Saturday, March 13, 2021

Ust. Agung Nugraha : Memilih tetangga yang baik?

 


Dalam surat An Nisa ayat 36, Allah berfirman :

 وَاعْبُدُوا اللَّهَ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا ۖ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا وَبِذِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَالْجَارِ ذِي الْقُرْبَىٰ وَالْجَارِ الْجُنُبِ وَالصَّاحِبِ بِالْجَنْبِ وَابْنِ السَّبِيلِ وَمَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ مَنْ كَانَ مُخْتَالًا فَخُورًا

Artinya : "Dan sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri"

 

Setelah perintah beribadah kepada Allah dan tidak mempersekutukan-Nya dengan yang lain, pada ayat ini Allah memerintahkan kita untuk senantiasa berbuat baik kepada setiap orang, tidak terkecuali kepada tetangga.

Berkaitan dengan pentingnya kedudukan tetangga, ada satu kata hikmah “Aj-jaaru qabla ad-daar”. Kata bijak ini secara tekstual artinya “tetangga sebelum rumah”, tentu yang dimaksud adalah “lihatlah (bahkan pilihlah) tetangga/lingkungan sebelum kamu membangun rumah dan menetap di suatu tempat”.

Kata bijak ini menunjukkan betapa pentingnya posisi dan bahkan peran tetangga dan atau lingkungan. Mengapa? Karena Tetangga itulah yang akan mewarnai kehidupan keseharian kita. Mereka akan sangat menentukan ketentraman dan kenyamanan kita tinggal disuatu tempat. Mereka yang akan membantu kita mengawasi anak-anak kita dari penculikan. meraka yang membantu mengawasi rumah kita ketika kita pergi. Kepada mereka pertama kali kita akan meminta pertolongan disaat ada kebutuhan mendesak. Bahkan meskipun kita mempunyai saudara yang kaya, terhormat dan mempunyai segala fasilitas sekalipun. Tidak mungkin kita menunggu saudara dan keluarga yang posisinya jauh tersebut untuk segera mengantar anak kita ke rumah sakit misalnya.

Dalam buku Ahmad Mahmud Faraj yang berjudul “Kayfa Taj'al Al Nas Yuhibbunak” (2007), terdapat cerita penuh hikmah terkait betapa tidak ternilainya kedudukan tetangga.

Suatu ketika Al 'Adawi hendak menjual rumahnya seharga 100.000 dirham. Sebelum menjualnya kepada calon pembeli, dia bertanya, "Dengan harga berapa engkau hendak membeli rumah yang bertetangga dengan Said ibn Al 'Ash ?. Pembeli balik bertanya, "Membeli tetangga ? Apa pedulinya orang ia bertetangga dengan siapa saat membeli rumah ?.  Al 'Adawi berkata, "Simpan saja uangmu. Aku tidak jadi menjual rumahku. Aku tidak akan melepaskan rumah yang berdampingan dengan tetangga yang baik. Jika Aku tidak ada dia menanyakanku. Jika aku pergi, dia menjaga rumahku. Jika melihatku, dia mendekatiku. Jika aku butuh sesuatu, dia penuhi kebutuhanku. Jika aku tidak menyapanya, dia menyapaku terlebih dahulu. Dan jika aku kesulitan, dia menolongku".  Tak lama kemudian cerita ini sampai di telinga Sain ibn Al 'Ash. Dia memberi Al 'Adawi 100.000 dirham.

Melalui cerita tersebut, kita belajar tentang praktek hidup bertetangga dari orang-orang yang shaleh dahulu. Bagi mereka, memiliki tetangga yang baik adalah karunia yang tak ternilai harganya.

Persoalannya, untuk mendapatkan tetangga yang baik dengan cara memilih tetangga sebelum membangun atau membeli rumah dan menetap di suatu tempat tidaklah dapat kita lakukan sepenuhnya. Bisa jadi kita sudah (terlanjur) punya rumah, atau tanah yang kita miliki untuk dibangun rumah hanya disitu, dan tidak mudah mendapatkan lingkungan yang sepenuhnya ideal seperti itu.

Lalu, bisakah kita mempunyai tetangga yang baik seperti contoh diatas. Jawabnya, bisa. Caranya, bukan memilih lingkungan yang baik, tetapi dengan membentuk atau menciptakan lingkungan yang baik. Mari logika mendahulukan menuntut hak atas tetangga kita balik menjadi mendahulukan pemenuhan kewajiban bertetangga. Bukankah Rasul menuntunkan demikian?



Berikut beberapa pesan Rasulullah bagaimana membangun relasi yang baik dengan tetangga. Antara lain :

1.    Salam dan tegur sapa

 

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم حَقُّ اَلْمُسْلِمِ عَلَى اَلْمُسْلِمِ سِتٌّ: إِذَا لَقِيتَهُ فَسَلِّمْ عَلَيْهِ, وَإِذَا دَعَاكَ فَأَجِبْهُ, وَإِذَا اِسْتَنْصَحَكَ فَانْصَحْهُ, وَإِذَا عَطَسَ فَحَمِدَ اَللَّهَ فَسَمِّتْهُ وَإِذَا مَرِضَ فَعُدْهُ, وَإِذَا مَاتَ فَاتْبَعْهُ . رَوَاهُ مُسْلِمٌ

Artinya : Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah bersabda, “Hak muslim kepada muslim yang lain ada enam.” Beliau bersabda, ”Apabila engkau bertemu, ucapkanlah salam kepadanya; Apabila engkau diundang, penuhilah undangannya; Apabila engkau dimintai nasihat, berilah nasihat kepadanya; Apabila dia bersin lalu dia memuji Allah (mengucapkan ’alhamdulillah’), doakanlah dia (dengan mengucapkan ’yarhamukallah’); Apabila dia sakit, jenguklah dia; dan Apabila dia meninggal dunia, iringilah jenazahnya (sampai ke pemakaman).” (HR. Muslim : 2.162)

2.    Sedekah dan berbagi

Anjuran bersedekah kepada tetangga ini sangat ditekankan oleh Nabi Muhammad SAW :

لَيْسَ الْـمُؤْمِنُ الَّذيْ يَشْبَعُ وَجَارُهُ جَائِعٌ إلَى جَنْبِهِ

Artinya: "Bukan mukmin, orang yang kenyang perutnya sedang tetangga sebelahnya kelaparan." (HR Al Baihaqi dalam Sunan Al Kubra 18108)

Kepada salah seorang sahabatnya, Rosulullah saw mengingatkan,

إِذَا طَبَخْتَ مَرَقًا فَأَكْثِرْ مَاءَهُ ، ثُمَّ انْظُرْ أَهْلَ بَيْتٍ مِنْ جِيْرَانِكَ فَأَصِبْهُمْ مِنْهَا بِمَعْرُوْفٍ

Artinya: "Jika engkau memasak sayur, perbanyaklah kuahnya. Lalu lihatlah keluarga tetanggamu, berikanlah sebagiannya kepada mereka dengan cara yang baik." (HR Muslim 4766)

3.    Memuliakan tetangga

Rasulullah SAW bersabda :

مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيُكْرِمْ جَارَهُ

Artinya: "Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia muliakan tetangganya." (HR Bukhari Nomor 5589 dan Muslim Nomor 70)

4.    Menebar senyum dan membangun komunikasi yang inten

Wajah yang penuh senyum adalah akhlak Nabi Muhammad SAW. Sebagaimana diceritakan Jarir bin Abdillah RA :

ما حجبَني رسول الله – صلى الله عليه وسلم – منذ أسلمتُ، ولا رآني، إلا تبسَّم في وجهي

Artinya: "Sejak aku masuk Islam, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam tidak pernah menghindari aku jika aku ingin bertemu dengannya, dan tidak pernah aku melihat Beliau kecuali Beliau tersenyum kepadaku." (HR Bukhari Nomor 6.089)

5.    Menjenguk ketika sakit

Rasulullah bersabda :

 

إِذَا عَادَ الرَّجُلُ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ مَشَى فِيْ خِرَافَةِ الْجَنَّةِ حَتَّى يَجْلِسَ فَإِذَا جَلَسَ غَمَرَتْهُ الرَّحْمَةُ، فَإِنْ كَانَ غُدْوَةً صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُوْنَ أَلْفَ مَلَكٍ حَتَّى يُمْسِيَ، وَإِنْ كَانَ مَسَاءً صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُوْنَ أَلْفَ مَلَكٍ حَتَّى يُصْبِحَ

 

Artinya: "Apabila seseorang menjenguk saudaranya yang Muslim (yang sedang sakit), maka (seakan-akan) dia berjalan sambil memetik buah-buahan surga sehingga dia duduk, apabila sudah duduk maka diturunkan kepadanya rahmat dengan deras. Apabila menjenguknya di pagi hari maka tujuh puluh ribu malaikat mendoakannya agar mendapat rahmat hingga waktu sore tiba. Apabila menjenguknya di sore hari, maka tujuh puluh ribu malaikat mendoakannya agar diberi rahmat hingga waktu pagi tiba." (HR At-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Imam Ahmad dengan sanad sahih).

6.    Berbuat baik kepada tetangga

Rasulullah SAW bersabda :

خَيْرُ اْلأَصْحَابِ عِنْدَ اللهِ خَيْرُهُمْ لِصَاحِبِهِ ، وَخَيْرُ الْـجِيْرَانِ عِنْدَ اللهِ خَيْرُهُمْ لِـجَارِهِ

Artinya: "Sahabat yang paling baik di sisi Allah adalah yang paling baik sikapnya terhadap sahabatnya. Tetangga yang paling baik di sisi Allah adalah yang paling baik sikapnya terhadap tetangganya." (HR At Tirmidzi 1944, Abu Daud 9/156, dinilai sahih oleh Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah 103)

Betapa pentingnya tetangga ini, sampai-sampai Rasulullah menganggap tetangga bisa saling mewarisi. Nabi Muhammad SAW. bersabda:

مَا زَالَ جِبْرِيْلُ يُوْصِيْنِيْ بِالْـجَارِ حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ سَيُوَرِّثُهُ

Artinya: "Jibril senantiasa menasihatiku tentang tetangga, hingga aku mengira bahwa tetangga itu akan mendapat bagian harta waris." (HR Bukhari Nomor 6014 dan Muslim Nomor 2625)

 

Tengoklah, betapa indahnya tuntunan Islam itu. Sayangnya, kita sering abai, bahkan merendahkan tetangga dengan alasan karena mereka tidak memenuhi kewajiban bertetangga. Tanpa harus menuntut tetangga melakukan kewajibannya, ada baiknya kita penuhi saja dulu kewajiban kita dalam bertetangga. Insyaallah kita akan mendapatkan balasan kebaikan.

Wallahu'alam.

Sebelumnya
Berikutnya

0 comments: