Wednesday, August 29, 2007

Agung Nugraha : Gerhana Bulan, Ayat Allah yang tersurat di alam raya



الحمد لله الدي جعل الشمس ضياء والقمر نورا وقدره منازل لتعلم عدد السنين والحساب
اشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له واشهد ان محمدا عبده ورسوله الدى هدانا الى سبيل الرشاد
اللهم صل وسلم على محمد ابن عبدالله المبعوث الى جميع العباد لنجات الامة فى يوم الحساب
اما يعد : فيا ايها لناس اتقواالله حق تقاته ولا تموتن الا و انتم مسلمون

Jama’ah Shalat Gerhana rahimakumullah

Marilah senantiasa kita panjatkan puji dan rasa syukur kita kehadirat Allah SWT, yang atas limpahan rahmat-Nya hingga saat ini kita masih diberikan berbagai nikmat dan kemudahan hidup, karena hanya dengan bersyukur itulah kita akan merasakan kebahagiaan yang sebenarnya.
Shalawat dan salam semoga selalu dicurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan seluruh umatnya yang selalu mengikuti petunjuk dan bimbingannya, insyaallah termasuk kita yang hadir saat ini . Amien…

Hadirin yang berbahagia,
Menurut perhitungan ilmu pengetahuan yang didasarkan pada peredaran bumi dalam mengelilingi matahari dan peredaran bulan dalam mengelilingi bumi, tadi pada pukul 17.37 wib telah terjadi keadaan dimana antara bulan, bumi dan matahari berada pada satu garis lurus dimana bumi berada diantara matahari dan bulan. Dengan posisi demikian, maka bulan tidak dapat memantulkan sinar matahari, sehingga terjadi sebuah peristiwa yang disebut Gerhana Bulan.
Bagi kita umat Islam, Gerhana, baik bulan maupun matahari, bukan sekedar merupakan fenomena alam yang secara eksak dapat diketahui melalui perhitungan ilmu pengetahuan. Lebih dari itu Gerhana merupakan bukti kekuasaan Allah atas alam raya beserta segenap isinya sekaligus menujukkan kebenaran firman Allah yang telah tersurat didalam Al Qur’an. Hal ini secara jelas telah ditegaskan oleh Allah SWT dalam surat Yunus ayat : 5, sebagai berikut :

هُوَ الَّذِي جَعَلَ الشَّمْسَ ضِيَاءً وَالْقَمَرَ نُورًا وَقَدَّرَهُ مَنَازِلَ لِتَعْلَمُوا عَدَدَ السِّنِينَ وَالْحِسَابَ ۚ مَا خَلَقَ اللَّهُ ذَٰلِكَ إِلَّا بِالْحَقِّ ۚ يُفَصِّلُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَعْلَمُونَ

"Dialah Allah yang menciptakan matahari bersinar dan bulan yang memantulkan cahaya dan Dia tentukan tempat peredaranya masing-masing agar kami semua mengetehui perhitungan tahun dan perhitungan yang lain, tidaklah Allah menciptakan itu semua kecuali dengan haq (kebenaran) untuk menerangkan ayat (tanda kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang mengetahui"(Yunus (10) : 5 )

Dengan demikian, apabila ayat diatas merupakan firman Allah yang tersurat didalam Al Qur’an, maka fenomena alam yang berupa gerhana ini adalah merupakan firman Allah yang tersurat dijagad raya.
Sebagai ayat Allah, maka kedua hal tersebut tentu memiliki makna yang penting bagi kita. Dalam konteks inilah kiranya perlu bagi kita untuk selalu mengasah ketajaman nalar dan nurani kita didalam menangkap pesang Allah baik yang tersurat dalam teks Al Qur’an maupun dalam kitab yang tidak terbatas, jagad raya beserta seluruh isinya ini.
Apabila kita mampu memahami dengan benar dua ‘firman’ tersebut, maka tentu kita akan mendapatkan kebahagiaan sebagai seorang muslim yang sempurna, yaitu makhluk yang mempunyai akal budi dan juga hati nurani dimana keduanya mampu kita manfaatkan dengan baik sesuai dengan tujuan penciptaan-NYa.

MEMAKSIMALKAN WAKTU: MENGGUNAKAN KESEMPATAN
Apabila kita cermati lebih jauh isi Surat Yunus (10) : ayat 5, maka pergantian siang dan malam yang ditandai dengan bersinarnya matahari dan pantulan cahayanya melalui bulan yang terjadi akibat peredaran bumi dan bulan mengelilingi matahari, sesungguhnya ada dua pesan penting yang seharusnya kita tangkap, pertama, bahwa peredaran tersebut merupakan sumber utama bagi kita untuk mengetahui perhitungan tahun yang pada intinya adalah berjalannya waktu dalam menempuh kehidupan, dan kedua, dengan mengetahui perhitungan waktu itu kita seharusnya mampu melakukan perhitungan (muhasabah) kepada diri kita dalam melalui perjalanan hidup kita.
Dengan demikian, ketika kita mampu menyadari bahwa kehidupan ini terus berjalan seiring dengan perjalanan waktu dan kita mampu mengisi dan mewarnai kehidupan ini dengan sebaik-baiknya, maka kita sudah mampu menangkap hakikat pergantian waktu. Dan orang yang mampu menangkap hakikat pergantian waktu, ia akan senantiasa berusaha menjadikan waktu dan hari-harinya lebih baik dari waktu dan hari-hari yang telah dilalui. Orang yang semacam ini akan menjadi orang yang beruntung, baik dunia maupun akhirat. Sebagaimana Sabda Nabi : من كان يومه خير من  امسه فهو رابح barangsiapa hari ini lebih baik dari hari kemarin, maka dia adalah orang yang beruntung.
Waktu dalam pengertian terbatas dapat kita maknai sebagai detik, menit, jam, hari, bulan dan tahun yang pada dasarnya adalah merupakan runitinas yang sudah pasti hingga datangnya qiyamat nanti. Namun waktu dalam pengertian yang lebih khusus dan esensial waktu ialah ‘kesempatan’ bagi kita dalam menempuh ‘rutinitas’ kehidupan ini.
Apabila waktu dalam pengertian pertama akan selalu terulang setiap 24 jam sekali, maka waktu dalam pengertian kedua tidak akan pernah datang lagi. Disinilah kemudian pentingnya kita untuk mamaksimalkan ‘kesempatan” yang telah diberikan Allah kepada kita untuk menjalankan fungsi kita sebagai ‘pengatur’ (khalifah) di muka bumi ini.
Dalam konteks inilah, Rasulullah berpesan kepada kita untuk menggunakan –setidaknya- 5 (lima) kesempatan yang telah diberikan agar kita tidak menyesal dan bahkan rugi di hari akhir nanti. Kelima pesan Rasul tersebut ialah (1) agar kita menggunakan masa muda dengan sebaik-baiknya sebelum datang masa tua (jompo) sehingga kita tidak dapat berbuat apa-apa, (2) agar kita mensyukuri nikmat kesehatan yang telah diberikan sebelum kita menderita sakit yang mengakibatkan keterbatasan pada kita untuk beramal sholih, (3) agar kita memanfaatkan kekayaan kita untuk beramal dengan harta/kekayaan tersebut sebelum datang kemelaratan yang menghalangi kita beribadah dengan harta, (4) agar kita memanfaatkan kelapangan waktu untuk memaksimalkan ibadah sebelum kesempitan menghimpit kita sehingga tidak dapat beramal shalih, dan (5) datangnya keagar kita menanfaatkan kesempatan kita selagi masih hidup untuk beramal shalih sebelum kesempatan tersebut hilang dengan kematian yang pasti akan datang menjemput kita.

MUHASABAH ADALAH KEHARUSAN
Perjalanan waktu yang bersifat pasti akan bermakna bagi diri kita apabila kita mampu melalui dengan baik, tetapi juga bisa tidak berarti apa-apa ketika perjalanan waktu itu kita sia-siakan. Yang banyak kita lakukan selama ini barang kali adalah yang kedua. Artinya kita tidak pernah menjadikan perjalanan dan pergantian waktu sebagai sebuah tonggak untuk melakukan refleksi dan evaluasi untuk kemudian menata dan memperbaiki diri. Yang terjadi kemudian adalah hura-hura, pesta pora dan banyak hal lain yang seharusnya dapat kita hindari ketika kita mampu merumuskan tujuan hidup kita.
Dengan menyadari betapa pentingnya waktu dan kesempatan yang semestinya dapat kita optimalkan untuk beribadah dan beramal shalih, maka agar kita tidak menjadi orang terus-menerus merugi, adalah tepat kiranya apabila dalam setiap saat, waktu dan kesempatan selalu kita manfaatkan untuk melakukan evaluasi (muhasabah) terhadap apa saja yang telah kita perbuat disertai usaha nyata untuk senantiasa melakukan perbaikan amal, baik dari sisi kuantitas maupun kualitasnya.
Apabila dari sisi kuantitas maupun volume amal shalih yang telah kita lakukan masih sedikit maka kita perbanyak, demikian juga semakin banyak kuantitas dan volume amal shalih tersebut harus kita imbangi dengan peningkatan kualitas niat dan keikhlasan kita untuk beramal hanya untuk dan karena Allah.
Demikianlah, betapa semua peristiwa yang terjadi dialam semesta ini, termasuk Gerhana bulan yang saat ini terjadi, apabila kita perhatikan dan kita tinjau dengan kacamata keimanan akan senantiasa membuahkan keyakinan yang semakin mantap dan kuat atas kekuasaan Allah terhadap alam raya ini.
Semoga peristiwa ini dapat menjadi sarana bagi kita untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT. Amien…

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهْ وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ. أَمَّا بَعْدُ؛ فَقَالَ اللَّهُ تَعَالَى : { وَتَزَوَّدُوا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى }
إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.


 اللَّهُمَّ اغْفِرْلَنَا ذُنُوْبَنَا وَ ذُنُوْبَ وَالِدَيْنَا وَارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانَا صِغَارًا

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدّعَوَاتِ.
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلّاً لِّلَّذِينَ آمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
رَبَنَا ءَاتِنَا فِي الدّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النّارِ. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ .
وَصَلى الله وسَلم عَلَى مُحَمد تسليمًا كَثيْرًا وآخر دَعْوَانَا لله رَب الْعَالَميْنَ


Sebelumnya
Berikutnya

0 comments: