Thursday, October 25, 2007

Menapak Jalan Taqwa


MENAPAKI JALAN TAQWA
(Oleh : R. Agung Nugraha, M.A)



Ramadhan baru saja berlalu, apabila selama ramadhan kita merasakan suasana ibadah yang begitu kental, maka hari ini suasana itu telah kembali seperti sebelumnya.
Insyaallah kita telah berusaha secara maksimal dalam mengisi Ramadhan yang lalu melalui bermacam ibadah dengan sebaik-baiknya sesuai kaifiyah (tata cara, syarat, rukun dan ketentuan-ketentuan) ibadah. Dengan demikian kita pantas berharap mendapat balasan yang setimpal berupa pahala dari Allah SWT dan meningkatnya kualitas taqwa. Itulah hakikat Idul Fitri sebagaimana tersurat dalam sebuah Qoul hikmah :
ليس العيد من لبس الجديد انم العيد من تقوالله تزيد

Bukanlah Idul Fitri orang yang bajunya baru, Sesungguhnya, Idul Fitri  ialah orang taqwanya bertambah


Fungsi  Ramadhan
Ramadhan berasal dari akar kata Ramadh  رمض )) yang secara bahasa berarti bara, panas,  atau membakar.  Fungsi dari Ramadhan adalah bulan pelatihan. Dalam bulan ramadhan tersebut, Allah mendidik dan melatih kita untuk mampu membakar dua hal sekaligus dalam diri setiap muslim, yaitu :
1.      Membakar semangat
Selama Ramadhan, Allah membakar semangat setiap muslim untuk melakukan berbagai macam ibadah. Hal tersebut dapat kita rasakan melalui berbagai macam ibadah baik puasa, sholat lail (tarawih), tadarus, zakat, infaq dan shodaqah serta beberapa ibadah lainnya dengan ringan mampu kita laksanakan. Hal ini terjadi karena semangat kita dibakar oleh Allah, sehingga aktifitas yang biasanya terasa berat menjadi ringan dilakukan.
2.      Membakar dosa-dosa
Dengan dibakarnya semangat kita oleh Allah untuk melakukan berbagai macam ibadah, otomatis kita mampu menangguk banyak pahala, sehingga dosa-dosa kita terhapus (tertutup) oleh banyaknya pahala tersebut. Disinilah hakekat idul fitri, yaitu ketika kita mampu keluar dari ramadhan dengan hati yang bersih dan suci, terbebas dari segala macam noda dan dosa.

Jalan Taqwa
Tujuan akhir dari perintah puasa Ramadhan adalah agar kita menjadi umat yang bertaqwa. Hal ini tidak berarti bahwa dengan selesainya puasa ramadhan, kita telah menjadi manusia taqwa. Justru saat inilah kita baru menapaki jalan taqwa, yaitu jalan dimana kita diuji oleh Allah, apakah kita mampu melestarikan esensi amaliah peribadatan ramadhan kedalam setiap gerak langkah kita pada sebelas bulan menuju ramadhan tahun yang akan datang. Oleh karena itu, setelah sebulan melakukan ibadah Ramadhan dengan sebaik-baiknya, maka kita harus senantiasa memegang secara erat esensi dari berbagai amaliah ramadhan dalam menapaki perjalanan taqwa, antara lain sbb. :
1.      Puasa yang kita lakukan pada dasarnya adalah proses pelatihan menahan/mengendalikan hawa nafsu yang disimbulkan dengan makan, minum dan hubungan sex (suami Istri). Meski demikian, kita dituntut untuk senantiasa mampu menahan segala macam hawa nafsu yang selalu menggelayuti umat manusia. Disinilah tingkat ketaqwaan kita akan teruji, apabila kita mampu mengendalikan hawa nafsu seperti tamak, rakus, hasud, iri dengki, dendam, menggunjing, mengumpat, menyengsarakan orang lain, dll., maka disitulah sebenarnya ketaqwaan sebagai hasil didikan ramadhan telah berhasil kita wujudkan.
2.      Sholat Tarawih yang kita kerjakan, hakekatnya adalah usaha kita untuk senantiasa mengasah kemampuan dan efektifitas komunikasi kita dengan Allah. Shalat Tarawih pada dasarnya adalah shalat Lail yang lebih utama dilakukan pada duapertiga malam terakhir. Saat itulah sebenarnya waktu yang paling tepat untuk membangun komunikasi yang baik dengan Allah. Disitulah do’a umat akan lebih mendapatkan aprresiasi yang cukup dari Allah. Sebagaimana manusia menghargai komunikasi yang baik dan tepat, Allah akan menghargai orang yang bersedia menyediakan waktu khusus untuk berkomunikasi secara baik dengan Allah.
3.      Zakat, infaq, shodaqah, maupun ta’jil yang kita keluarkan, substansinya adalah secara vertikal menunjukkan kemauan kita untuk senantiasa mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan kepada kita. Sedang secara horizontal, hal tersebut menjadi bukti seberapa besar tingkat kepedulian kita kepada sesama yang dalam batas tertentu sedang mengalami keterbatasan-keterbatasan, khususnya dalam akses ekonomi.
4.      Sholat Jama’ah yang kita lakukan, hakekatnya adalah simbul dari proses penyatuan umat dalam jama’ah umat yang sebenarnya, baik dalam kemasyarakatan, ekonomi, social, budaya serta aspek-aspek kehidupan lainnya. Dengan demikian, ia tidak sekedar merupakan kumpulan orang, melainkan lebih dalam lagi diharapkan mampu menyatukan hati umat dalam kebersamaan yang hakiki.
5.      Tadarus Al Qur’an pada dasarnya adalah wujud dari kesungguhan kita untuk senantiasa menggali dan memahami atas apa yang dikehendaki Allah. Karena hanya dengan membaca, mengetahui terjemah dan memahami isi Al Qur’an tersebut, kita akan benar-benar menjadi orang yang mampu mengetahui kehendak Allah melalui firman-Nya. Tidak mungkin kita mampu menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya apabila tidak ada usaha kita untuk senantiasa mengkaji isi kandungan Al Qur’an.

Meski kita kehilangan kesempatan yang baik untuk menangguk pahala di bulan Ramadhan, namun berakhirnya ramadhan bukanlah akhir dari segalanya. Masih banyak pahala yang ditawarkan oleh Allah, masih ada kesempatan yang diberikan oleh Allah. Oleh karenanya langkah terbaik yang harus kita lakukan adalah menjaga dan melestarikan  (memudawamahkan) bermacam amaliah peribadatan tersebut pada sebelas bulan menuju ramadhan yang akan datang. Meskipun ibadah yang kita lakukan itu secara kuantitas tidak sebanyak dibulan ramadhan, namun apabila hal tersebut kita lakukan secara terus menerus, maka nilainya akan sama bahkan bisa lebih besar daripada yang kita lakukan di bulan ramadhan. Sebagaimana qoul hikmah :
خير الامور ادوامها و ان قل

Sebaik-baik urusan adalah yang langgeng (terus-menerus) meskipun sedikit (kuantitasnya)


Semoga Allah masih memberikan kesempatan dan kekuatan kepada kita semua untuk menapaki perjalanan taqwa kita setelah mengalami pendidikan dan pemantapan selama ramadhan yang lalu. Semoga Allah memberikan kesempatan kepada kita untuk bertemu lagi dengan ramadhan yang akan datang. Lebih penting dari semua itu, kita berharap semoga kesempatan yang masih diberikan oleh Allah itu dapat kita gunakan semaksimal mungkin untuk beribadah, berbakti dan mengabdi untuk menggapai ridha Allah Swt. Amien…
Sebelumnya
Berikutnya

0 comments: