السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِى أَنْزَلَ الْكِتَابَ
تِبْيَانًا لِكُلِّ شَيْئٍ وَهُدًا وَنُوْرًا وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِيْنَ.
أَشْهَدُ اَنْ لاَّ اِلَـــهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ،
اَلْمَلِكُ الْحَقُّ الْمُبِيْنَ. وَأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ، اَلْمَبْعُوْثُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. أّللهُمَّ صَلِّ
وَسَلِّمْ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ
اّمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ، اُوْصِيْكُمْ
وَإِيَّاَيَ بَتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى
فِى كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ.
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ….. مَآ اَصَابَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ فِى
الْاَرْضِ وَلَا فِيْٓ اَنْفُسِكُمْ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مِّنْ قَبْلِ اَنْ
نَّبْرَاَهَاۗ اِنَّ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرٌۖ
Kaum Muslimin rahimakumullah,
Kita bersyukur kepada Allah, karena atas rahmat dan karunia-Nya,
saat ini kita masih diberikan rahmat berupa kesehatan ditengah ancaman Pandemi
covid-19 yang hingga saat ini masih cenderung meningkat. Kita juga bersyukur
atas kesempatan yang Allah berikan, sehingga dapat hadir bersama melaksanakan
ibadah jum’at. Semoga ibadah kita diterima oleh Allah SWT. Aaamin
Sebagai umat beriman, kita yakin bahwa kemana wabah akan menyebar,
kepada siapa akan terpapar, siapa yang akan tertular semuanya telah tertulis di
lauhil Mahfudz. Sebagaimana firman Allah Dalam QS. Al-Hadid[57] : 22
مَآ اَصَابَ مِنْ مُّصِيْبَةٍ فِى الْاَرْضِ
وَلَا فِيْٓ اَنْفُسِكُمْ اِلَّا فِيْ كِتٰبٍ مِّنْ قَبْلِ اَنْ نَّبْرَاَهَاۗ
اِنَّ ذٰلِكَ عَلَى اللّٰهِ يَسِيْرٌۖ
Artinya : “Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa
dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuz) sebelum Kami
mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah”.
Meski demikian kita tidak boleh menantang takdir dengan
tidak mematuhi anjuran pemerintah untuk selalu menggunakan masker, cuci tangan,
menjaga jarak dan hal lainnya. Kita diperintahkan untuk berikhtiar untuk
menghindar dari potensi mushibah. Bahkan dalam hal ibadahpun, kita tetap
dianjurkan melaksanakannya tetap dengan memperhatikan protokol kesehatan dan
dibatasi 50 persen dari kapasitas Masjid.
Kaum muslimin, rahimakumullah
Terkait dengan wabah virus covid-19 ini telah berlangsung hampir satu
tahun. Namun belum ada tanda tanda berakhir. Bahkan mulai tanggal 11 Januari
nanti, pemerintah menetapkan status PSBB diperketat dengan istilah baru, yaitu
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) khususnya utntuk pulau jawa
dan bali.
Sekilas tentu hal ini menimbulkan kegundahan, kegalauan karena
jenuh dibatasi kegiatan kita. Namun bagi kita seorang muslim, tentu ada hikmah
yang bisa kita petik dari setiap peristiwa. Diantara hikmah tersebut ialah :
1. Moment untuk mengokohkan kembali tauhid kita kepada Allah dan
menghilangkan sifat ananiyah,
Betapa tidak, kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi yang telah kita raih, seolah menjadikan manusia mampu melakukan
segala sesuatu. Dengan pandemic covid ini kita disadarkan dan perlu kembali
mengokohkan keyakinan bahwa segala sesuatu ada dalam genggaman dan kuasa Allah.
Kita melihat dan menyaksikan, berbagai sector yang kita banggakan ternyata
porak poranda hanya dengan virus ciptaan Allah yang hingga sekarang belum dapat
ditanggulangi.
2. Moment untuk mengakrabkan kembali hubungan
didalam keluarga
Selama pandemi covid ini, kita banyak disarankan
untuk membatasi aktifitas, tinggal dirumah atau tidak keluar rumah kecuali
untuk sesuatu yang penting. Bahkan sampai sekarang sekolah masih dilakukan
dengan cara daring/online dari rumah. Kita perlu mengambil sisi positif dari
peristiwa ini. kita bisa memanfaatkan moment tinggal di rumah ini dengan
membangun komunikasi efektif antar anggota keluarga, baik antara suami istri
maupun antara orang tua dengan anak melalui pendampingan belajar.
Terkait dengan komunikasi dengan anak, kita
dapat mencontoh Nabi Ibrahim sebagaimana tergambar dalam Firman Allah dalam
surat Ash-Shoffat ayat 102 :
فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يٰبُنَيَّ
اِنِّيْٓ اَرٰى فِى الْمَنَامِ اَنِّيْٓ اَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرٰىۗ قَالَ
يٰٓاَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُۖ سَتَجِدُنِيْٓ اِنْ شَاۤءَ اللّٰهُ مِنَ
الصّٰبِرِيْنَ
Artinya : “Maka tatkala anak itu sampai (pada
umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata, "Hai anakku
sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah
apa pendapatmu!" Ia menjawab, "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang
diperintahkan kepadamu, insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang
yang sabar."
Kita tentu dapat memahami bahwa sebetulnya Nabi
Ibrahim telah yakin dengan perintah Allah untuk menyembelih putranya Ismail
karena mimpi nabi adalah wahyu. Namun Nabi Ibrahim tidak serta merta memanggil
dan menyembelih Ismail. Dalam ayat tersebut sangat jelas tergambar kehangatan
komunikasi antara seorang ayah dengan seorang anak. Dari kisah ini kita dapat memetik pelajaran
bahwa komunikasi yang baik dan sikap persuasif akan lebih efektif daripada sikap represif dan otoriter. Sikap seperti
ini yang tampaknya perlu kita lakukan kembali baik dalam keluarga maupun dalam
bernegara.
Akhirnya, marilah kita bermohon kepada Allah SWT agar mushibah
corona segera Allah angkat dari muka bumi ini, Allah sembuhkan saudara-saudara
kita yang terpapar covid-19 dan Allah jaga diri kita dari segala macam bala,
bencana, dan mara bahaya.
اَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ
الْعَظِيْمَ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ
هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
0 comments: