حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ بِشْرٍ حَدَّثَنَا مِسْعَرٌ حَدَّثَنَا أَبُو عَقِيلٍ عَنْ سَابِقٍ عَنْ أَبِي سَلَّامٍ خَادِمِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهم عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَا مِنْ مُسْلِمٍ أَوْ إِنْسَانٍ أَوْ عَبْدٍ يَقُولُ حِينَ يُمْسِي وَحِينَ يُصْبِحُ رَضِيتُ بِاللَّهِ رَبًّا وَبِالْإِسْلَامِ دِينًا وَبِمُحَمَّدٍ نَبِيًّا إِلَّا كَانَ حَقًّا عَلَى اللَّهِ أَنْ يُرْضِيَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Nabi bersabda : Apabila seorang hamba
muslim setiap sore dan pagi hari selalu mengucapkan ikrar; aku ridha Allah
tuhanku, Islam agamaku dan Muhammad adalah (nabi dan) rasul Allah, maka adalah
menjadi hak Allah untuk meridhai orang tersebut pada hari kiamat.( HR. Ibnu
Majah; hadits no. 3860)
Bagi seorang muslim tentu ikrar atau pengakuan
akan 1) kekuasaan Allah, 2) kebenaran Islam sebagai agama dan 3) pengakuan
bahwa Muhammad bin Abdullah adalah Nabi dan utusan Allah, merupakan sesuatu ikrar/pengakuan
yang pasti telah diucapkan. Setidaknya tiga hal tersebut terangkum ketika mengucapkan
dua kalimat syahadat, Asyhadu an laa ilaaha illallah wa asyhadu anna
muhammadan rasulullah.
Tetapi apabila kita pahami lebih jauh dari
pernyataan hadits di atas, maka setidaknya ada dua hal yang perlu kita
introspeksi pada diri kita; yaitu sudahkah hal itu kita ikrarkan setiap hari ? dan
sudahkan maknanya kita pahami dengan benar untuk pada akhirnya sejauhmana
ketiga ikrar tersebut telah kita implementasikan ?
Ikrar Lisan
Meski secara
teks hadits tersebut menerangkan ‘kepastian’ ridha Allah dan balasan surga bagi
orang yang senantiasa melafalkannya ketika pagi maupun petang, namun bila lebih
jauh diselami, maka batasan pagi dan petang bukanlah harga mati. Artinya
semakin sering hal tersebut diucapkan, maka semakin besar pula peluang untuk mendapatkan
ridha dan surga Allah. Dengan demikian keterangan pagi dan petang pada dasarnya
lebih menunjukkan pentingnya rutinitas kita melafalkan tiga ikrar tersebut,
bukan batasan yang sangat ketat terhadap waktu melafalkannya.
Oleh karena itu
ikrar ini baik juga untuk diucapkan disemua waktu, baik ketika berdo’a sesudah
shalat lima
waktu, ataupun ketika akan memulai segala macam aktifitas seperti kegiatan
pertemuan, pengajian dan lain sebagainya.
Makna, hakikat dan
implementasi Ikrar
Dari ketiga ikrar hariann
tersebut, dapat kita uraian makna, hakekat dan implementasinya didalam
kehidupan keseharian kita sbb. :
1.
Radhitu billahi rabba
Secara tekstual ikrar ini berarti ‘aku ridha bahwa Allah yang
(maha) menguasai’. Ikrar pertama ini berisi pengakuan akan kekuasaan
Allah. Bahwa Allahlah yang menguasai seluruh alam raya (rabbul ‘alamin).
Dengan demikian orang yang telah mengucapkan/ berikrar dengan ungkapan
tersebut, secara sadar ia telah memposisikan diri sebagai seorang hamba yang
berada didalam kekuasaan Allah. Konsekwensinya tentu ia akan senantiasa taat
dan patuh hanya kepada ‘tuan’ yang menguasai dirinya, yaitu Allah.
Oleh karena itu, yang perlu selalu dilakukan oleh seorang muslim dalam
kehidupan sehari-harinya ialah ia tidak hanya secara lisan selalu mengucapkan
kalimat ‘aku ridha bahwa Allah yang (maha) menguasai”, namun
lebih dari itu ia harus mewujudkan pernyataan tersebut kedalam seluruh aspek
kehidupannya hanya tunduk dan patuh kepada Allah swt.
Pernyataan ini merupakan aspek aqidah, yaitu meniadakan tuhan selain
Allah sekaligus menetapkan bahwa Allahlah satu-satunya tuhan yang haq disembah
dan diibadahi.
Ketika mengucapkan ikrar ini, semestinya secara sadar umat Islam
mengakui bahwa Allah yang maha pemurah lagi maha penyayang, penguasa alam raya
dan hari pembalasan, akan beribadah dan meminta hanya kepada Allah, mohon
petunjuk, bimbingan dan pertolongan hanya kepada Allah sebagaimana isi Surat Al
Fatikhah ayat 3-6.
2.
Wa bil islami diina
Dari sisi bahasa, ikrar ini berarti ‘aku ridha bahwa islam adalah
agama (yang benar dan patut diikuti)’.
Karena kepercayaan akan ketuhanan Allah menuntut adanya penyembahan (peribadatan
kepada-Nya), maka dengan mengucapkan ikrar itu, artinya seorang hamba yang
telah memposisikan diri sebagai hamba yang ada didalam genggaman kekuasaan
Allah yang akan menjadikan semua ajaran dan tuntunan Allah yang berupa syariat
islam sebagai satu-satunya jalan hidup bagi dirinya. Konsekwensinya, dari sisi
aqidah, ia harus memantapkan diri dalam ber-Islam (inna ad-dinna ‘inda
allahi al islam) dan tidak akan berpaling terhadap ‘tawaran’ agama selain Islam.
Kemudian secara hakiki, orang yang telah mengikrarkan kalimat ini tentu hanya
akan berhukum hanya kepada hukum Allah yang berupa syariat Islam tersebut.
Hal ini merupakan implementasi dari aspek aqidah sekaligus juga aspek ibadah,
bahwa keyakinan dan cara beribadah yang akan diikuti ialah keyakinan dan cara Islam.
3.
wa bimuhammad rasula
Ikrar ini berarti ‘aku ridha bahwa Muhammad (bin Abdullah) adalah
Rasul (yang akan senantiasa diikuti)’. Dengan demikian, ikrar ini
menunjukkan keinginan hamba Allah untuk melaksanakan ketaatannya kepada Allah
melalui cara mengikuti dan melaksanakan syariat Islam yang dibawa dan diajarkan
oleh Nabi Muhammad SAW.
Pernyataan ini juga mencakup pengakuan akan syariat nabi/rasul
terdahulu. Dari Sisi Aqidah, sejak nabi Adam sampai Nabi Muhammad adalah sama,
yaitu pengesaan Allah (tauhid); dari sisi Syari’at, yang diajarkan oleh Nabi
Adam sampai Nabi Muhammad juga sama,
yaitu syariat Islam. Yang kemudian tersimpul dari ikrar ketiga ialah keinginan
dan kemauan kuat umat Islam untuk mengikuti ajaran dan tuntunan Islam yang
dibawa dan dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Ikrar ini juga lebih menekankan tentang pentingnya kita umat Muhammad,
untuk berkakhlaq dengan Akhlaq Nabi Muhammad. Sedangkan Akhlaq Nabi Muhammad
tidak lain adalah al Qur’an. Dengan demikian, implementasi dari ikrar ini
semestinya ialah bagaimana seluruh umat Islam berusaha untuk selalu mengamalkan
Al Qur’an sebagai perilaku hidup keseharian.
Demikianlah,
betapa tiga ikrar yang sederhana dan ringkas ini pada dasarnya mengandung makna
yang sangat dalam. Akhirnya, kalaupun ketiga ikrar ini telah biasa bahkan
sering kita ucapkan dalam keseharian hidup kita, namun usaha yang terus menerus
untuk mewujudkan isi dari ikrar tersebut merupakan langkah yang tidak mudah dan
memerlukan kesungguhan dari kita semua. Dengan demikian, tidak akan lagi
terjadi kita berikrar bertuhan kepada Allah tetapi masih memertuhankan yang
lain, beragama Islam tetapi juga melirik keyakinan lain, atau mengaku umat
Muhammad tetapi tidak selaras dan sejalan dengan yang dituntunkan dan
dicontohkan oleh Nabi Muhammad.
Kita memohon
kepada Allah, agar diberikan kekuatan kepada kita untuk memenuhi ketiga ikrar
tersebut. Semoga….
0 comments: