Biografi imam Ahmad bin Hanbal (780-850)
📮 Tokoh kedua dari beberapa mazhab yang akan dibahas di sini adalah Ahmad bin Hambal, atau biasa dipanggil dengan sebutan Imam Ahmad.
📘 Mazhab ini sangat mementingkan penggunaan hadits, walaupun hadits yang dianggap lemah sekalipun. Bahkan, oleh para Wahhabi, aliran dalam Islam yang mengambil inspirasinya dari mazhab ini menganggap bahwa berbagai tradisi yang tidak ada pada masa Nabi dapat dianggap sebagai sesuatu yang bid’ah.
💠 Tak mengherankan jika citra yang keras acap kali melekat pada mazhab ini, walaupun pendapat seperti itu tentu saja belum tentu benar.
🏞 Imam Ahmad dilahirkan di ibukota kekhalifahan yang dijuluki 1001 malam, kota Baghdad. Sebagai anak yang dibesarkan di ibukota, maka dapat dikatakan bahwa suasana keras yang biasa terdapat di kota-kota besar juga telah dirasakannya.
📝 Di dalam proses menimba ilmu, ternyata ia lebih sering mengembara keluar ibukota mencari guru untuk mengajarinya. Daerah-daerah yang pernah dikunjunginya di antaranya Irak (Kufah dan Bashrah), Syria, Hijaz (Mekkah dan Madinah), hingga Yaman. Hal ini menandakan bahwa Imam Ahmad memiliki jiwa petualangan yang tinggi.
📚 la juga pernah belajar kepada Imam Syafi'i di Baghdad saat berumur sekitar 30 tahun hingga Imam Syafi'i pergi mengajar di Mesir. Pada masa-masa itu, rasa kagum muncul pada diri imam Syafi'i terhadap sosok Imam Ahmad. Hal ini dapat dibuktikan dari komentar Imam Syafi'i mengenai Imam Hambali yang menarik untuk disimak. Katanya, "Saya keluar dari Baghdad, tidak saya tinggalkan di sana, seseorang yang lebih taqwa, lebih wara’, lebih ‘alim selain dari Ahmad bin Hambal, yang sungguh banyak menghafal hadits”
📌 Perjuangan yang paling dikenang dari Imam Ahmad adalah pertentangannya dengan aliran Mu'tazilah, yang tengah berjaya pada saat itu dan didukung Khalifah Al Ma'mun. Aliran ini banyak menggunakan filsafat Yunani untuk memperkuat dasar keyakinan pendapatnya dan tidak terlalu banyak mempergunakan hadist. Dikarenakan menentang aliran tersebut, beliau dihukum dengan dirantai, tepat di tahun wafatnya khalifah. Oleh khalifah dan khalifah berikutnya, ia terus-menerus dipenjara dan disiksa.
📎 Para pakar saat ini banyak yang membela aliran Mu'tazilah dengan alasan bahwa aliran ini sangat membela kebebasan dalam berpendapat. Hal ini mengandung nilai yang kontradiktif, karena Imam Ahmad sendiri mendapat perlakuan yang kasar dan tidak senonoh saat beliau seharusnya bebas dalam mempertahankan pendapatnya dalam mengkritik ajaran-ajaran yang disebarkan oleh aliran Mu'tazilah ini.
📕 Kembali kepada riwayat Imam Ahmad. Nasib yang dialami oleh beliau akhirnya berubah saat ia menginjak usia 67 tahun. Saat itu khalifah yang diangkat yaitu Mutawakkil. Beliau simpati atas perjuangan yang dilakukan Imam Ahmad. Akhirnya ketidakadilan yang menimpa Imam Ahmad dihentikan dengan membebaskannya dari penjara dan membersihkan nama baiknya.
💞 Imam Ahmad sendiri bukanlah seorang yang pendendam.
Beliau tidak meminta kepada Khalifah untuk menyiksa lawan-lawannya yang dahulu telah membuatnya dipenjara dan disiksa.
⛳️ Saat ia wafat di Baghdad pada usia sekitar 75 tahun, jenazahnya dilayat oleh ratusan ribu orang, menandakan bahwa pembungkaman selama belasan tahun tidak menyurutkan popularitas dirinya. Tentu saja salah satu yang patut kita kagumi terhadap diri Imam Ahmad adalah keteguhannya menahan penderitaan dalam mempertahankan hadits dalam posisinya yang mulia dan seharusnya.
🖇 Interpretasi mazhabnya juga berpengaruh sedemikan kuat yang dilanjutkan oleh Ibnu Taimiyah beberapa abad kemudian dan oleh Muhammad bin Abdul Wahhab di era kolonialisme negara-negara Barat terhadap wilayah-wilayah Islam.
════ ❁📚❁ ════
Sumber:
📖 50 Ilmuwan Muslim Populer
👤 Muhammad Razi
🖨 QultumMedia
🏡 Komunitas Tadabbur Al-Qur'an (KontaQ)
Semoga Bermanfaat.
0 comments: