MUSIBAH DAN MUHASABAH
Sepanjang
tahun 2006 yang lalu, berbagai mushibah silih berganti menimpa bangsa ini.
Belum kering air mata mengalir melinangi bermacam mushibah tersebut, ternyata
di awal tahun 2007 ini musibah kembali menyusul seakan-akan tidak henti mendera
keluarga besar kita, bangsa Indonesia .
Gempa Bumi, banjir, tanah longsor, Pesawat hilang, kapal terbakar dan
tenggelam, angin puting beliung, Pesawat terbakar silih berganti menerpa
masyarakat sehingga menimbulkan berbagai kecemasan dan kekhawatiran yang
berlebihan.
Sebagai
umat beragama, tentu kita perlu melakukan muhasabah dan introspeksi atas segala
musibah yang terjadi tersebut. Apakah hikmah dibalik semua MUSIBAH ini ?.
1. UJIAN KEIMANAN.
Bagi
seorang Mukmin, makna dari suatu musibah adalah sebuah wasilah (sarana) untuk
menguji keimanan mereka. Sehingga akan terlihat jelas siapa diantara mereka
yang jujur dalam keimanannya dan akan terlihat siapa yang dusta dalam
keimanannya.
Ketika
manusia hidup dalam suasana normal dan tidak terjadi guncangan, maka sulit
untuk diukur apakah dia benar-benar beriman atau hanya berpura-pura saja. Dalam
suasana yang normal, seseorang mudah berpura-pura bersikap baik. Padahal semua
sikap baik dalam dirinya, mungkin hanya sekedar basa-basi. Kalaupun dia memberi
sesuatu, hal itu karena dia memang berlebih dan barang tersebut sudah tidak
disukainya. Kalau dia mendahulukan orang lain dalam jamuan makan, hal itu
karena perutnya sendiri telah kenyang dan jika tidak kebagian bisa beli sendiri
yang lebih lezaat. Kalau dia sedang beribadah, hal itu karena memang waktunya
luang dan sudah tidak memikirkan hal-hal lainnya.
Sebaliknya
ketika manusia menemui kenyataan yang lain dari biasanya; kenyataan yang lebih
pahit, menyedihkan, kekurangan dan rasa takut yang berlebihan, di saat itu
terlihat jelas siapakah yang hanya berbasa-basi saja dan siapakah yang
bersungguh-sungguh dalam keimanan.
Dalam
suasana tidak normal dan penuh goncangan; maka akan luar biasa jika seseorang
memberi orang lain sesuatu, sementara dirinya sendiri masih kekurangan dan
masih mencintai barang tersebut. Sangat luar biasa apabila seseorang
mendahulukan orang lain dalam jamuan makan dalam kondisi seperti itu; sementara
perutnya terasa sangat lapar dan tidak ada uang untuk membeli di tempat lain.
Demikian pula, ketika menjalankan 'ibadah dalam kondisi waktu yang
semrawut dan pikiran kacau, merupakan
sesuatu yang luar biasa.
Maka
dengan datangnya musibah, keimanan seseorang menjadi terukur. Apakah dia hanya
berbasa-basi dalam keimanannya, ataukah dia betul-betul serius didalamnya.
Ketika
Kaum Muslimin mendapat kekalahan dalam perang Uhud, maka Allah SWT menurunkan
sebuah ayat yang berbunyi:
…..وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَيَتَّخِذَ مِنْكُمْ شُهَدَاءَ وَاللَّهُ لَا يُحِبُّ الظَّالِمِينَ
"….dan
supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan
supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada' dan Allah tidak
menyukai orang-orang yang dhalim” (QS. Ali Imran
[3] :140).
Musibah
merupakan saringan, sehingga orang-orang yang jujur imannya akan berkumpul
dalan satu barisan bersama pasukan Allah sedangkan mereka yang dusta imannya
akan terjerumus dalam kesesatan bersama orang-orang sesat.
2. MENINGKATKAN PAHALA.
Musibah
bisa juga sebagai sarana bagi Allah untuk meningkatkan pahala bagi seorang
Mu'min, dengan catatan, ia ridha dengan semua musibah.
"Sesungguhnya
besarnya pahala itu tergantung kepada besarnya ujian bala', dan sesungguhnya
siapa saja yang ridha (terhadap ujian/bala') maka ia mendapat keridhaan Allah…." (HR. At Tirmidzi).
Apabila
seseorang mendapat cobaan berupa cacat jasmani, kemudian dia bersikap ridha;
maka dia akan mendapatkan tambahan pahala dari Allah Ta'ala. Demikian pula
apabila seseorang mendapat cobaan berupa penyakit, baik penyakit genetik (bawaan
lahir) atau penyakit lainnya, kemudian dia ridha; maka Allah akan memberinya
tambahan pahala. 'Aisyah bertanya kepada Rasul SAW tentang hal wabah kolera,
maka diberitahu Rasulullah SAW bahwa wabah kolera (Tha'un) adalah suatu siksa
dari Allah yang dikirimkan kepada siapa
saja yang dikehendaki-Nya. Tetapi Allah menjadikannya sebagai rahmat bagi para
hamba-Nya yang beriman (HR. Bukhari).
Dan
ternyata sudah menjadi sunatullah, apabila Allah Swt menghendaki kebaikan
kepada suatu kaum, maka Dia akan memberikan ujian berupa musibah atau cobaan
kepada mereka. Rasulullah bersabda: "Barangsiapa yang dikehendaki Allah
padanya suatu kebaikan (keberuntungan), maka diberinya penderitaan"
(HR. Bukhari).
Tetapi
apabila manusia merasa gusar, jengkel dan marah dengan musibah yang menimpanya,
maka Allah akan membalas kemurkaan itu dengan kemurkaan-Nya pula.
Rasulullah SAW telah bersabda : "….sedangkan siapa
saja yang murka akan mendapatkan murka dari Allah" (HR. At Tirmidzi).
3. PENGHAPUS DOSA.
Apabila
seorang Mu'min bersikap ridha dalam menjalani sebuah musibah, maka Allah akan
menghapus dosa-dosanya. Demikian penjelasan Allah ketika Kaum Muslimin menemui
kekalahan dalam pertempuran Uhud.
وَلِيُمَحِّصَ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا وَيَمْحَقَ الْكَافِرِينَ
.
"Dan
agar Allah membersihkan orang-orang yang beriman (dari dosa mereka)…. "(QS. Ali Imran:141).
Bahkan,
apabila goncangan musibah tersebut datang bertubi-tubi, seolah mengalir tiada
henti; dan Kaum Muslimin tetap menghadapinya dengan sikap penuh keridhaan dan
keshabaran; maka bisa-bisa di Yaumil Akhir nanti dia akan menghadap Allah Swt
dalam keadaan bersih dari dosa-dosanya.
"Tiada
henti-hentinya bala' menimpa kepada orang Mu'min lelaki maupun perempuan, baik
mengenai dirinya atau sanak keluarganya, atau harta kekayaannya hingga ia
menghadap Allah dalam keadaan sudah bersih dari dosa (dan tidak ada tuntutan
dosa padanya)" (HR. At Tirmidzi).
4. PERINGATAN.
Bagi
seorang Muslim yang fasiq, yaitu seorang Muslim yang terjerumus ke dalam
perbuatan dzalim, maka makna dari musibah adalah tadzkirah (peringatan)
dari Allah SWT kepada dirinya agar segera kembali ke jalan yang lurus.
……
وَبَلَوْنَاهُمْ بِالْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
"…Dan
Kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk,
agar mereka kembali (kepada kebenaran)" (QS.
Al A'raaf : 168)
Sebagian
di antara mereka ada yang mendzalimi dirinya sendiri dengan berbuat dosa dan
maksiat. Maka musibah yang menimpa dirinya di dunia adalah sebagai wujud kasih
sayang Allah kepada dirinya untuk segera mengkoreksi segala bentuk perbuatannya
yang menyimpang. Sebelum dia terseret kedalam dosa dan maksiat berkepanjangan
sampai ajal menjemput
"Jika Allah berkehendak memberikan
kebaikan kepada hamba-Nya, maka dilaksanakan segera pembalasan siksanya di
dunia, sebaliknya jika Allah meng-hendaki binasa kepada hamba-Nya, ditahan
pembalasan dosanya, sehingga akan dituntut kelak pada hari qiyamah" (Hadits Riyadhush Shalihin).
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي
الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
"Telah
tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan
manusia, supaya Mereka merasakan sebahagian
dari (akibat) per-buatan mereka, agar mereka kembaali (ke jalan yang
benar)" (QS. Ar Ruum : 41).
Bisa
jadi mushibah itu belum menimpa dirinya, akan tetapi telah menimpa wilayah di
sekitarnya dan orang-orang yang berada di dekatnya. Maka peristiwa itu juga
sebagai tadzkirah dari Allah Swt dalam bentuk yang sangat halus, agar manusia
segera melakukan koreksi atau instrukpeksi terhadap dirinya, kalau dia tidak
ingin tertimpa mushibah yang serupa.
5. SARANA MASUK SURGA.
Abu
Hurairah RA beerkata bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda: "Allah
berfirman: "Tiada pembalasan bagi
seorang hambaKu yang telah Saya ambil kekasihnya, kemudian orang itu
mengharapkan pahala daripada-Ku, selain dari pembalasan surga" (HR.
Bukhari)
Sehingga
salah satu hikmah musibah bagi orang-orang mu'min adalah sebagai sarana menuju
surga. Dengan catatan dirinya ridha dan
shabar dengan mushibah yang menimpanya. Dengan musibah yang menimpa dirinya,
tanpa terasa sudah menjadi poin tersendiri bagi seorang Mu'min untuk menambah
besarnya tabungan di surga.
Maka
bersabarlah, wahai kaum Muslimin, dengan segala macam mushibah yang pada hari-hari
ini senantiasa menghantui kita dan keluarga kita. Karena di dalamnya ada
kebaikan, rahmat dan penebusan dosa, yang akan menghantarkan kita kepada surga.
Memasuki Tahun baru 1428 Hijriyah ini, dengan beruntun dan bertubi-tubinya
sekian musibah yang mendera kita sebagai umat dan bangsa, adalah seharusnya
kita melakukan muhasabah (introspeksi dan mawas diri); bukan tidak
mungkin musibah itu terjadi karena kesalahan kolektif kita bersama dalam
mengelola dan mengurus negeri ini, atau karena kita sudah melenceng dari fungsi
kekhalifahan kita dan lebih jauh barangkali kita telah jauh meninggalkan
hakekat kita sebagai hamba yang seharusnya mengabdi kepada Allah, sang khaliq,
dan kita gantikan penghambaan kita itu kepada keserakahan pada harta, gila
pangkat dan jabatan, mabuk kehormatan, rakus akan hak-hak orang lain dan
semacamnya.
Musibah
tidak akan menjadi sarana pahala, penghapus dosa, serta sarana masuk surga
apabila kita tidak dapat mengambil hikmah dibalik musibah tersebut. Marilah
kita Hijrah meninggalkan ketamakan dan kerakusan duniwi yang semu itu menuju
ketaqwaan sejati yang hanya mengharap ridho ilahi. Semoga belum terlambat…..….
0 comments: