1. Pendahuluan
Islam
adalah agama yang kamil (sempurna) dan Syamil (menyeluruh)
mencakup seluruh aspek kehidupan.
Kesempurnaan
Islam bukan terletak pada ketentuan-ketentuan yang telah rinci. Hanya dalam
beberapa aspek ibadah mahdhah yang diatur secara rinci. Selebihnya bersifat
global (ijmali), terlebih dalam persoalan mu’amalah (interaksi
sesama manusia).
Dalam
banyak hal, Al Qur’an maupun hadits sekedar memberikan rambu-rambu yang
memungkinkan umat berhujjah kepadanya dengan memberikan peluang ijtihad. Dengan
demikian, Islam akan senantiasa actual sepanjang jaman (rahmatan lil ‘alamin).
Dalam
permasalahan mu’amalah (lebih spesifik enteraksi ekonomi) Islam telah
memberikan rambu-rambu kepada Umatnya, tinggal bagaimana rambu-rambu tersebut
dipahami untuk kemudian dipedomani, meskipun tetap memberi ruang bagi ijtihad
sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman.
2. Filosofi
a. Allah memerintahkan setiap manusia merubah nasibnya
sendiri
ان الله لا يغير ما
بقوم حتى يغير ما بانفسهم
“
Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum, kecuali apabila kaum
itu berusaha merubahnya sendiri…”
b. Dalam bekerja harus mematuhi rambu-rambu :
1) Bekerja tidak dipisahkan dari ibadah. è tujuannya adalah mencari karunia Allah
Al
Jumu’ah (62) : 9 – 10
‘Wahai orang yang beriman, apabila telah dipanggil untuk melaksanakan
shalat pada hari jum’at, maka bersegeralah mengingat Allah dan tinggalkanlah
jual beli (yang sedang engkau lakukan), dan apabila telah selesai shalat
dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu semua dimuka bumi ini untuk menggapai
fadhilah (keutamaan/rizki) dari Allah”
Al
Isra’ (17) : 12
‘….Dan
kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda, lalu kami hapuskan malam dan
datanglah siang agar kamu mencari karunia dari tuhanmu……”
2) Motivasi bekerja
Untuk
menghindarkan diri dari membebani orang lain, mencukupii kebutuhan keluarga dan
untuk dapat/mampu beribadah dengan harta
من طلب الدنيا حلال استعفافا عن المساءلة و سعيا علي
اهله و تعطفا علي جاره بعث الله يوم القيامة و وجهه كالقمر ليلة البدر
“barangsiapa
mencari kecukupan dunia, halal cara dan yang diperoleh, dalam rangka
membebaskan diri dari meminta-minta, dalam rangka menafkahi keluarga, dan dalam
rangka agar mampu beribadah dengan harta (membantu tetangganya), maka ia akan
diangkat oleh Allah pada hari kiamat, sedang wajahnya berseri-seri laksana
sinar bulan purnama…”
Tidak dalam
rangka untuk ditumpuk-tumpuk, berbangga-bangga diri dan pamer (riya’)
و من طلب الدنيا حلال مكاثرا مفاخرا مراءيا لقي الله
يوم القيامة و هو عليه غضبا ن
Sebaliknya barang siapa mencari kebutuhan dunia, meskipun halal cara
mendapatkan dan harta yang diperoleh, tetapi dalam dirinya masih tersimpan niat
ingin menumpuk-numpuk harta, berbangga diri dan sombong, maka dia “akan
menghadap Allah pada hari kiamat nanti dengan murka dari Allah SWT.
3) Halal Caranya
a) Dalam Promosi harus jujur, tidak menipu, dan Tidak
sumpah palsu
An Nahl (16) :
116
وَلَا تَقُولُوا لِمَا تَصِفُ أَلْسِنَتُكُمْ الْكَذِبَ هَذَا حَلَالٌ وَهَذَا حَرَامٌ لِتَفْتَرُوا عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ إِنَّ الَّذِينَ يَفْتَرُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ لَا يُفْلِحُونَ
“ Dan janganlah kamu mengatakan
terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara dusta, “ini halal ini
haram”, untukm mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya
orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah, mereka tidak akan
beruntung.”
b) Tidak Riba
Al
Bararah : 275 - 276
الَّذِينَ يَأْكُلُونَ الرِّبَا لَا يَقُومُونَ إِلَّا كَمَا يَقُومُ الَّذِي يَتَخَبَّطُهُ الشَّيْطَانُ مِنْ الْمَسِّ ذَلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا إِنَّمَا الْبَيْعُ مِثْلُ الرِّبَا وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا فَمَنْ جَاءَهُ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّهِ فَانتَهَى فَلَهُ مَا سَلَفَ وَأَمْرُهُ إِلَى اللَّهِ وَمَنْ عَادَ فَأُوْلَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
“ Orang-orang yang memakan (hasil) riba, mereka tidak
berdiri kecuali sebagaimana berdirinya orang yang kerasukan syetan, hal itu
terjadi karena mereka mengatakan bahwa jual beli sama saja dengan riba,
(padahal) Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba, barangsiapa
telah mendapatkan pengetahuan dari (tuhannya (Allah) maka tinggalkanlah dan
baginya apa yang telah berlalu, sedang urusannya ada pada Allah. Sedang
baerangsiapa berpaling (dari pemberitahuan Allah) mereka adalah ahli neraka,
yang akan kekal didalamnya selama-lamanya.”
يَمْحَقُ اللَّهُ الرِّبَا وَيُرْبِي الصَّدَقَاتِ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ كَفَّارٍ أَثِيمٍ
c) Tidak mengurangi timbangan
d)
4) Halal yang diperoleh dan dimakan
Al
Baqarah (2) : 168
يَاأَيُّهَا النَّاسُ كُلُوا مِمَّا فِي الْأَرْضِ حَلَالًا طَيِّبًا وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
Al Maidah (4) : 88
وَكُلُوا مِمَّا رَزَقَكُمْ اللَّهُ حَلَالًا طَيِّبًا وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي أَنْتُمْ بِهِ مُؤْمِنُونَ
An-Nahl : 114
فَكُلُوا مِمَّا رَزَقَكُمْ اللَّهُ حَلَالًا طَيِّبًا وَاشْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ
5) Pengaruhnya positif terhadap diri, keluarga dan
masyarakat
6)
c. Terhadap masalah harta, ada tiga macam pertanggungjawaban : darimana diperoleh,
bagaimana cara memperoleh dan kemana dibelanjakan
0 comments: