Wednesday, July 24, 2019

Khutbah Idul Adha : Hikmah Idul Adha dan Keteladanan Ibrahim


IDUL ADHA DAN KETELADANAN IBRAHIM
Oleh : H.R. Agung Nugraha, S.Ag., M.A.


اَلْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَتُوْبُ اِلَيْهِ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ اَنْفُسِنَا وَسَيِّئَاتِ اَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ءَالِهِ وَاَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ قَال اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ  اَمَّا بَعْدُ  فَيَاعِبَادَ اللهِ اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ
Allahu Akbar 2x, …. wa lillahi al-hamd
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Hari ini, seluruh kaum muslimin di seluruh penjuru dunia merayakan hari raya idul adha, mengumandangkan takbir, tahmid dan tahlil diikuti kegiatan penyembelihan hewan kurban. Sementara para jamaah haji melaksanakan rangkain wajib haji, yaitu melontar Jumroh Aqobah.

Allahu Akbar 2x, …. wa lillahi al-hamd
Kaum Muslimin Rahimakumullah
Dalam Surat At-Taubah (9): 36, dijelaskan bahwa diantara 12 bulan perhitungan tahun hijriyah, ada empat bulan hurum (mulia), yaitu Rajab, Dzulqo’dah, Dzulhijjah dan Muharram.
Pada bulan Dzulhijjah, ada beberapa ibadah utama, yaitu rangkaian ibadah haji, memperbanyak takbir, tahmid dan tahlil, pelaksanaan puasa ‘Arofah, Sholad Idul Adha, dan penyembelihan qurban. Satu dengan  lainnya saling terkait. Meski demikian tidak berarti saling menegasikan. Artinya, jamaah haji (bahkan) tidak melaksanakan puasa arofah dan sholat Id, orang yang tidak berkurban tetap sah  puasa ‘arofahnya, tidak sholat id bukan berarti kurbannya tidak diterima.
Rangkaian ibadah tersebut tentu mempunyai makna dan hakikat yang sepatutnya dijadikan rujukan dan pedoman bagi setiap umat Islam dalam menapaki kehidupan sehari-hari..

Hakikat Takbir, Tahmid dan Tahlil
Diantara ibadah yang dituntunkan adalah memperbanyak Takbir, Tahmid dan Tahlil sejak tanggal 9 sampai 13 Dzulhijjah.
Kalimat takbir, Allahu Akbar, yang dikumandangkan adalah pernyataan, ikrar dan pengakuan hamba bahwa Allah adalah dzat yang maha besar dan maha kuasa. Ikrar ini juga mengandung pengakuan bahwa kekuasaan yang kita emban sesungguhnya adalah milik Allah. Allahlah pemilik kekuasaan sesunguhnya, Allah yang memberi jabatan dan kekuasaan kepada siapa saja yang dikehendaki, dan mencabut kekuasaan tersebut dari siapa saja yang dikehendaki. (Ali Imron : 26)
Setelah menetapkan tauhid kepada Allah, kalimat tahlil, la ilaha illa Allah, yang kita ucapkan adalah pernyataan bahwa tidak ada dzat yang berhak disembah dan diibadahi selain Allah. Hanya kepada Allah kita menyembah, berserah diri dan meminta pertolongan.
Adapun kalimat tahmid, wa lillaahi al-hamd, merupakan pernyataan tulus dari hati yang paling dalam bahwa semua nikmat yang telah kita terima, baik berupa harta, kesejahteraan dan kebahagian keluarga serta seluruh kenikmatan hidup ini semua berasal dari Allah. Oleh karenanya, kita kita senantiasa bersyukur seraya memuji Allah setiap pagi maupun petang (bukratan wa ashilan).
Takbir, tahlil dan tahmid yang kita kumandangkan tidak lain adalah ungkapan taqwa yang terhunjam dalam hati kita. Allah SWT berfirman : “Demikianlah, barangsiapa mengagungkan nama Allah, sesungguhnya itu adalah ekspresi dari ketaqwaan hati”. (QS Al Hajj (22): 32).

Meneladani Keluarga dan Kepemimpinan Ibrahim
Nabi Ibrahim merupakan bapak seluruh nabi dan pemimpin bagi seluruh manusia. Pada diri dan keluarganya, terdapat pelajaran berharga yang sepatutnya menjadi perhatian kita.
Allah berfirman :“ Dan Ingatlah, ketika Ibrahim diuji tuhannya dengan beberapa kalimat, lalu dia melaksanakannya dengan sempurna. Allah berfirman : Sesungguhnya aku menjadikan engka sebagai pemimpin bagi seluruh manusia. Dia berkata : dan (juga) dari anak cucuku?”, Allah berfirman : (benar, tetapi) janjiku tidak berlaku bagi orang-orang zalim’ (Al Baqarah (2) : 124). 
Apabila kita menyimak sejarah nabi Ibrahim, akan kita dapati pelajaran berharga yang dapat kita petik, serta beberapa hikmah yang dapat kita ambil dan dapat kita jadikan sebagai panduan kita menjalani kehidupan, baik dalam perspektif pribadi, keluarga maupun dalam aspek kepemimpinan.
Diantara pelajaran dan hikmah tersebut  antara lain :
1. Tauhid yang kokoh. 
Dalam surat al An’am (6) : 74-77 tergambar bahwa perjuangan  mencari kebenaran sudah dimulai sejak ibrahim muda. Ia hidup dari lingkungan yang tidak bertauhid. Ayah Ibrahim, Azar merupakan pembuat patung sekaligus penyembah berhala. Akal dan naluri ibrahim menolak, kemudian bimbang, hingga akhirnya  meyakini bahwa  aktifitas menyembah berhala merupakan tindakan yang tidak benar. Dan keyakinan bahwa menyembah berhala adalah kesesatan ia sampaikan kepada ayahnya, Azar.
Pencarian tuhan terus berjalan, hingga ketika ibrahim menemukan bintang dianggap sebagai tuhan, bintang berganti bulan, bulan berganti matahari. Semuanya datang dan pergi dan tidak mampu meyakinkan Ibrahim hingga akhirnya ‘putus asa”, lalu akhirnya berdoa : Sesungguhnya jika tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang-orang yang sesat. Akhirnya Ibrahim mendapatkan keimanan yang kokoh. . 
Begitulah gambaran proses pencarian tuhan hingga ibrahim mendapatkan keyakinan yang benar dan kokoh terhunjam dalam hatinya.
2. Sabar
Nabi Ibrahim adalah contoh pribadi yang sabar. Kesabaran Ibrahim mempertahankan aqidah mendapatkan berbagai penentangan. Tentangan tersebut terus berlanjut hingga menghadapi Raja Namrut yang membakar Ibrahim. Kesabaran Ibrahim dilandasi keimanan yang kuat dan kepasrahan total kepada Allah   menghadirkan pertolongan dari Allah. Api yang semestinya membakar Ibrahim menyelisihi hukum alam. Dengan kuasa Allah, api terasa dingin bagi Ibrahim, dan dia selamat dari keganasan siksa Namrut. (QS Al Anbiya (21) : 69).
3. Visioner dan tidak egois
Ketika Allah menyampakain akan menjadikan Ibrahim sebagai pemimpin atas seluruh manusia, Nabi Ibrahim tidak egois. Beliau berfikir visioner. Ia meminta kepada Allah agar bukan hanya dirinya, namun keluarga dan umatnya juga menjadi pemimpin. Permohonan itu diijabah oleh Allah, sehingga nabi-nabi setelahnya adalah anak keturunan yang mempunyai silsilah sanad sampai kepada nabi Ibrahim. (Al Baqarah (2) : 124)
4. Demokratis
Nabi Ibrahim merupakan sosok ideal dan merupakan pemimpin yang demokratis. Mimpi berupa perintah menyembelih Ismail yang beberapa kali dialaminya mengokohkan keyakinannya bahwa hal itu adalah  perintah Allah. Keyakinan akan perintah Allah tidak “membutakan” dirinya dan tidak serta-merta menjadi otoriter. Ibrahim tidak tiba-tiba menyembelih anaknya, melainkan “mendiskusikan” mimpinya dan meminta pendapat Ismail. Ia mendengar pendapat. Dan karena Ismail adalah anak sholeh, maka jawaban Ismail semakin membenarkan dan menguatkan keyakikan ayahnya dan siap melaksanakan hingga akhirnya diganti dengan sembelihan yang besar. (Ash-Shaffat (37) : 102)
5. Keluarga yang taat kepada Allah
Kisah terkait kokohnya keimanan keluarga Ibrahim sangat tergambar dari peristiwa kesediaan Islami ketika hendak disembelih berdasarkan mimpi (ru’yan shadiqan) sang ayah, Ibrahim. Dengan penuh keyakinan bahwa itu adalah perintah Allah, Ismail menyediakan diri (pasrah kepada Allah) sehingga berkata, “wahai ayahku, lakukan (perintah Allah tersebut), maka engkau akan mendapatiku termasuk golongan orang yang bersabar”. (As-Shaffat (37) : 102). Ketataan dan kepasrahan Ibrahim, Hajar dan Ismail ini merupakan gambaran keluarga ideal, dimana ayah, ibu dan anak semuanya adalah pribadi yang baik, bertakwa kepada Allah. Dalam keterangan lain, peristiwa godaan syetan terhadap Ibrahim, ibu Hajar dan Ismail tersebut diabadikan pada kegiatan lempar jumroh (ula, wustha dan ‘aqabah) dalam rangkain ibadah haji.
6. Syukur
Dalam surat Ibrahim (14): 7, Allah berfirman “Dan ingatlah ketika tuhanmu memaklumkan, Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingari (nikmat-Ku), maka azab-KU sangat pedih’
Ayat ini menunjukkan juga bahwa kepasrahan dan rasa syukur akan berbuah manis. Totalitas kepasrahan Ibrahim dan Ismail berbuah ganti berupa seekor domba gemuk. Disembelih dan menjadi syariat kurban hingga saat ini. 

Demikian beberapa hikmah yang dapat kita petik dari perayaan idul adha dan keteladanan Ibrahim beserta keluarganya. Semoga kita mampu mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.

Mari kita akhiri dengan berdoa, memohon kepada Allah semoga diberi kekuatan lahir batin mewujudkan keluarga sakinah dengan senantiasa meneladani keluaarga Nabi Ibrahim.

اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ  اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَناَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَ الَّتِى فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِى فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شرٍّ اَللَّهُمَّ اقْسِمْ لَنَا مِنْ خَشْيَتِكَ مَاتَحُوْلُ بَيْنَنَا وَبَيْنَ مَعْصِيَتِكَ وَمِنْ طَاعَتِكَ مَا تُبَلِّغُنَابِهِ جَنَّتَكَ وَمِنَ الْيَقِيْنِ مَاتُهَوِّنُ بِهِ عَلَيْنَا مَصَائِبَ الدُّنْيَا. اَللَّهُمَّ مَتِّعْنَا بِأَسْمَاعِنَا وَأَبْصَارِنَا وَقُوَّتِنَا مَا أَحْيَيْتَنَا وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنَّا وَاجْعَلْهُ ثَأْرَنَا عَلَى مَنْ عَاداَنَا وَلاَ تَجْعَلْ مُصِيْبَتَنَا فِى دِيْنِنَاوَلاَ تَجْعَلِ الدُّنْيَا أَكْبَرَ هَمِّنَا وَلاَ مَبْلَغَ عِلْمِنَا وَلاَ تُسَلِّطْ عَلَيْنَا مَنْ لاَ يَرْحَمُنَا   اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اَلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ   رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Sebelumnya
Berikutnya

0 comments: