Friday, April 18, 2025

Tidak putus asa terhadap rahmat Allah


Dalam kitab Ihya Ulumuddin, Imam Ghazali mengkisahkan. Saat Nabi bersemangat cerita tentang hari kiamat bahwa ada hisab yang sangat detail dan jlimet sehingga tidak akan ada manusia yang lepas. Si badui interupsi. “ Ya Rasulullah, siapa yang menghisab ?”

Lengkap hadisnya sebagai berikut:

جَاءَ أَعْرَابِيٌّ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ لَهُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَنْ يُحَاسِبُ الْخَلْقَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اللَّهُ، فَقَالَ الْأَعْرَابِيُّ: بِنَفْسِهِ؟ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: بِنَفْسِهِ، فَضَحِكَ الْأَعْرَابِيُّ وَقَالَ: اللَّهُمَّ لَكَ الْحَمْدُ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لِمَ الِابْتِسَامُ يَا أَعْرَابِيُّ؟ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّ الْكَرِيمَ إِذَا قَدَرَ عَفَا، وَإِذَا حَاسَبَ سَامَحَ! قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: فَقُهَ الْأَعْرَابِيُّ.


Seorang Arab Badui datang kepada Rasulullah ﷺ dan berkata:

"Wahai Rasulullah, siapa yang akan menghisab makhluk pada hari kiamat?"

Rasulullah ﷺ menjawab:

"Allah."

Orang Arab Badui itu bertanya lagi:

"Sendiri?"

Nabi ﷺ menjawab:

"Sendiri."

Maka orang Arab Badui itu tertawa dan berkata:

"Ya Allah, segala puji bagi-Mu."

Lalu Nabi ﷺ bersabda:

"Mengapa engkau tersenyum, wahai Arab Badui?"

Orang Arab Badui itu menjawab:

"Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah yang  mulia jika berkuasa pasti memaafkan, dan jika menghisab, pasti memberi kelonggaran!"

Nabi ﷺ bersabda:

"Orang Arab Badui ini benar-benar cerdas."

Pada riwayat lain si badui itu gembira seraya berkata. “ kita selamat “. Lalu Nabi saw bertanya, mengapa kamu bisa begitu yakin. Si badui enteng saja menjawab "Sesungguhnya Allah yang mulia, jika berkuasa, pasti memaafkan.".

Di mata badui, urusan dengan Allah itu gampang. Dan memang begitu faktanya. Allah itu Maha Pengampun. Rahmatnya lebih luas daripada murkanya.  Kasih sayangnya mengalahkan marahnya. Sebagaimana sabda Nabi berikut:

صحيح البخارى - (ج 11 / ص 333)

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ - رضى الله عنه - قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - « لَمَّا قَضَى اللَّهُ الْخَلْقَ كَتَبَ فِى كِتَابِهِ ، فَهْوَ عِنْدَهُ فَوْقَ الْعَرْشِ إِنَّ رَحْمَتِى غَلَبَتْ غَضَبِى»


Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah ﷺ bersabda: "Ketika Allah selesai menciptakan makhluk, Dia menulis dalam kitab-Nya — dan kitab itu berada di sisi-Nya di atas Arsy  'Sesungguhnya rahmat-Ku mengalahkan kemurkaan-Ku.'" (HR. al-Bukhari)

Hari ini Allah itu kasih sayangnya tak terbilang maka di akherat juga demikian adanya. Rahmat Allah lebih luas dari segalanya. Di dunia maupun di akherat.

Fakta kasih sayang Allah di alam itu sangat banyak. Harun Yahya berhasil merekam macam-macam kelakuan binatang yang sangat unik  dan menakjubkan. Orang ateis akan mengatakan, “ ya memang begitu alam semesta”. Tetapi orang beriman  berujar “ Rabbana ma khalaqta hazda batila (wahai Tuhan sungguh Engkau tidak menciptakan semua ini sia-sia”.

Orang badui yang hidup di padang pasir dengan mudah merasakan rahmat Allah. Di alam yang begitu keras dan ganas Allah ciptakan oase di tengahnya. Sehingga manusia, hewan dan tumbuhan tetap bisa bertahan hidup. Mereka merasa tidak berdaya menghadapi kerasnya alam, tetapi tetap yakin atas rahmat Allah sehingga tetap gembira dalam hidupnya.

Logika orang badui sederhana. Jika Allah sekarang rahmatnya banyak. Kasih sayangnya kepada makhluk tak terbilang. Maka di akherat juga tidak berubah. Alur pikir seperti itu cocok dengan sabda Nabi saw, bahwa semua orang beriman nanti masuk surga. Seberapapun kecilnya iman si hamba, Allah akan memasukkannya ke surga.

 Adapaun neraka itu hanya untuk orang-orang kafir. Kalaupun orang beriman mampir ke sana, itu hanya laundry. Untuk membersihkan dosa yang pernah diperbuat di dunia. Semakin banyak dosa semakin lama ia dicuci di neraka. Sebagaimana sabda Nabi berikut ini.

صحيح البخارى - (ج 1 / ص 46)

عنْ أَبِى سَعِيدٍ الْخُدْرِىِّ رضى الله عنه - عَنِ النَّبِىِّ - صلى الله عليه وسلم - قَالَ « يَدْخُلُ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ ، وَأَهْلُ النَّارِ النَّارَ ، ثُمَّ يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى أَخْرِجُوا مَنْ كَانَ فِى قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ مِنْ إِيمَانٍ . فَيُخْرَجُونَ مِنْهَا قَدِ اسْوَدُّوا فَيُلْقَوْنَ فِى نَهَرِ الْحَيَا - أَوِ الْحَيَاةِ ، شَكَّ مَالِكٌ - فَيَنْبُتُونَ كَمَا تَنْبُتُ الْحِبَّةُ فِى جَانِبِ السَّيْلِ ، أَلَمْ تَرَ أَنَّهَا تَخْرُجُ صَفْرَاءَ مُلْتَوِيَةً » . 

Dari Abu Sa’id Al-Khudri radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi ﷺ, beliau bersabda: "Penduduk surga akan masuk surga, dan penduduk neraka akan masuk neraka. Kemudian Allah Ta‘ala berfirman, 'Keluarkanlah dari neraka orang yang di dalam hatinya terdapat seberat biji sawi dari iman.' Maka mereka dikeluarkan dari neraka, sementara tubuh mereka telah hangus (menjadi hitam legam), lalu mereka dilemparkan ke dalam sungai kehidupan — atau sungai hidup (perawi Malik ragu) — maka mereka tumbuh kembali sebagaimana biji tumbuh di tepi aliran air. Tidakkah kamu lihat bagaimana biji itu tumbuh berwarna kuning dan melengkung?" (Hr. Bukhari)

Merujuk keterangan hadits diatas, Sesulit apapun keadaan yang kita alami jangan pernah putus asa dari rahmat Allah. Di antara kita mungkin ada yang sakit parah, mungkin ada pula yang terlilit hutang atau susah mencari uang. Tetaplah optimis, karena rahmat Allah akan diberikan kepada setiap hambanya.  Itulah nasehat nabi Ya’kub kepada putra-putranya. 

يَا بَنِيَّ اذْهَبُوا فَتَحَسَّسُوا مِنْ يُوسُفَ وَأَخِيهِ وَلَا تَيْأَسُوا مِنْ رَوْحِ اللَّهِ ۖ إِنَّهُ لَا يَيْأَسُ مِنْ رَوْحِ اللَّهِ إِلَّا الْقَوْمُ الْكَافِرُونَ


“ Hai anak-anakku, pergilah kamu, maka carilah berita tentang Yusuf dan saudaranya dan Jangalah putus asa dari rahmat Allah, karena yang putus asa hanyalah orang-orang kafir”.

 Semoga rahmat dan kasih sayang Allah itu terus kita terima, baik saat hidup ini maupun sesudah kita mati. Sehingga kita dapat menjalani kehidupan dengan nyaman dan di akherat mendapatkan ampunan.

Saturday, March 29, 2025

Khutbah Idul Fitri 1446 H : Membangun Karakter Muslim melalui pemahaman hakikat dan pelestarian amaliah Ramadhan

 



MEMBANGUN KARAKTER MUSLIM

MELALUI PEMAHAMAN HAKIKAT DAN PELESTARIAN AMALIAH RAMADHAN

Oleh : H. R. Agung Nugraha, S.Ag., M.A.

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى  أَمَـرَنَـا أَنْ نُـقِيـْمَ الإِجْتِـمَـاعَ وَالإِتِّـحـَادَ وَالـتَّـوَدُّدَ بَـيْـنَ الْـعِبـَادِ وَنَهـَانـَا عَـنِ الـتَّـفَرُّقِ وَالتَّبَـاغُضِ وَالإبْتِعَـادِ. أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى مِنْ إِلَهٍ أَعَادَ اْلأَعْيَادَ، وَادَّخَرَهَا بِكُلِّ عَمَلٍ  فى يَـوْمِ الْـمَعَـادِ، وَأَطَالَ الأَجَالَ إِلَيْهَــا لِيَنَالـُوْا بِفَضْلِهَــا الْجَزَاءَ الْمُـؤَبَّـدَ.

أَشْهَدُ أَنْ لا إِلَهَ إِلّا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيْكَ لَهُ اْلـفَـْردُ الـصَّـمَــدُ، وأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْحَـائِزُ الشَّـرَفَ فَـوْقَ اْلـعِبَـادِ، صَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الَّـذِى أَرْشَـدَنَـا اِلَى سَـبِيْـلِ الـرَّشَـادِ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الَّذِيْنَ كَانُوا يَعْـتَـصِـمُـْونَ  بِشَـرِيـْعَـتِـهِ حَقَّ الْإِعْـتِمَـادِ، وَسَلَّمَ تَسْلِيْمًا  كَثِيْرًا إِلَى يَوْمِ الْـمَعَـادِ ، أَمَّا بَعْدُ، فَيَا مَعَاشِرَ الْحَاضِرِيْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقُاتِهِ وِلا تَمُوْتُنَّ إِّلا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ، وَاعْلَمُوْا أَنَّ  اللهَ قال فى القُرءانِ العَظيمِ وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَىٰ فإن الجنة هي المأوي

 وَاعْلَمُوْا أَيضاً أَنَّ  يَوْمَكُمْ هَذَا يَوْمٌ عَظِيْمٌ  وَعِيْدٌ مُبَارَكٌ سَعِيْدٌ كَرِيْمٌ، أُحِلَّ لَكُمْ فِيْهِ الطَّعَامُ وَحُرِّمَ عَلَيْكُمْ فِيْهِ الصِّيَامُ.

يَا

Allahu Akbar 2 x Walillahillhamd

Jama’ah shalat Id Rahimakumullah, marilah bersama kita panjatkan rasa puji dan syukur kita kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat dan ridha-NYa kita telah diperkenankan bertemu bulan Ramadhan 1446 H, berkesempatan melaksanakan serangkaian ibadah didalamnya hingga pada akhirnya kita akhiri dengan membayar zakat dan melaksanakan Shalat IDul Fitri dipagi yang berbahagia ini. Semoga seluruh ibadah yang telah kita laksanakan diterima dan dicatat sebagai wujud taqwa kita kepada Allah. Amien..

            Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan oleh Allah kepada Nabi Muhammad, keluarga, sahabat dan seluruh umatnya, insyaallah termasuk kita semua yang hadir di majelis yang mulia ini.

Allahu Akbar 2 x Walillahillhamd

Kita tentu bersyukur dan bergembira karena telah diberikan kesempatan menyelesaiakan rangkaian ibadah Ramadhan tahun ini. Namun bersamaan dengan itu tentu kita merasa sedih, karena kesempatan meraup rahmat dan ampunan Allah akan segera  meninggalkan kita semua, terlebih perayaan idul fitri tahun ini tidak dapat kita rayakan secara bersamaan. Betapapun, marilah kita sikapi dengan sikap toleran dan penghargaan terhadap perbedaan serta kita kembalikan bahwa didalam setiap peristiwa pasti ada hikmah dibalik semua kejadian.

Pertanyaannya ialah, apakah dengan berakhirnya Ramadhan, habiskah kesempatan kita untuk menangguk pahala dan ridha Allah?  Jawabnya ternyata tidak…

Ramadhan hanyalah proses pelatihan, Puasa merupakan salah satu ibadah yang disyariatkan Allah. Tujuan perintah puasa, dan ibadah – ibadah yang lain, tidak lain adalah agar kita menjadi manusia yang semakin hari semakin meningkat ketaqwaannya. Untuk mewujudkan hal itu, maka kita harus mampu meningkatkan kualitas ibadah kita. Ibadah yang berkualitas adalah ibadah yang mampu terinternalisasi dalam diri seorang hamba dan tercermin dalam diri dan kepribadian seseorang diluar konteks ibadah itu sendiri.

Pertanyaan selanjutnya, bagaimana cara agar ibadah yang dilakukan dapat berkualitas sehingga terinternalisasi dan terimplementasi dalam denyut kehidupan kita dan bagaimana langkah-langkah yang harus dilakukan ?

Allahu Akbar 2 x, walillahilhamd

Agar ibadah yang kita kerjakan semakin berkualitas dan sesuai dengan kehendak Allah dan tuntunan Rasul. Ada tiga hal yang harus kita perhatikan, yaitu :

1.    Mengerti dan memahami kaifiyah ibadah

Untuk meningkatkan kualitas suatu ibadah, kita harus senantiasa mempelajari, mengerti dan memahami kaifiyah ibadah yang akan kita lakukan, baik yang berupa ketentuan, tata cara, syarat dan rukunnya. Disinilah kemudian kita harus selalu berusaha menggali ketentuan-ketentuan yang terkait dengan ibadah yang kita lakukan. Dalam hal puasa, misalnya, dari sisi fiqh, pengertian puasa adalah menahan makan, minum dan hubungan antara suami istri sejak terbit fajar hingga terbenamnya matahari disertai niat karena Allah. Sehingga rukun Puasa adalah pertama niat dan kedua, menahan makan, minum dan jima’ (hubungan suami istri).  Apabila kita mampu memenuhi dua rukun tersebut, maka dari sisi fiqh kewajiban puasa itu telah gugur (tertunaikan).

Lebih dari itu, kita juga harus mengerti dan paham bahwa selain menahan makan, minum dan hubungan suami istri, seorang yang berpuasa disunnahkan untuk makan sahur dan mengakhirkannya, mendahulukan berbuka dengan yang manis (kurma), memperbanyak dzikir, sholat sunnat, tadarus al-qur’an, shodaqah, dst.

Kita juga harus mengetahui larangan-larangan yang tidak boleh dilakukan oleh orang yang sedang berpuasa, serta tindakan dan perilaku yang dapat membatalkan ibadah puasa atau yang akan mengurangi bahkan menghilangkan pahala puasa.

Ketentuan, tata cara, syarat dan rukun puasa tersebut harus selalu kita kaji dan secara bertahap dan terus menerus kita tingkatkan kualitas maupun kuantitasnya. Demikian juga dengan larangan-larangan tersebut harus terus-menerus kita hindarkan.

Apabila kita telah mampu memahami dan melakukan puasa sesuai dengan kaifiyah tersebut, maka kita telah mampu mengamalkan ibadah tersebut secara baik dan benar sesuai dengan kehendak Allah dan sunnah Rasul.

Lihat : Yuk Wakaf untuk Masjid Darul Muttaqien

2.    Mengerti dan memahami ruh (esensi) dari ibadah yang diperintahkan

Setelah mengetahui dan memahami ketentuan, tata cara, syarat dan rukun ibadah, maka tahap selanjutnya kita harus selalu berusaha memahami ruh (esensi) dari  ibadah tersebut. Artinya, meski kita telah melakukan sebuah ibadah sesuai dengan kaifiyah yang dituntunkan, hal itu belum sempurna apabila kita belum memahami esensi dari ibadah yang kita lakukan. Hal ini penting agar setiap kita berusaha menggali rahasia dibalik ibadah yang disyari’atkan.

Berikut beberapa hakikat dari amaliyah Ramadhan yang dapat kita ambil hikmahnya:

-          Puasa yang kita lakukan pada dasarnya adalah proses pelatihan kesabaran, menahan/mengendalikan hawa nafsu, melatih kejujuran,

-          Puasa juga menjadi sarana melatih mengelola waktu dengan meninggalkan perilaku sia-sia (laghwi, tidak produktif), kata-kata kotor (rofasy), mencela dan menjelek-jelekkan orang lain (syatam)

-         من كان يؤمن بالله واليوم الاخر فاليقل خيرا او ليصمت

-          “Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka berkatalah yang baik-baik, atau (kalau tidak bisa, lebih baik) diam”.

-          Masih banyak hal lain yang harus dihindari oleh orang berpuasa agar puasanya mempunyai makna dan tidak sekedar mendapat lapar dan dahaga sebagaimana sabda Nabi :

كم من صائم ليس له من صيامه إلا الجوع والظمأ، وكم من قائم ليس له من قيامه إلا السهر والعناء،

 

“betapa banyak orang yang berpuasa, tetapi tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya itu selain lapar dan dahaga, dan betapa banyak orang yang melakukan sholat malam, tetapi tidak mendapatkan apa apa kecuali ngantuk”.

-          Sholat Tarawih yang kita kerjakan, hakekatnya adalah usaha kita untuk senantiasa mengasah kemampuan dan efektifitas komunikasi kita dengan Allah

-          Zakat, infaq, shodaqah, maupun ta’jil yang kita keluarkan, substansinya adalah secara vertikal menunjukkan kemauan kita untuk senantiasa mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan kepada kita. Sedang secara horizontal, hal tersebut menjadi bukti seberapa besar tingkat kepedulian kita kepada sesama yang dalam batas tertentu sedang mengalami keterbatasan-keterbatasan, khususnya dalam akses ekonomi.

-          Sholat Jama’ah yang kita lakukan, hakekatnya adalah simbul dari proses penyatuan umat dalam jama’ah umat yang sebenarnya, baik dalam kemasyarakatan, ekonomi, social, budaya serta aspek-aspek kehidupan lainnya

-          Tadarus Al Qur’an pada dasarnya adalah wujud dari kesungguhan kita untuk senantiasa menggali dan memahami atas apa yang dikehendaki Allah sehingga dapat menerapkan fungsi Al Qur’an sebagai petunjuk (huda wal furkon).

Dengan demikian, meskipun setiap tahun selama sebulan penuh kita mampu melaksanakan puasa, memperbanyak Sholat Sunah, membayar zakat dan bersedekah, berjamaah, membaca Al Qur’an, namun bila  tidak memahami esensinya, kita akan selalu kembali melakukan tindakan-tindakan yang diluar pengendalian diri tersebut.

Lihat Juga : Wakaf Klinik HD PKU Muhammadiyah Pakem

3.    Adanya atsar dari ibadah

Setelah melaksanakan seluruh rangkaian ibadah Ramadhan sesuai ketentuan, tata cara, syarat dan rukunnya serta mengetahui dan memahami ruh dari perintah ibadah tersebut, maka sebuah ibadah akan sempurna dan berkualitas apabila menghasilkan atsar (bekas) berupa kesalehan kita diluar ibadah. Artinya, kesalehan seseorang tidak sekedar diukur dengan terlaksananya sebuah ibadah, lebih dari itu ibadah akan berkualitas dan optimal apabila orang yang melakukan ibadah tersebut mampu menginternalisasikan ruh ibadah dan mengimplementasikannya disepanjang kehidupan.

Allahu Akbar 2 x Walillahillhamd

            Jamalah, sholat Id rahimakumullah.

            Dalam konteks inilah tampaknya kita masih harus terus melakukan muhasabah / perenungan yang dalam apakah ibadah puasa dan amaliah ramadhan yang sudah bertahun-tahun kita laksanakan itu sudah terinternalisasi dan menjadi ruh didalam kehidupan kita sehari-hari.

Dalam kenyataannya, bahkan di bulan Ramadhan ini, Kita masih mendengar, membaca, melihat betapa kata kata kasar, caci maki, ejekan, hinaan kebohongan, ketidakjujuran dan korupsi ternyata masih mewarnai bangsa kita. 

Dengan demikian agar ibadah seluruh rangkaian ibadah kita itu berbekas dan tidak sekedar menjadi rutinitas tahunan, sudah seharusnya kita memancangkan niat didalam diri kita untuk melestarikan amaliah ramadhan tersebut diluar bulan ramadhan. Pelestarian yang kami maksudkan mencakup dua hal,

-          Pertama, ialah secara personal lahiriah masing-masing kita perlu melanjutkan kegiatan ramadhan tersebut diluar bulan ramadhan, seperti puasa wajib kita lanjutkan dengan puasa sunnah, shalat tarawih dilanjutkan dengan shalat malam, tadarus ramadhan dilanjutkan dengan tadarus harian setelah maghrib atau setelah subuh dsb. Adapun yang bersifat kolektif/Jama’ah kita dapat melestarikan amaliah ramadhan dengan memudawamahkan memakmurkan masjid melalui kegiatan shalat jama’ah, menghidupkan dan menggairahkan pengajian rutin.dan yang lainnya.

-          Kedua, mengimplementasikan hakekat ibadah ramadhan didalam gerak langkah dan denyut nadi kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Dengan terus mengupayakan dua hal tersebut, insyaAllah pesan-pesan Ramadhan akan membuahkan karakter Muslim dan muttaqien sejati.

Allahu Akbar, Allahu Akbar, walillahilhamd

Mengakhiri khutbah ini, khatib sampaikan sebuah kata bijak :

ليس العيد من لبس الجديد انم العيد من تقوالله تزيد

Hakikat Idul Fitri bukanlah orang yang bajunya baru, Sesungguhnya, Idul Fitri  ialah orang taqwanya bertambah.

Meski barangkalu tidak untuk meneruskan seluruh amaliah ramadhan diluar Ramadhan, jangan sampai kita tinggalkan semua. Ma laa Yudraku kulluh, laa yutraku kulluh. Setidaknya ada satu atau dua amaliah ramadhan yang dapat terus kita mudawamahkan,

خير الامور ادوامها و ان قل

Sebaik-baik urusan adalah yang langgeng (terus-menerus) meskipun sedikit (kuantitasnya)

marilah kita bermohon kepada Allah, agar seluruh ibadah yang kita laksanakan selama Ramadhan diterima dan mendapatkan balasan terbait disisi-Nya, serta mampu kita jaga dan implementasikan didalam setiap langkah kehidupan kita.

 

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِيْ هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِيْ فِيْهَا مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِيْ إِلَيْهَا مَعَادُنَا، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِيْ كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ. رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلإِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِاْلإِيْمَانِ وَلاَتَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلاًّ لِّلَّذِيْنَ ءَامَنُوْا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ

اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ.

اللَّهُمَّ اكْفِنَا بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ وَأَغْنِنَا بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ

اللَّهُمَّ إنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ وَفُجَاءَةِ نِقْمَتِكَ وَجَمِيعِ سَخَطِكَ

اللَّهُمَّ إنَّا نَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْبَرَصِ وَالْجُنُونِ وَالْجُذَامِ وَمِنْ سَيِّئِ اْلأَسْقَامِ

اللهمّ أحْسِنْ عَاقِبَتَنَا فِي الأُمُورِ كُلِّهَا، وَأجِرْنَا مِنْ خِزْيِ الدُّنْيَا وَعَذَابِ الآخِرَةِ

رَبَّنَا آتِنَا فيِ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فيِ الآخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَ تُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ، سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ العِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَ سَلاَمٌ عَلَى المُرْسَلِيْنَ، وَ الحَمْدُ لِلهِ رَبِّ العَالَمِينَ

 

 

 

R. Agung Nugraha : HHWH vs KHGT

 


HHWH vs KHGT

Oleh : R. Agung Nugraha

Setelah subuh pagi ini, ahad 30 Maret 2025, saya buka WAG. Diantara yang ramai adalah kenapa Muhammadiyah 'merevisi' jadwal puasa dari 29 hari menjadi 30 hari, sehingga berbeda dengan Arab Saudi yang menetapkan hari ini Idul fitri. 

Diantara komen yang menyuak adalah tudingan hitungan pak Oman (MTT PPM) meleset. 

Bagi saya, peristiwa ini justru ada hikmah, menjadikan mudah menerangkan perbedaan antara Hisab Hakiki Wujudul Hilal (HHWH) dengan Kalender Hijriyah Global Tunggal (KHGT) yang baru akan diterapkan oleh Muhammadiyah per 1 Muharrom 1447 H. 

Untuk itu, mari kita pahami perbedaan HHWH dengan KHGT dengan pendekatan sederhana. 

Sebetulnya keduanya sama sama didasarkan pada perhitungan (hisab), hanya saja HHWH menggunakan standar matla' lokal, sedangkan KHGT menggunakan matla' global. 

Dalam kasus ini, ramadhan 1446 H ini muhammadiyah masih menggunakan HHWH dimana terikat ketentuan wilayatul hukmi Indonesia. Berdasarkan perhitungan, ijtima' jelang syawwal/akhir ramadhan (29 Ramadhan) 1446 H ini terjadi pukul dengan demikian saat maghrib hilal masih dibawah ufuk (minus 1 derajat 59 menit 16 detik), sehingga hilal belum wujud. Karenanya Ramadhan ditetapkan menjadi 30 hari sehingga 1 Syawwal jatuh pada tanggal 31 Maret 2025. 

Menjadi 'masalah' karena ijtima' terjadi hanya beberapa menit setelah matahari terbenam (ghurub). 

Wakaf yuk

Dari sini mari kita memahami KHGT. 

KHGT merupakan hasil kesepakatan dalam Konggres Internasional Penyatuan Kalender Hijriyah yang dilaksanakan di Istambul Turki 28-30 Mei 2016. Hal ini didasari keinginan terjadinya kesatuan Kalender umat Islam. 

Intinya, KHGT 'sepakat' meninggalkan matla' lokal menuju matla' global.

Hasil kesepakatan tersebut antara lain :

1. Seluruh muka bumi adalah satu matla' (tidak lagi lokal) 

2. Bulan baru dimulai apanila terjadi imkanurrukyat dengan ketinggian 5 derajat dan elongasi 8 derajat (IR 5+8) di suatu tempat manapun dimuka bumi sebelum pukul 00.00 UTC (GMT). 

3. Bulan baru tetap dimulai meski IR 5+8 terjadi setelah pukul 00.00 GMT dengan ketentuan (a) IR 5-8 itu mencapai benua Amerika dan (b) Ijtima' di zona waktu timur terjadi sebelum fajar. 

Kasus tahun ini, khususnya di Indonesia, ketika maghrib (matahari terbenam) belum terjadi ijtima', namun setelah maghrib ijtima' kemudian terjadi, sehingga bila mengikuti KHGT hari ini telah masuk bulan baru. Tetapi karena masih menggunakan HHWH maka ramadhan disempurnakan/digenapkan (istikmal) menjadi 30 hari. 

Pertanyaannya, bila Muhammadiyah benar benar akan menerapkan KHGT mulai 1447 H, apakah tidak akan terjadi perbedaan di kemudian hari? 

Jawabnya, selama belum semua sepakat menggunakan KHGT, tetap saja potensi perbedaan itu ada.

Mungkin dengan negara lain yang berada di sebelah barat (misalb : arab saudi) akan sangat minim, namun  potensi perbedaan ditingkat lokal yang menggunakan metode rukyat dengan matla' lokal sangat mungkin terjadi. 

Dengan demikian, tampaknya kesatuan umat -(dalam hal ini kalender Islam)- sebagaimana yang disebut dalam QS 21 : 93 dan QS 23 : 52 tampaknya belum dapat diwujudkan dan masih menjadi PR bersama.

Akhirnya, kembali pada pameo : kita sudah biasa berbeda, mari kita nikmati dengan gembira.

Wednesday, March 26, 2025

"Keliling Surga" Bersama Muhammadiyah Pakem


Dalam rangka mengambil hikmah dan melestarikan amaliyah Ramadhan 1446 H, Pimpinan Cabang Muhammadiyah Pakem akan mengajak umat Islam di kapanewon Pakem untuk "Keliling Surga" bersama Muhammadiyah Pakem setelah Ramadhan nanti. 

Keliling surga adalah akronim dari keliling subuh bersama keluarga. Hal ini disampaikan oleh R. Agung Nugraha, di Masjid Al Faruq PKU Muhammadiyah Pakem pada hari selasa 25 Maret 2025 dalam kegiatan buka bersama menutup rangkaian safari tarawih keliling Ramadhan 1446 H yang dilaksanakan sebanyak 7 putaran. 

Sebagaimana diketahui, PCM Pakem bersama ortom, Majelis/Lembaga, PRM dan Pimpinan AUM setiap tahun melaksanakan program tarawih keliling ke seluruh ranting yang ada di cabang Pakem. 

Kegiatan Safari diawali pengajian jelang buka bersama di Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) bersama guru, karyawan, dokter dan para medis. Setelah jama'ah maghrib kemudian dilanjutkan safari tarawih ke masjid-masjid binaan Muhammadiyah. 

Untuk melestarikan semangat Ramadhan tersebut, PCM Pakem akan melanjutkan silaturahmi, juga memotivasi warga dan simpatisan untuk berjama'ah dan memakmurkan masjid. 

Kegiatan Safari tarawih yang mendapat sambutan baik dari jama'ah akan dilanjutkan dengan keliling subuh bersama keluarga Muhammadiyah. Agung Menambahkan, kegiatan ini diharapkan dapat lebih menguatkan semangat berjama'ah, terlebih subuh merupakan waktu yang baik untuk memulai aktivitas. (ran)

Sunday, March 23, 2025

M. Husnaini : Ibadah itu diamalkan, bukan diperdebatkan

 


Tadarus Ramadan #24

Ibadah Itu Diamalkan, Bukan Diperdebatkan

Oleh: M. Husnaini

Masih saja ditemukan pengajian-pengajian yang membahas panjang lebar masalah khilafiah ibadah. Isinya adalah pemaparan tentang ibadah yang sesuai sunah dan yang bukan, kemudian ujung-ujungnya, yang benar adalah praktik ibadahnya, sementara yang lain adalah bidah atau salah tuntunan.

Mendalami masalah ibadah itu baik. Tetapi, ibadah untuk diamalkan, bukan diperdebatkan. Setelah paham ilmunya, kerjakanlah suatu ibadah sesuai dalil yang kita yakini tersebut secara ikhlas dan istikamah. Jangan suka memprotes, apalagi menyalahkan, praktik ibadah orang lain yang berbeda dari kita.

Kita manusia biasa yang belum tentu benar. Kecuali Nabi yang memang maksum, setiap kita punya potensi salah dan benar dalam menjalankan ibadah. Fokus pada kualitas diri sendiri lebih bagus daripada sibuk mengoreksi orang lain. Kita toh tidak pernah tahu siapa di antara kita yang ibadahnya diterima Allah.

Banyak persoalan lebih penting dan produktif. Islam penuh dengan ajaran-ajaran hebat dan mulia. Bagaimana membumikan itu semua dalam realitas. Kita perlu ulama/ilmuwan yang fasih menerjemahkan kandungan Al-Qur'an dan hadis menjadi teknologi dan inovasi untuk kemaslahatan umat dan bangsa.

KH Ahmad Dahlan, seorang alim dari Kauman, Yogyakarta, misalnya, mengkaji surah Al-Maun kemudian melahirkan rumah sakit. Kajian beliau tentang surah Al-Ashr selama 7 bulan juga melahirkan organisasi yang kelak bernama Muhammadiyah. Banyak lagi, dan silakan baca sendiri dalam buku-buku sejarah.

Hadratus Syekh KH Hasyim Asy'ari juga demikian. Mendalami ayat Allah dan sabda Nabi tentang jihad dan cinta tanah air, beliau mengeluarkan Resolusi Jihad. Sejarah mencatat, fatwa itu berhasil membakar semangat arek-arek Suroboyo dalam pertempuran mengusir penjajah pada 10 November 1945. 

Tentu di zaman sekarang juga banyak ulama/ilmuwan yang dari kajian-kajian mereka terhadap ajaran Islam, sebagaimana tertuang dalam Al-Qur'an dan hadis, kemudian menelurkan teori-teori ilmiah, dan bahkan lembaga atau amal usaha yang sangat nyata dirasakan manfaatnya oleh lapisan masyarakat luas.

Dengan demikian, Islam tidak berhenti sebagai doa dan fatwa. Kajian Islam semacam itulah yang lebih kita butuhkan, dan bukan pengajian yang selalu mengorek-ngorek persoalan variasi praktik ibadah dan hal-hal kontroversial lain, sehingga pada urutannya hanya menyulut api kebencian dan permusuhan di antara sesama.

Saturday, March 22, 2025

M. Husnaini : Membangun semangat berkarya tulis


Tadarus Ramadan #23

Membangun Semangat Berkarya Tulis

Oleh: M. Husnaini

Berkarya tulis masih menjadi tantangan yang berat dijawab. Karena itu, jika tidak menulis, minimal kita mau membaca.

Kesibukan kerap kali menjadi dalih untuk tidak berkarya tulis. Padahal, semua karya tulis hebat lahir dari orang sibuk. Penganggur tidak pernah melahirkan karya.

Jelas, karya tulis adalah tanda intelektualitas seseorang, bukan gelar pendidikan. Menulis adalah aktivitas yang mencerdaskan. Menuliskan rangkuman atau ringkasan ide-ide bagus, misalnya, dapat mendorong kita berpikir, meneliti, atau menggali sesuatu yang lebih mendalam. 

Prof Ahmad Syafii Maarif, guru bangsa yang juga Ketua Umum PP Muhammadiyah periode 1998–2005, pernah mengatakan bahwa membaca, berpikir, meneliti, dan menulis adalah aktivitas yang sangat penting, dan sebaiknya ditekuni sepanjang hidup. Ijazah Pendidikan ibarat SIM yang tidak bermakna apa-apa tanpa ditopang dengan keempat aktivitas ilmiah di atas.

Pesan Buya Syafii Maarif tersebut mengingatkan saya pada ungkapan Prof Imam Suprayogo, Rektor UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Periode 1997-2013. Menurut Prof Imam, ciri khas seorang doktor adalah selalu berpikir dan berkreasi tentang pembaruan. Seorang doktor tidak pernah berhenti berpikir. Tatkala dia berhenti berpikir, terang Prof Imam, yang tersisa hanya gelarnya. Sedangkan substansinya sudah kembali jadi manusia biasa atau sama dengan orang yang tidak bergelar doktor.

Senada dengan itu adalah Prof Mulyadhi Kartanegara. Berikut ini kalimat-kalimat yang saya kutip secara verbatim dari akun Facebook milik filsuf dan cendekiawan Muslim Indonesia tersebut.

“Pohon kesarjanaan boleh rindang, tapi tanpa menghasilkan karya, ia bagai pohon tak berbuah. Pengetahuan autentik bukanlah yang kita pelajari dari karya para cendekia, tapi justru yang kita peras dan sarikan dari berbagai pengalaman panjang hidup kita.”

“Potensi manusia ibarat hujan lebat, di mana apa yang telah manusia tulis hanyalah beberapa percikan darinya. Membaca dengan fasih karya seseorang adalah satu perkara. Menuliskan pikiran sendiri dalam sebuah karya adalah perkara yang lain.”

“Ketika aku mulai nulis sebuah karya, ada orang yang bertanya, "Ah apa ada orang yang bakal tertarik padanya?" Aku pun menjawab, "Aku berkarya tidak untuk tujuan yang lain kecuali menyampaikan kebenaran dan kebaikan. Sisanya aku serahkan pada Tuhan."”

“Alhamdulillah, ia telah menjadikan karyaku menarik banyak orang. Nasihatku, kalau mau berkarya, pasang niat yang tulus, bertawakal dan minta petunjuk-Nya, dan menulislah dengan ringan tanpa beban.”

“Ketika aku menuliskan pikiranku di sebuah buku, aku seperti menitipkan bagian dari jiwaku untuk tinggal di sana selama-lamanya, dalam keabadian. Percaya diri dapat membantu menumbuhkan banyak potensi yang tersembunyi. Dengannya kita bisa merentangkan sayap diri lebih lebar dan tinggi lagi.”

“Kekaguman yang berlebihan terhadap seorang atau beberapa tokoh dapat menutup pintu-pintu kreativitas kita. Siapa yang bisa bebas dari kungkungan mereka, dialah sang genius.”

Demikianlah, dan nasihat-nasihat itulah di antara yang melecut semangat saya untuk terus berkarya tulis. Syukur jika tradisi mulia ini juga diikuti banyak orang. Namun, jangan sampai kesibukan memotivasi orang lain untuk menulis menyebabkan kita lupa untuk berkarya tulis. Semoga kita tidak seperti lilin yang menerangi sekitar tapi diri sendiri habis terbakar.

Friday, March 21, 2025

M. Husnaini : Akar kebahagiaan

 


Tadarus Ramadan #22

Akar Kebahagiaan

Oleh: M. Husnaini

Kebahagiaan itu berakar pada kebaikan. Tidak ada perbuatan baik, sekecil apa pun, yang sia-sia. Di bawah ini saya kutipkan beberapa kalimat motivasi dari berbagai sumber. 

Sengaja tidak disertakan sumbernya, supaya kita dapat memahami dan mengamalkannya tanpa harus terlebih dahulu mempermasalahkan siapa pengucapnya.

________

"Jika waktu kita tidak disibukkan dengan kebaikan, pasti hari-hari kita akan diribetkan dengan keburukan."

"Tidak perlu menjelaskan tentang diri kita kepada siapa pun. Karena, yang menyukai kita tidak butuh itu, dan yang membenci kita tidak percaya itu."

"Orang yang mengolok-olok kita itu sesungguhnya sama sekali tidak membuka kejelekan kita. Dia hanya sedang membeberkan aibnya sendiri."

"Apabila kita diremehkan atau direndahkan, jangan pernah membalas dengan ucapan yang kasar pula, tetapi marilah kita jawab dengan karya nyata." 

"Tiga hal dalam hidup yang tidak akan pernah kembali ialah waktu, ucapan, dan kesempatan."

"Jagalah pikiran kita ketika kita sendirian, tetapi hati-hatilah dengan ucapan kita ketika kita sedang bersama banyak orang."

"Sulit sekali mengubah hati orang lain untuk berbaik sangka kepada kita. Namun, kita bisa melatih hati kita untuk berbaik sangka kepada orang lain."

"Jangan kita terlalu pintar menilai orang lain, dan berubah menjadi teramat bodoh ketika menilai diri kita sendiri." 

"Sakit itu asalnya dari mulut. Kalau tidak salah makan, pasti salah ngomong."

"Ilmu itu ada tiga tahapan. Jika seseorang baru memasuki tahap pertama, dia akan sombong. Jika memasuki tahap kedua, dia akan rendah hati. Dan, jika memasuki tahap ketiga, dia akan merasa dirinya tidak ada apa-apanya."

Saturday, March 15, 2025

6 Hal yang perlu disegerakan


Secara umum, kita dilarang tergesa-gesa, dalam bahasa jawa kesusu. Mengapa? Karena tergesa gesa itu tidak baik dan cenderung grusa-grusu.

Namun perlu dipahami bahwa, 'tergesa-gesa' tidak sama dengan "segera". 

Ada beberapa hal dalam Islam yang perlu disegerakan. Berikut 6 hal yang perlu disegerakan dan penjelasannya : 

1. Menikahkan anak

قوله ﷺ: إذا خطب إليكم من ترضون دينه وخلقه فزوجوه إلا تفعلوه تكن فتنة في الأرض وفساد كبير وفي لفظ: فساد عريض.

Rasulullah bersabda : jika (anakmu) dilamar oleh seseorang yang kamu ketahui baik agama dan akhlaqnya, maka segera nikahkan. Bila tidak engkau lakukan bisa menjadi fitnah  dan kerusakan besar dimuka bumi. 


2. Menguburkan jenazah


Suatu saat, Rasulullah SAW datang menjenguk Thalhah bin Baraa' RA yang sakit.


Kemudian, beliau bersabda,


إنِّي لا أَرَى طَلْحَةَ إِلا قَدْ حَدَثَ فِي الْمَوْت فَاذَنُونِي بِهِ وَعَجِلُوا، فَإِنَّهُ لَا يَنْبَغِي لِحِيفَةِ مُسْلِمٍ أَنْ تُحْبَسَ بَيْنَ ظَهْرَانَيْ أَهْلِهِ


Artinya: "Aku sungguh melihat bahwa Thalhah sudah benar-benar meninggal maka berilah waktu kepadaku (mensholatkan) dan percepatlah proses penguburannya! Tidak selayaknya mayat seorang muslim untuk dipertahankan di tengah-tengah keluarga." (HR Abu Dawud)


Dalam riwayat lain yang bersumber dari Abu Hurairah RA pernah menjelaskan sabda Rasulullah SAW berikut, "Segerakan membawa jenazah (ke kuburan), karena jika ia salah maka itu adalah kebaikan yang kamu persembahkan untuknya, dan jika ia selain dari itu maka itu adalah kejahatan yang kamu letakkan dari lehermu." (HR Muttafaq 'alaih) 


3. Membayar hutang

مَنْ أَخَذَ أَمْوَالَ النَّاسِ يُرِيدُ أَدَاءَهَا، أَدَّاهَا اللهُ عَنْهُ، وَمَنْ أَخَذَهَا يُرِيدُ إِتْلَافَهَا، أَتْلَفَهُ اللهُ عَزَّ وَجَلّ


Artinya,“Siapa saja yang mengambil harta orang lain (berhutang) seraya bermaksud untuk membayarnya, maka Allah akan (memudahkan) melunasinya bagi orang tersebut. Dan siapa saja yang mengambilnya seraya bermaksud merusaknya (tidak melunasinya), maka Allah akan merusak orang tersebut,” (HR. Ibnu Majah).

4. Istighfar/taubat


فَمَن تَابَ مِنۢ بَعْدِ ظُلْمِهِۦ وَأَصْلَحَ فَإِنَّ ٱللَّهَ يَتُوبُ عَلَيْهِ ۗ إِنَّ ٱللَّهَ غَفُورٌ رَّحِيمٌ

Barangsiapa bertaubat setelah berbuat dhalim, kemudian memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah memberikan taubat (ampunan/maaf) kepada orang tersebut. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi maha penyayang. 


5. Menjamu tamu


عن أبي هريرة رضي الله عنه : أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال : ( من كان يؤمن بالله واليوم الآخر ، فليقل خيرا أو ليصمت ، ومن كان يؤمن بالله واليوم الآخر ، فليكرم جاره ، ومن كان يؤمن بالله    واليوم الآخر ، فليكرم ضيفه ) رواه البخاري ومسلم .


 Dari Abu Hurairah ra. Bahwasannya Rasulullah SAW bersabda : barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah berkata baik atau bahkan lebih baik dia. Dan barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka muliakanlah tetangga. 


Dalam hadis lain Rasullulah bersabda ;


حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ يُوسُفَ أَخْبَرَنَا مَالِكٌ عَنْ سَعِيدِ بْنِ أَبِي سَعِيدٍ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِي شُرَيْحٍ الْكَعْبِيِّ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ جَائِزَتُهُ يَوْمٌ وَلَيْلَةٌ وَالضِّيَافَةُ ثَلَاثَةُ أَيَّامٍ فَمَا بَعْدَ ذَلِكَ فَهُوَ صَدَقَةٌ وَلَا يَحِلُّ لَهُ أَنْ يَثْوِيَ عِنْدَهُ حَتَّى يُحْرِجَهُ حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ قَالَ حَدَّثَنِي مَالِكٌ مِثْلَهُ وَزَادَ مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ


Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaknya ia memuliakan tamunya dan menjamunya siang dan malam, dan bertamu itu tiga hari, lebih dari itu adalah sedekah baginya, tidak halal bagi tamu tinggal (bermalam) hingga (ahli bait) mengeluarkannya.” (Kitab Bukhari no. 5670).

6. Haii/umroh


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ يَبْلُغُ بِهِ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تُشَدُّ الرِّحَالُ إِلَّا إِلَى ثَلَاثَةِ مَسَاجِدَ مَسْجِدِي هَذَا وَمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَمَسْجِدِ الْأَقْصَى


Artinya : dari [Abu Hurairah] hingga sampai kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda: "Janganlah kalian bersusah payah melakukan perjalanan jauh, kecuali ke tiga Masjid. Yaitu: Masjidku ini (Masjid Madinah), Masjidil Haram (di Makkah) dan Masjid Al Aqsha."

Bersyukur

Oleh : Fathurrahman

Assalamualaikum wr.wb

Pada kesempatan kali ini saya akan menyampaikan beberapa hal tentang bersyukur

Kita sebagai manusia ciptaan Allah SWT harus selalu senantiasa mensyukuri nikmat yang telah diberikan oleh Allah SWT baik itu berupa nikmat yang kecil maupun nikmat yang besar.

Tanpa kita sadari setiap harinya kita selalu menerima nikmat dari Allah SWT seperti nikmat berupa nikmat islam, nikmat kesehatan, dan nikmat kita telah diberikan anggota tubuh yang lengkap dan sempurna

Sudah menjadi kewajiban kita untuk selalu bersyukur atas nikmat yang Allah berikan, sesuai dengan firman Allah dalam QS Al-Baqarah ayat 152, yang berbunyi:

فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ

Artinya: Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.

Bagaimana cara bersyukur? bersyukur dapat dilakukan dengan cara:

1. Dengan Hati

Meyakini dengan sungguh-sungguh di dalam hati bahwa semua nikmat yang kita peroleh semua dari Allah SWT. Baik itu nikmat kesehatan, harta benda, jabatan, atau pangkat, semuanya dari Allah SWT.

2. Dengan Lisan

Mengucapkan pujian dan terima kasih kepada Allah, seperti "Alhamdulillah"

Menggunakan lisan untuk menyebarkan kebaikan

Berbicara dengan sopan dan menghindari perkataan yang buruk

3. Dengan Menjaga dan Mengamalkan

Dengan melakukan perintah2nya dan menjauhi larangan2nya

Menjaga nikmat yang telah diberikan Allah

Meningkatkan ketaatan kepada Allah

Jangan sampai kita menjadi orang yang mengingkari nikmat karena kurang bersyukur. Semoga kita semua termasuk mereka yang pandai mensyukuri segala nikmat yang ada Tuhan telah memberi kita.

Sekian yang dapat saya sampaikan

Wassalamu'alaikum wr.wb