderung dapat menimbulkan khilafiah dan masalah tambahan.
Di sinilah pentingnya pembelajaran dan perenungan agar tiap amal ibadah dituntun atau berpedoman kepada ilmu. _Al-ilmu qobla al amali walqouli._
Mengingat niat adalah amal hati, maka inti niat ialah keinginan atau kehendak. Saat kita hendak melakukan sesuatu maka di saat itu sudah niat. Saat kita ingin makan, lalu kita ambil makanan tersebut sampai memakannya, kita sudah niat makan. Demikian juga saat hendak shalat, kita wudhu lalu berangkat ke masjid sampai kita melakukan shalat, maka sudah ada niat, artinya bahwa modal utama niat ialah kesadaran. Saat kita sadar dengan yang akan dikerjakan, lalu ingin mengamalkannya maka sudah dianggap berniat. Saat sadar sudah masuk Bulan Ramadhan dan bertekad berpuasa maka sudah ada niat,....
Demikian sekelumit tentang niat semoga bermanfaat, menjadi pengetahuan dan rizki yg wujudnya faham, _waqul Rabbi zidni Ilma warzuqni fahma,.._ Aamiin...
Nanggulan,
Sabtu, 2 Romadhon 1441 H.
0 comments: