Tuesday, May 12, 2020

Tafsir surat Al Furqon ayat 43-44; Jangan pertuhankan hawa nafsu


Tadarus Subuh hari ke 19 ini masih membaca surat Al Furqon. Yang terpilih untuk ditadabburi ialah ayat 43-44.

 Al-Furqan[25] : 43

اَرَءَيْتَ مَنِ اتَّخَذَ اِلٰهَهٗ هَوٰىهُۗ اَفَاَنْتَ تَكُوْنُ عَلَيْهِ وَكِيْلًاۙ

_Sudahkah engkau (Muhammad) melihat orang yang menjadikan keinginannya sebagai tuhannya. Apakah engkau akan menjadi pelindungnya?_

Al-Furqan[25] : 44

اَمْ تَحْسَبُ اَنَّ اَكْثَرَهُمْ يَسْمَعُوْنَ اَوْ يَعْقِلُوْنَۗ اِنْ هُمْ اِلَّا كَالْاَنْعَامِ بَلْ هُمْ اَضَلُّ سَبِيْلًا

_Atau apakah engkau mengira bahwa kebanyakan mereka itu mendengar atau memahami? Mereka itu hanyalah seperti hewan ternak, bahkan lebih sesat jalannya._

Dua ayat ini tidak dapat dilepaskan kedengan beberapa ayat sebelumnya yang menjelaskan tantangan dakwah para nabi sebelumnya, termasuk tantangan dakwah yang dialami oleh Nabi Muhammad. Apa tantangannya? Terutama adalah keengganan kaum musyrikin menerima dakwah dan meninggalkan keyakinan sebelumnya.

Setiap dakwah para nabi dihadapkan dengan tantangan dengan kemapanan keyakinan terhadap apa yang menjadi kepercayaan nenek moyang sehingga tidak mau bertauhid kepada Allah.

Ayat 43, melalui bentuk pertanyaan Allah menunjukkan dan meyakinkan nabi Muhammad akan kaum musyrikin yang menjadikan hawa nafsu sebagai Ilah (sesuatu yang diikuti dan dituruti). Mereka tidak mau menerima dakwah tauhid.

Selanjutnya pada ayat 44 Allah lebih tegas lagi menyatakan bahwa orang orang yang demikian itu orang yang tidak mau mendengar (ajakan tauhid) kemudian memahaminya sebagai kebenaran. mata, telinga dan hati mereka telah terkunci dari menerima dakwah Islam. Orang yang seperti ini seperti binatang atau bahkan lebih rendah darinya. Mengapa? Binatang saja masih menurut pada majikannya. Contohnya Kambing, Sapi, kerbau masih  mau menurut pada sipemilik atau penggembala. Bahkan harimau buaspun masih bisa nurut dan dikendalikan oleh pawang yang merawat dan melatihnya. Sementara orang orang musyrik ini tidak mau menuruti perintah Allah yang telah memberinya kehidupan dan berbagai fasilitas yang ada.

Bila ada orang yang demikian, maka derajatnya lebih rendah daripada binatang. Dan pernyataan ini menunjukkan 'kemarahan terbesar' Allah. Secara umum Allah maha pemurah dan maha pengampun, tetapi pada orang ini Allah sematkan kehinaan.

Oleh karena itu, agar tidak termasuk golongan demikian, mari kita ambil hikmah dengan senantiasa mendengar perintah Allah dan menjauhi larangannya. Ramadhan dan puasa ini tepat untuk kita bermuhasabah dan selalu berusaha menjadi lebih bertaqwa.

Agung Nugraha
Lereng Merapi, 19 Ramadhan 1441 H
Sebelumnya
Berikutnya

0 comments: