Thursday, September 21, 2017

Ikrar harian seorang muslim


R. Agung Nugraha, S.Ag. MA 

حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بِشْرٍ حَدَّثَنَا مِسْعَرٌ حَدَّثَنَا أَبُو عَقِيلٍ عَنْ سَابِقٍ عَنْ أَبِي سَلَّامٍ خَادِمِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا مِنْ مُسْلِمٍ أَوْ إِنْسَانٍ أَوْ عَبْدٍ يَقُولُ حِينَ يُمْسِي وَحِينَ يُصْبِحُ رَضِيتُ بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيًّا إِلَّا كَانَ حَقًّا عَلَى اللَّهِ أَنْ يُرْضِيَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Nabi bersabda : Apabila seorang hamba muslim setiap sore dan pagi hari selalu mengucapkan ikrar; aku ridha Allah tuhanku, Islam agamaku dan Muhammad adalah (nabi dan) rasul Allah, maka adalah menjadi hak Allah untuk meridhai orang tersebut pada hari kiamat.( HR. Ibnu Majah; hadits no. 3860)

Bagi seorang muslim tentu ikrar atau pengakuan akan 1) kekuasaan Allah, 2) kebenaran Islam sebagai agama dan 3) pengakuan bahwa Muhammad bin Abdullah adalah Nabi dan utusan Allah, merupakan sesuatu ikrar/pengakuan yang pasti telah diucapkan. Setidaknya tiga hal tersebut terangkum ketika mengucapkan dua kalimat syahadat, Asyhadu an laa ilaaha illallah wa asyhadu anna muhammadan rasulullah.
Tetapi apabila kita pahami lebih jauh dari pernyataan hadits di atas, maka setidaknya ada dua hal yang perlu kita introspeksi pada diri kita; yaitu sudahkah hal itu kita ikrarkan setiap hari ? dan sudahkan maknanya kita pahami dengan benar untuk pada akhirnya sejauhmana ketiga ikrar tersebut telah kita implementasikan ?

Ikrar Lisan
Meski secara teks hadits tersebut menerangkan ‘kepastian’ ridha Allah dan balasan surga bagi orang yang senantiasa melafalkannya ketika pagi maupun petang, namun bila lebih jauh diselami, maka batasan pagi dan petang bukanlah harga mati. Artinya semakin sering hal tersebut diucapkan, maka semakin besar pula peluang untuk mendapatkan ridha dan surga Allah. Dengan demikian keterangan pagi dan petang pada dasarnya lebih menunjukkan pentingnya rutinitas kita melafalkan tiga ikrar tersebut, bukan batasan yang sangat ketat terhadap waktu melafalkannya.
Oleh karena itu ikrar ini baik juga untuk diucapkan disemua waktu, baik ketika berdo’a sesudah shalat lima waktu, ataupun ketika akan memulai segala macam aktifitas seperti kegiatan pertemuan, pengajian dan lain sebagainya.

Makna, hakikat dan implementasi Ikrar
Dari ketiga ikrar hariann tersebut, dapat kita uraian makna, hakekat dan implementasinya didalam kehidupan keseharian kita sbb. :

1.      Radhitu billahi rabba
Secara tekstual ikrar ini berarti ‘aku ridha bahwa Allah yang (maha) menguasai’. Ikrar pertama ini berisi pengakuan akan kekuasaan Allah. Bahwa Allahlah yang menguasai seluruh alam raya (rabbul ‘alamin). Dengan demikian orang yang telah mengucapkan/ berikrar dengan ungkapan tersebut, secara sadar ia telah memposisikan diri sebagai seorang hamba yang berada didalam kekuasaan Allah. Konsekwensinya tentu ia akan senantiasa taat dan patuh hanya kepada ‘tuan’ yang menguasai dirinya, yaitu Allah.
Oleh karena itu, yang perlu selalu dilakukan oleh seorang muslim dalam kehidupan sehari-harinya ialah ia tidak hanya secara lisan selalu mengucapkan kalimat ‘aku ridha bahwa Allah yang (maha) menguasai”, namun lebih dari itu ia harus mewujudkan pernyataan tersebut kedalam seluruh aspek kehidupannya hanya tunduk dan patuh kepada Allah swt.  
Pernyataan ini merupakan aspek aqidah, yaitu meniadakan tuhan selain Allah sekaligus menetapkan bahwa Allahlah satu-satunya tuhan yang haq disembah dan diibadahi.
Ketika mengucapkan ikrar ini, semestinya secara sadar umat Islam mengakui bahwa Allah yang maha pemurah lagi maha penyayang, penguasa alam raya dan hari pembalasan, akan beribadah dan meminta hanya kepada Allah, mohon petunjuk, bimbingan dan pertolongan hanya kepada Allah sebagaimana isi Surat Al Fatikhah ayat 3-6.

2.      Wa bil islami diina
Dari sisi bahasa, ikrar ini berarti ‘aku ridha bahwa islam adalah agama (yang benar dan patut diikuti)’.
Karena kepercayaan akan ketuhanan Allah menuntut adanya penyembahan (peribadatan kepada-Nya), maka dengan mengucapkan ikrar itu, artinya seorang hamba yang telah memposisikan diri sebagai hamba yang ada didalam genggaman kekuasaan Allah yang akan menjadikan semua ajaran dan tuntunan Allah yang berupa syariat islam sebagai satu-satunya jalan hidup bagi dirinya. Konsekwensinya, dari sisi aqidah, ia harus memantapkan diri dalam ber-Islam (inna ad-dinna ‘inda allahi al islam) dan tidak akan berpaling terhadap ‘tawaran’ agama selain Islam. Kemudian secara hakiki, orang yang telah mengikrarkan kalimat ini tentu hanya akan berhukum hanya kepada hukum Allah yang berupa syariat Islam tersebut.
Hal ini merupakan implementasi dari aspek aqidah sekaligus juga aspek ibadah, bahwa keyakinan dan cara beribadah yang akan diikuti ialah keyakinan dan cara Islam.

3.      wa bimuhammad rasula
Ikrar ini berarti ‘aku ridha bahwa Muhammad (bin Abdullah) adalah Rasul (yang akan senantiasa diikuti)’. Dengan demikian, ikrar ini menunjukkan keinginan hamba Allah untuk melaksanakan ketaatannya kepada Allah melalui cara mengikuti dan melaksanakan syariat Islam yang dibawa dan diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Pernyataan ini juga mencakup pengakuan akan syariat nabi/rasul terdahulu. Dari Sisi Aqidah, sejak nabi Adam sampai Nabi Muhammad adalah sama, yaitu pengesaan Allah (tauhid); dari sisi Syari’at, yang diajarkan oleh Nabi Adam sampai Nabi Muhammad  juga sama, yaitu syariat Islam. Yang kemudian tersimpul dari ikrar ketiga ialah keinginan dan kemauan kuat umat Islam untuk mengikuti ajaran dan tuntunan Islam yang dibawa dan dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Ikrar ini juga lebih menekankan tentang pentingnya kita umat Muhammad, untuk berkakhlaq dengan Akhlaq Nabi Muhammad. Sedangkan Akhlaq Nabi Muhammad tidak lain adalah al Qur’an. Dengan demikian, implementasi dari ikrar ini semestinya ialah bagaimana seluruh umat Islam berusaha untuk selalu mengamalkan Al Qur’an sebagai perilaku hidup keseharian.

Demikianlah, betapa tiga ikrar yang sederhana dan ringkas ini pada dasarnya mengandung makna yang sangat dalam. Akhirnya, kalaupun ketiga ikrar ini telah biasa bahkan sering kita ucapkan dalam keseharian hidup kita, namun usaha yang terus menerus untuk mewujudkan isi dari ikrar tersebut merupakan langkah yang tidak mudah dan memerlukan kesungguhan dari kita semua. Dengan demikian, tidak akan lagi terjadi kita berikrar bertuhan kepada Allah tetapi masih memertuhankan yang lain, beragama Islam tetapi juga melirik keyakinan lain, atau mengaku umat Muhammad tetapi tidak selaras dan sejalan dengan yang dituntunkan dan dicontohkan oleh Nabi Muhammad.
Kita memohon kepada Allah, agar diberikan kekuatan kepada kita untuk memenuhi ketiga ikrar tersebut. Semoga….



Sebelumnya
Berikutnya

0 comments: