Oleh : Gunung Sutopo
Dalam bahasa arab, Milad yang berarti kelahiran atau hari kelahiran. Istilah ini umum digunakan di Indonesia untuk mengucapkan selamat ulang tahun, baik untuk seseorang maupun lembaga/organisasi, sering kali dalam frasa seperti "Yaumul Milad" yang berarti "selamat hari kelahiran". Dalam hal ini yang milad adalah Organisasi Muhammadiyah ke 113
Organisasi Muhammadiyah berdiri pada tanggal 18 November 1912 oleh K.H. Ahmad Dahlan di Yogyakarta dengan tujuan untuk memurnikan ajaran Islam dan melakukan pembaharuan di bidang pendidikan, sosial, dan budaya.
Milad bisa di manfaatkan, dan haruslah tidak boleh kering dari makna : Pemurnian Islam, Pembaharuan dibidang Pendidikan , Sosial dan Budaya. Organisasi tidak boleh semakin kering dari makna, ilmu sering kali hanya menjadi tumpukan tanda tanpa ruh.
Ada saat dalam perjalanan kehidupan ketika langkah terhenti bukan karena lelah atau kehilangan arah, tetapi karena kesadaran datang begitu lembut mengingatkan bahwa ada sesuatu yang lebih dalam dari sekadar bergerak. Itulah waqfah, dari akar kata waqafa yang berarti berhenti atau berdiri.
Namun di balik makna lahiriah itu, tersimpan kedalaman yang tak terukur. Waqfah bukan sekadar diam, melainkan kesadaran yang hadir penuh, jeda yang memberi ruang bagi nurani untuk kembali bernapas, dan waktu yang meluruhkan segala kesibukan agar makna dapat tumbuh kembali.
Bagi mereka yang berjalan di jalan hikmah, waqfah bukanlah akhir dari pencarian, melainkan jeda yang memberi kesempatan untuk memahami hakikat dari setiap langkah. Ia hadir seperti embun pagi di antara panasnya perjuangan, lembut namun menyegarkan.
Dalam momen itu, seseorang tidak lagi dikejar oleh keinginan untuk menjelaskan segalanya, melainkan bersedia untuk mendengar, untuk menyimak dengan hati. Di situ waqfah menjadi pintu kecil menuju kesadaran yang lebih luas, kesadaran bahwa tidak semua hal dapat dipahami melalui logika yang tergesa.
Dalam kehidupan sehari-hari, waqfah hadir tanpa tanda. Ia muncul di tengah amarah yang diredam, di sela penat yang dipahami, di antara kerja yang dijalani dengan niat yang jujur. Saat seorang peneliti berhenti sejenak dari datanya dan menyadari bahwa pengetahuan tak hanya soal menemukan, tetapi juga tentang mengakui keterbatasan, ia sedang berada dalam waqfah.
Saat seorang pengajar menutup buku, menatap mahasiswanya, dan menyadari bahwa belajar bukan sekadar transfer ilmu, melainkan perjumpaan hati, di situ waqfah berbisik lembut.
Waqfah juga menjadi penting dalam dunia akademik yang sering kali terjebak dalam kecepatan dan tuntutan hasil. Ia menjadi ruang sunyi di antara angka dan analisis, tempat di mana manusia mengingat kembali tujuan sejati dari ilmu. Ketika seorang peneliti berhenti sejenak dari kerumitan teori dan merasa takjub pada keteraturan alam semesta, ia sedang mempraktikkan waqfah.
Ia belajar bahwa pengetahuan yang sejati bukan hanya tentang menjelaskan dunia, tetapi juga tentang mengaguminya dengan rendah hati.
Dalam kehidupan modern yang serba cepat, waqfah adalah napas yang menenangkan. Ia mengingatkan manusia untuk tidak hanyut dalam ritme yang tanpa jeda. Dalam arus ambisi dan target, waqfah mengajarkan pentingnya berhenti sejenak agar arah tidak hilang.
Diam yang disertai kesadaran sering kali lebih bermakna daripada langkah yang terburu. Ia adalah cara jiwa menjaga keseimbangannya agar tidak dikendalikan oleh hasrat yang berlebihan.
Namun waqfah bukan alasan untuk menyerah atau berhenti berbuat. Ia adalah bentuk peneguhan diri sebelum melangkah kembali. Dalam waqfah seseorang belajar untuk menahan diri dari kesombongan atas hasil dan kepintaran. Ia mengajarkan bahwa kebijaksanaan tidak lahir dari banyaknya kata, tetapi dari kejernihan dalam diam. Waqfah bukan pasif, melainkan aktif dalam kesadaran, sabar dalam menunggu, dan siap dalam bertindak ketika saatnya tiba.
Dari waqfah, manusia belajar tentang kedalaman yang tak bisa dijelaskan oleh rumus atau metode. Ia adalah bentuk pengembalian diri kepada sumber segala makna. Dalam keheningan itu, manusia menyadari bahwa pengetahuan sejati selalu bersanding dengan kerendahan hati.
Waqfah mengajarkan bahwa berhenti sejenak bukanlah kehilangan waktu, melainkan menemukan kembali arah. Ia adalah jeda yang menyembuhkan, ruang yang menumbuhkan, dan tanda bahwa dalam diam pun manusia bisa tetap berjalan menuju-Nya. Alhamdulillah.
*Pakem, 21 Nopember 2025*