Di beberapa masjid sering dijumpai imam memimpin doa/dzikir diantara sholat tarawih dan setelah witir kemudian diakhiri dengan niat puasa.
Mohon penjelasan apakah harus dituntun, bersama sama atau sendiri-sendiri?
Jawab :
Sebuah ibadah akan bermakna apabila memenuhi tiga unsur, yaitu 1) dilaksanakan sesuai dengan kaifiyah yang dituntunkan, 2) dipahami hakekatnya, dan 3) ada atsar (bekas) dari ibadah tersebut.
Secara umum kita memang dianjurkan memperbanyak dzikir, bersyahadat, istighfar, minta surga dan dijauhkan dari siksa neraka. Namun hal itu bersifat umum dan dapat dilafalkan kapan saja, tidak dikaitkan langsung dengan sholat tarawih.
Terkait doa atau dzikir dalam sholat tarawih/sholat malam, setidaknya ada dua doa yang dapat diamalkan.
Yang pertama membaca dzikir :
سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ
artinya:
Maha Suci Engkau yang Maha Merajai lagi Maha Suci dari berbagai kekurangan.
diucapkan 3 kali. Pada pengucapan yang ketiga dengan suara nyaring.
Hal ini didasarkan pada hadis
عن أبيِّ بن كعبٍ قال: كانَ رسولُ اللهِ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم إذا سلَّمَ منَ الوترِ قال: سبحانَ الملِكِ القدُّوس. ثلاثَ مرَّاتٍ. وفي رواية: يُطيلُ في آخرهنَّ
Dari Abu Ka'ab ia berkata, Bahwasanya Rasulullah SAW apabila selesai mengucapkan salam dari sholat witir mengucapkan "subhanal malikil qudduus" Tiga kali. Dan dalam satu riwayat : memanjangkan yang terakhir.
عن عبد الرحمن بن أبزَى: أنَّ النبيَّ صلَّى اللهُ عليه وسلَّم كان يقول إذا سلَّم: ((سُبحانَ المَلِكِ القُدُّوسِ)) ثلاثًا، ويَرْفَعُ صوتَه بالثَّالثة
Artinya : dari Abdurrahman bin Abza ra bahwa Nabi Muhammad SAW membaca Ayat dalam sholat witir sabbihisma rabbikal a'la (pada rakaat pertama), qul ya ayyuhal kafirun (pada rakaat kedua) dan qul huwaAllahu ahad (pada rakaat ketiga). Dan apabila salam mengucapkan _"subhanal malikil qudduus"_ tiga kali, dan mengeraskan suaranya pada yang ketiga.
Yang kedua ialah membaca doa :
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ وَبِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوبَتِكَ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْكَ لاَ أُحْصِى ثَنَاءً عَلَيْكَ أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ
Artinya: Ya Allah, aku berlindung dengan keridhaan-Mu dari kemarahan-Mu, dan dengan keselamatan-Mu dari hukuman-Mu dan aku berlindung kepada-Mu dari siksa-Mu. Aku tidak mampu menghitung pujian dan sanjungan kepada-Mu, Engkau adalah sebagaimana yang Engkau sanjukan kepada diri-Mu sendiri.
Hal ini didasarkan pada hadis riwayat imam Ahmad (751), Tirmidzi (3.566), Abu Dawud (1.747) dari Ali bin Abi Thalib bahwa Nabi muhammad SAW di akhir witir mengucapkan : _Allahumma inni a'udzubiridhoka min sakhotika, wa bimu'afatika min uquubatika, wa a'udzubika minka laa ukhshi tsana'an 'alaika anta kama astnaita 'ala nafsika._
أخرجه أحمد في "مسنده" (751) ، والترمذي في "سننه" (3566) ، وأبو داود في "سننه" (1747) ، من حديث علي بن أبي طالب رضي الله عنه ، أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ فِي آخِرِ وِتْرِهِ: اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِرِضَاكَ مِنْ سَخَطِكَ ، وَبِمُعَافَاتِكَ مِنْ عُقُوبَتِكَ ، وَأَعُوذُ بِكَ مِنْكَ ، لَا أُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ ، أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ.
Sedangkan terkait lafal niat didalam kitab Roudhotut Tholibin dijelaakan
لَا يَصِحُّ الصَّوْمَ إِلَّا بِالنِّيَّةِ وَمَحَلُّهَا القَلْبُ وَلَا يُشْتَرَطُ النُّطْقُ بِلاَ خِلَافٍ
“Tidaklah sah puasa seseorang kecuali dengan niat. Letak niat adalah dalam hati, tidak disyaratkan untuk diucapkan. Masalah ini tidak terdapat perselisihan di antara para ulama.” (Roudhotuth Tholibin, 1: 502)
Dari keterangan tersebut disepakati bahwa untuk puasa wajib harus diniatkan/disengaja, namun letak niat adalah didalam hati. Tidak ada tuntunan atau dalil khusus tentang lafal niat.
Terakhir, untuk dzikir dan doa yang dituntunkan tersebut pada dasarnya diucapkan sendiri-sendiri. Namun untuk keperluan tarbiyah (pendidikan) tidak mengapa untuk satu dua kali/malam awal ramadhan dzikir dan doa itu dituntun atau dilafalkan bersama. Dengan penjelasan agar selanjutnya dilafalkan sendiri sendiri.
Allah a'lam
0 comments: