Thursday, March 28, 2019

Agung Nugraha : Pentingnya membayar hutang

أَحْمَدُ بْنُ يُونُسَ حَدَّثَنَا أَبُو شِهَابٍ عَنْ الْأَعْمَشِ
 عَنْ زَيْدِ بْنِ وَهْبٍ عَنْ أَبِي ذَرٍّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
كُنْتُ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَلَمَّا أَبْصَرَ يَعْنِي أُحُدًا قَالَ مَا أُحِبُّ أَنَّهُ تَحَوَّلَ لِي ذَهَبًا يَمْكُثُ عِنْدِي مِنْهُ دِينَارٌ فَوْقَ ثَلَاثٍ إِلَّا دِينَارًا أُرْصِدُهُ لِدَيْنٍ ثُمَّ قَالَ إِنَّ الْأَكْثَرِينَ هُمْ الْأَقَلُّونَ إِلَّا مَنْ قَالَ بِالْمَالِ هَكَذَا وَهَكَذَا وَأَشَارَ أَبُو شِهَابٍ بَيْنَ يَدَيْهِ وَعَنْ يَمِينِهِ وَعَنْ شِمَالِهِ وَقَلِيلٌ مَا هُمْ وَقَالَ مَكَانَكَ وَتَقَدَّمَ غَيْرَ بَعِيدٍ فَسَمِعْتُ صَوْتًا فَأَرَدْتُ أَنْ آتِيَهُ ثُمَّ ذَكَرْتُ قَوْلَهُ مَكَانَكَ حَتَّى آتِيَكَ فَلَمَّا جَاءَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ الَّذِي سَمِعْتُ أَوْ قَالَ الصَّوْتُ الَّذِي سَمِعْتُ قَالَ وَهَلْ سَمِعْتَ قُلْتُ نَعَمْ قَالَ أَتَانِي جِبْرِيلُ عَلَيْهِ السَّلَام فَقَالَ مَنْ مَاتَ مِنْ أُمَّتِكَ لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ قُلْتُ وَإِنْ فَعَلَ كَذَا وَكَذَا قَالَ نَعَمْ

Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Yunus telah menceritakan kepada kami Abu Syihab dari Al A'masy dari Zaid bin Wahb dari Abu Dzar radliallahu 'anhu berkata : "Aku duduk-duduk bersama Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan ketika Beliau melihat bukit Uhud, Beliau bersabda: "Aku tidak menyukainya seandainya bukit itu dirubah untukku menjadi emas dalam bentuk dinar lalu berada padaku melebihi tiga hari kecuali satu dinar saja yang aku siapkan untuk membayar hutang". Kemudian Beliau melanjutkan: "Sesungguhnya kebanyakan orang dalam masalah harta, hanya sedikit saja dari mereka (yang selamat) kecuali orang yang berkata tentang harta begini begini." Abu Syihab memberi isyarat dengan tangannya ke arah kanan dan kiri: "Dan sedikit sekali mereka yang selamat". Beliau shallallahu 'alaihi wasallam berkata: "Tetaplah kamu pada tempatmu". Lalu Beliau melangkah tidak terlalu jauh lalu aku mendengar suara. Semula aku hendak mendatangi Beliau namun aku teringat perintah Beliau; "Tetaplah kamu pada tempatmu hingga aku datang". Ketika Beliau sudah datang aku bertanya: "Wahai Rasulullah, apa yang aku dengar tadi atau suara apakah yang aku dengar tadi?" Beliau menjawab: "Apakah kamu mendengar sesuatu". Aku jawab: "Ya". Beliau menjelaskan: "Tadi Jibril 'alaihissalam datang kepadaku seraya berkata: "Siapa saja yang mati dari ummatmu dan dia tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun pasti akan masuk surga". Aku bertanya: "Sekalipun dia berbuat begini begini?" Jibril menjawab: "Ya".

HR. Bukhari: 2.213 @ensiklopedi hadis

Ibrah :
Pernyataan nabi ketika melihat gunung Uhud yang sangat besar, kemudian mengandaikannya menjadi emas yang tentu sangat banyak, tidak membutakan kewajiban membayar hutang dengan menyatakan cukup satu Dinar.

Dalam hadis ini nabi juga memberikan 'garansi' bahwa setiap orang yang masih ada iman/tidak menyekutukan Allah akan masuk surga.


Allahu a'lam

Tuesday, March 19, 2019

Agung Nugraha : Pemimpin terbaik dan terburuk


عَنْ عَوْفِ بْنِ مَالِكِ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ، عَنْ رَسُولِ اللّٰهِ ﷺ قَالَ : خِيَارُ اَءِمَّتِكُمْ اَلَّذِيْنَ تُحِبُّوْنَهُمْ وَ يُحِبُّوْنَكُمْ وَ يُصَلُّوْنَ عَلَيْكُمْ وَ تُصَلُّْوْنَ عَلَيْهِمْ. وَ شِرَارُ اَءِمَّتِكُمْ الَّذِيْنَ تُبْغِضُوْ نَهُمْ وَ يُبْغِضُوْنَكُمْ وَ تَلْعَنُوْنَهُمْ وَ يَلْعَنُوْنَكُمْ. قِيْلَ : يَا رَسُوْلَ اللّٰهِ ﷺ : اَفَلَا نُنَابِذُهُمْ بِالسُّيُوْفِ؟ فَقَالَ : لَا؍ مَا اَقَامُوْا فِيْكُمْ الصَّلَاةَ؛ وَاِذَا رَاَيْتمْ مِنْ وُلَاتِكُمْ  شَيْءًا تَكْرَهُوْنَهُ فَاكْرَهُوْا عَمَلَهُ وَلَا تَنْزِعُوْا يَدًا مِنْ طَا عَةٍ.

Dari Aufbin Malik ra. dari Rasulullah SAW, beliau bersabda : Pemimpinmu yang terbaik adalah yang kau senangi dan menyenangimu, yang mendoakanmu dan kau doakan. Pemimpinmu yang paling jelek adalah yang kau benci dan membencimu, yang kau laknat dan melaknatmu. Ada orang bertanya : Ya Rasulallah, apakah kami boleh memberontak mereka (pemimpin yang jahat) dengan pedang? Beliau menjawab : "Jangan, selama mereka melakukan shalat bersamamu. Apabila kamu mengetahui perbuatan para penguasamu yang tidak kau sukai, maka luruskanlah, dan janganlah kau berpangku tangan dengan selalu mematuhinya."

H.R, Muslim @ mukhtasharu shahih muslim No. 1.228

Ibrah :
Idealnya, pemimpin dan rakyat saling mencintai dan saling mendoakan. Disitulah ketaatan kepada pemimpin menjadi mutlak.

Terhadap pemimpin yang 'jahat' sekalipun, kita dilarang melakukan pemberontakan (bughat) sepanjang pemimpin tersebut masih shalat (seiman) bersama rakyat.

Terhadap pemimpin yang demikian, kita tetap diperintahkan untuk melakukan kritik dan perbaikan sebagaimana perintah amar makruf nahi Munkar yang harus senantiasa ditegakkan.

Disinilah peran 'oposisi' itu penting untuk selalu mengontrol pemimpin agar tidak keluar dari panduan agama.

Allahu a'lam

Monday, March 18, 2019

Agung Nugraha : Kuatnya kedudukan pemimpin


حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ حَدَّثَنِي نَافِعٌ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ السَّمْعُ وَالطَّاعَةُ عَلَى الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ فِيمَا أَحَبَّ وَكَرِهَ مَا لَمْ يُؤْمَرْ بِمَعْصِيَةٍ فَإِذَا أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلَا سَمْعَ وَلَا طَاعَةَ

Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa'id dari 'Ubaidullah Telah menceritakan kepadaku Nafi' dari Abdullah radliallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"mendengar dan taat adalah wajib bagi setiap muslim, baik yang ia sukai maupun yang tidak ia sukai, selama ia tidak diperintahkan melakukan kemaksiatan, adapun jika ia diperintahkan melakukan maksiat, maka tidak ada hak mendengar dan menaati."

HR. Bukhari: 6.611@ensiklopedi hadis

Ibrah :
Hadis ini menunjukkan betapa penting dan sentralnya kedudukan/posisi pemimpin.

Ketika seseorang telah ditetapkan sebagai pemimpin, maka Ia harus dipatuhi, suka atau tidak suka sekalipun.

Hanya ada satu alasan tidak patuh kepada pemimpin, yaitu ketika pemimpin tersebut mengajak/memerintahkan maksiat.

Mengingat pentingnya posisi pemimpin dan peran strategis yang ada pada diri seorang pemimpin, semestinya kita percayakan kepemimpinan kepada orang-orang yang amanah dan tidak "berpotensi" mengarahkan kita bermaksiat kepada Allah.

Terkait dengan pemilu, kenali calon-calon dengan baik, pilih yang terbaik diantara  yang ada, dan berikan suara anda dengan penuh tanggungjawab.

Allahu a'lam

Sunday, March 17, 2019

Agung Nugraha : Dzikir dengan suara keras?

 عَنْ أَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
لَمَّا غَزَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَيْبَرَ أَوْ قَالَ لَمَّا تَوَجَّهَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَشْرَفَ النَّاسُ عَلَى وَادٍ فَرَفَعُوا أَصْوَاتَهُمْ بِالتَّكْبِيرِ اللَّهُ أَكْبَرُ اللَّهُ أَكْبَرُ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ارْبَعُوا عَلَى أَنْفُسِكُمْ إِنَّكُمْ لَا تَدْعُونَ أَصَمَّ وَلَا غَائِبًا إِنَّكُمْ تَدْعُونَ سَمِيعًا قَرِيبًا وَهُوَ مَعَكُمْ وَأَنَا خَلْفَ دَابَّةِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَسَمِعَنِي وَأَنَا أَقُولُ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ فَقَالَ لِي يَا عَبْدَ اللَّهِ بْنَ قَيْسٍ قُلْتُ لَبَّيْكَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ أَلَا أَدُلُّكَ عَلَى كَلِمَةٍ مِنْ كَنْزٍ مِنْ كُنُوزِ الْجَنَّةِ قُلْتُ بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ فَدَاكَ أَبِي وَأُمِّي قَالَ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ

Dari Abu Musa Al Asy'ari, ia berkata; Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam perang melawan (penduduk) Khaibar, -atau dia berkata- Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam melihat orang-orang menuruni lembah sambil meninggikan suara dengan bertakbir, Allahu Akbar, Allahu Akbar laa ilaaha illallah (Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, tidak ada ilah yang berhak disembah selain Allah), maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Rendahkanlah, karena kalian tidak menyeru kepada Dzat yang tuli dan Dzat yang ghaib. Sesungguhnya kalian menyeru Dzat yang Maha Mendengar lagi Maha Dekat dan Dia selalu bersama kalian". Saat itu aku berada di belakang hewan tunggangan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan beliau mendengar apa yang aku ucapkan. Saat itu aku membaca; "laa hawla wa laa quwwata illa billah (Tidak ada daya dan upaya melainkan dari Allah) ", maka beliau berkata kepadaku: "Wahai Abdullah bin Qais". Aku jawab; "Aku penuhi panggilanmu wahai Rasulullah." Beliau melanjutkan: "Maukah aku tunjukkan kepadamu satu kalimat yang termasuk perbendaharaan surga?". Aku jawab; "Tentu wahai Rasulullah, demi bapak ibuku sebagai tebusan tuan." Beliau bersabda: "laa hawla wa laa quwwata illa billah."

HR. Bukhari: 3.883@ensiklopedi hadis

Ibrah :
Tuntunan untuk tidak mengeraskan suara ketika berdzikir. Allah maha mendengar bahkan maha mengetahui apa yang ada didalam hati setiap hamba.

Meski demikian, tidak berarti tidak boleh bersuara. Dzikir lisan tetap dilafalkan namun dengan lembut dan disertai penuh pengharapan kepada Allah.

Diantar dzikir yang dituntunkan ialah ucapan kalimat "lama Haula wa ala quwwata Illa Billah".

Dzikir dengan lafal  ini menggambarkan penegasan ketauhidan kita. Kalimat ini  menunjukkan bahwa kita secara sadar mengakui segala sesuatu terjadi karena kehendak dan takdir Allah. Dengan demikian kita juga telah 'menegasikan' kekuatan lain diluar Allah.

Allahu a'lam
Agung Nugraha : Tuduhan zina dan nasab anak zina


حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ قَزَعَةَ حَدَّثَنَا مَالِكٌ عَنْ نَافِعٍ عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا
أَنَّ رَجُلًا لَاعَنَ امْرَأَتَهُ فِي زَمَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَانْتَفَى مِنْ وَلَدِهَا فَفَرَّقَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْنَهُمَا وَأَلْحَقَ الْوَلَدَ بِالْمَرْأَةِ

Telah menceritakan kepadaku Yahya bin Qoza'ah telah menceritakan kepada kami Malik dari Nafi' dari Ibnu 'Umar radliallahu 'anhuma; ada seorang lelaki meli'an isterinya di zaman Rasulullah Shallallahu'alaihiwasallam dan tidak mengakui anaknya, maka Nabi Shallallahu'alaihiwasallam memisah keduanya dan memasrahkan anak kepada si wanita (ibu bayi).

HR. Bukhari: 6.251 @ensiklopedi hadis

Ibrah :
Li'an ialah menuduh pasangan berbuat zina.

Tuduhan zina adalah masalah yang sangat serius dalam hubungan suami istri. Karenanya pasangan suami istri semestinya senantiasa menjaga diri untuk tidak menimbulkan kecurigaan pasangan dan tidak mudah menuduh pasangannya berzina.

Pada dasarnya, anak yang lahir didalam  sebuah ikatan perkawinan dinasabkan kepada ayahnya yang  resmi (baca kembali hadis tentang Ibnu Sarir ).

Hadis memberikan  pengertian bahwa dimungkinkan adanya pengingkaran anak. Apabila seorang suami meyakini bahwa  bayi yang lahir dari istrinya bukan anaknya, ia bisa menempuh mekanisme pengingkaran anak.
Apabila tuduhan zina dapat dibuktikan, maka anak tersebut dinasabkan kepada ibu. Bukan kepada pria yang menghamili.

Allahu a'lam

Sunday, March 10, 2019

Agung Nugraha : Diantara khasiat kurma ajwa


حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ سَلَامٍ حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ بَشِيرٍ أَبُو بَكْرٍ أَخْبَرَنَا هَاشِمُ بْنُ هَاشِمٍ قَالَ أَخْبَرَنِي عَامِرُ بْنُ سَعْدٍ قَالَ سَمِعْتُ أَبِي يَقُولُ
سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ اصْطَبَحَ بِسَبْعِ تَمَرَاتِ عَجْوَةٍ لَمْ يَضُرَّهُ ذَلِكَ الْيَوْمَ سَمٌّ وَلَا سِحْرٌ

Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Salam telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Basyir Abu Bakar telah mengabarkan kepada kami Hasyim bin Hasyim dia berkata; telah mengabarkan kepadaku 'Amir bin Sa'd dia berkata; saya mendengar Ayahku berkata; saya mendengar Rasulullah Shallallahu 'alai wasallam bersabda: "Barangsiapa di pagi hari makan tujuh buah kurma 'ajwah, maka pada hari itu racun dan sihir tidak akan membahayakan dirinya."

HR. Bukhari: 5.334 @ensiklopedi hadis

Ibrah :
Hadis ini menerangkan diantara hasiat kurma ajwa adalah untuk menangkal racun dan sihir.

Allahu a'lam

Saturday, March 9, 2019

Agung Nugraha : Hukum bunuh diri
Ilustrasi : Bunuh diri


حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ الْوَهَّابِ حَدَّثَنَا خَالِدُ بْنُ الْحَارِثِ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ سُلَيْمَانَ قَالَ سَمِعْتُ ذَكْوَانَ يُحَدِّثُ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ تَرَدَّى مِنْ جَبَلٍ فَقَتَلَ نَفْسَهُ فَهُوَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ يَتَرَدَّى فِيهِ خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيهَا أَبَدًا وَمَنْ تَحَسَّى سُمًّا فَقَتَلَ نَفْسَهُ فَسُمُّهُ فِي يَدِهِ يَتَحَسَّاهُ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيهَا أَبَدًا وَمَنْ قَتَلَ نَفْسَهُ بِحَدِيدَةٍ فَحَدِيدَتُهُ فِي يَدِهِ يَجَأُ بِهَا فِي بَطْنِهِ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدًا مُخَلَّدًا فِيهَا أَبَدًا

Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Abdul Wahhab telah menceritakan kepada kami Khalid bin Al Harits telah menceritakan kepada kami Syu'bah dari Sulaiman dia berkata; saya mendengar Dzakwan menceritakan dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda: "Barangsiapa menjatuhkan diri dari gunung, hingga membunuh jiwanya (bunuh diri), maka ia akan jatuh ke neraka jahannam, ia kekal serta abadi di dalamnya selama-lamanya. Barangsiapa menegak racun, hingga meninggal dunia, maka racun tersebut akan berada di tangannya, dan ia akan menegaknya di neraka jahannam, ia kekal serta abadi di dalamnya selama-lamanya. Dan barang siapa bunuh diri dengan (menusuk dirinya dengan) besi, maka besi itu akan ada di tangannya, dengannya ia akan menghujamkan ke perutnya di neraka jahannam, ia kekal dan abadi di dalamnya selama-lamanya."

HR. Bukhari: 5.333 @ensiklopedi hadis

Ibrah :
Islam sangat memberikan penghormatan terhadap kehidupan. Salah satu tujuan syariat Islam adalah hifdz an-nafs (menjaga jiwa) jangan sampai kehidupan yang diberikan oleh Allah berakhir dengan sia-sia. Karenanya di dalam Al Qur'an banyak disebut tentang larangan menyakiti orang lain,  bahkan menyebabkan kematian orang lain, meski tidak sengaja, kafarat/hukumannya cukup berat. (Lihat An-Nisa [4] : 92).

Ketika Allah telah melarang kita menyakiti orang lain, maka kita juga dilarang menyakiti diri sendiri, bahkan mengakhiri hidup dengan bunuh diri.

Ancaman beratnya siksa di akhirat sebagaimana digambarkan pada hadis ini mestinya kita pahami sebagai upaya preventif Islam agar jangan sampai seseorang mengakhiri hidupnya sendiri.

Bunuh diri bisanya disebabkan keputus-asaan seseorang didalam menghadapi masalah kehidupan. Padahal sebetulnya tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan.  Bukankah Allah telah menegaskan bahwa ujian atau cobaan yang ada pasti sesuai kadar kemampuan umatnya?

Masalah dan atau ujian hidup bukanlah sesuatu yang harus dihindari, tetapi untuk dicarikan solusi. Ikhtiar disertai doa dan kemudian tawakal. Disitulah kunci menghadapi masalah.

Dalam setiap kesulitan pasti  ada kemudahan dan jalan keluar. (Asy-Syarh [94]: 5-6).

Allahu a'lam