Alinea keempat Pembukaan Undang undang Dasar Negera Republik Indonesia berbunyi : "Atas berkat rahmat Allah yang Maha Kuasa dan dengan didorong oleh keinginan luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya.
Kalimat ini disusun oleh para pendiri bangsa tentu dengan penuh kesadaran adalah karena karunia Allah.
Bagaimana mungkin bambu runcing bisa menang melawan senjata/senapan dan meriam kalau bukan karena ijin dan pertolongan Allah.
Karena kemerdekaan adalah karunia Allah, maka semestinya kita mensyukuri dan mengisi kemerdekaan tersebut tidak boleh lepas dari karunia dan ridho Allah.
Surat Al Hajj ayat 41 kiranya dapat kita jadikan bahan refleksi dalam memperingati kemerdekaan ini. Allah SWT berfirman :
اَلَّذِيْنَ اِنْ مَّكَّنّٰهُمْ فِى الْاَرْضِ اَقَامُوا الصَّلٰوةَ وَاٰتَوُا الزَّكٰوةَ وَاَمَرُوْا بِالْمَعْرُوْفِ وَنَهَوْا عَنِ الْمُنْكَرِۗ وَلِلّٰهِ عَاقِبَةُ الْاُمُوْرِ
(Yaitu) orang-orang yang jika Kami beri kemantapan (hidup) di bumi, mereka menegakkan salat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar. Hanya kepada Allah kesudahan segala urusan. (Al Hajj : 41)
Dari ayat diatas, ada 3 hal yang perlu kita lakukan dalam mengisi kemerdekaan, yaitu :
1. Ibadah dan menguatkan hubungan kita dengan Allah (hablum min Allah) melalui pelaksanaan sholat (ibadah) serta aktualisasi nilai nilai ibadah diluar sholat, dalam keseharian hidup kita.
2. Zakat (termasuk infaq/shodaqoh) adalah bentuk kepedulian sosial ekonomi untuk membangunan kesejahteraan masyarakat.
3. Amar Ma'ruf Nahi Munkar. Memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran.
Tiga hal tersebut perlu terus kita lakukan sebagai bentuk syukur kita kepada Allah. Dengan itu, InsyaAllah nikah Allah akan terus dikaruniakan kepada bangsa kita.
Allah berfirman dalam Surat Ibrahim : 7
وَاِذْ تَاَذَّنَ رَبُّكُمْ لَىِٕنْ شَكَرْتُمْ لَاَزِيْدَنَّكُمْ وَلَىِٕنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَابِيْ لَشَدِيْدٌ
(Ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), sesungguhnya azab-Ku benar-benar sangat keras.”
Pertanyaannya, sudahkan 3 hal tersebut kita lakukan sebagai bentuk syukur atas kemerdekaan yang telah kita raih?
Bila tidak, kisah kaum saba' bisa saja terjadi di negeri kita.
لَقَدۡ كَانَ لِسَبَاٍ فِىۡ مَسۡكَنِهِمۡ اٰيَةٌ ۚ جَنَّتٰنِ عَنۡ يَّمِيۡنٍ وَّشِمَالٍ ؕ کُلُوۡا مِنۡ رِّزۡقِ رَبِّكُمۡ وَاشۡكُرُوۡا لَهٗ ؕ بَلۡدَةٌ طَيِّبَةٌ وَّرَبٌّ غَفُوۡرٌ
Sungguh, bagi kaum Saba` ada tanda (kebesaran Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebeleh kiri, (kepada mereka dikatakan), "Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik (nyaman) sedang (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun. (Saba : 15)
فَاَعۡرَضُوۡا فَاَرۡسَلۡنَا عَلَيۡهِمۡ سَيۡلَ الۡعَرِمِ وَبَدَّلۡنٰهُمۡ بِجَنَّتَيۡهِمۡ جَنَّتَيۡنِ ذَوَاتَىۡ اُكُلٍ خَمۡطٍ وَّاَثۡلٍ وَّشَىۡءٍ مِّنۡ سِدۡرٍ قَلِيۡلٍ ١٦
Tetapi mereka berpaling, maka Kami kirim kepada mereka banjir yang besar1 dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Aṡl dan sedikit pohon Sidr ( Saba : 16)
ذٰ لِكَ جَزَيۡنٰهُمۡ بِمَا كَفَرُوۡا ؕ وَهَلۡ نُـجٰزِىۡۤ اِلَّا الۡـكَفُوۡرَ
Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. Dan Kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir. (Saba : 17)
Semoga kita dapat mengisi dan memaknai kemerdekaan sesuai dengan tuntunan Allah. Semoga terhindar dari sifat kufur dan ingkar.
Allahu akbar Merdeka
0 comments: